Chapter 2: Kembalikan Kehidupan Normalku!

136 7 2
                                    

Dari satu sisi, aku ini sebenarnya memiliki kehidupan yang cukup normal. Keseharian yang normal, teman-teman yang normal, penampilan yang normal, pengetahuan yang lumayan di atas rata-rata – aku cukup bangga dengan bagian ini – sama sekali tidak ada yang tidak normal dalam kehidupanku. Setidaknya, itu satu minggu sebelumnya, saat sebelum aku menemukan Bestiary.

Bertemu seorang pria yang bisa mengeluarkan api dari kedua tangannya bukanlah hal yang dapat kau lihat setiap hari. Baiklah, mungkin itu bisa dikategorikan sebagai Pyrokinesis (meski aku masih ragu apakah hal ini memang bisa dilakukan secara teori) dimana seseorang mengendalikan api dengan kekuatan pikirannya. Namun memanggil keluar sebuah pistol dari dalam buku? Teori mana yang bisa menjelaskan hal itu?

Belum cukup dengan semua keanehan ini, aku secara ‘otomatis’ terseret masuk ke dalam dunia yang masih sulit kupercayai keberadaannya. Seperti sekarang misalnya, aku saat ini sedang mengejar seekor mahluk mitos yang katanya adalah mahluk yang suka mengerayangi makam dan memakan mayat di dalam makam tersebut – Ghoul. Kukatakan padamu: mahluk ini benar-benar menjijikan. Rangka kecilnya yang hanya tertutupi oleh daging yang berlendir dan menghitam, matanya berupa rongga gelap, dan beberapa giginya menghilang dari tempatnya. Wujudnya nyaris seperti manusia kalau saja ia tidak bergerak dengan posisi kayang – kedua kakinya bertindak sebagai kaki depan sementara kedua tangannya menjadi kaki belakang. Kabarnya, wujud Ghoul akan berubah sesuai dengan wujud mahluk yang ia makan terakhir kali. Kalau wujudnya seperti itu, apakah mungkin sebelumnya mahluk ini memakan mayat? Membayangkannya saja sudah membuatku mual. Ngomong-ngomong, mahluk yang tengah kita bicarakan ini sedang berkeliaran di perpustakaan beberapa hari terakhir ini dan beberapa…kenalanku memintaku untuk membantu mereka dalam pengejaran mahluk ini.

“ORYAAAAAA!!” sebuah teriakan yang melengking datang dari belakangku. Layaknya sebuah meteor, seorang gadis berambut coklat menghantamkan Mallet miliknya dengan keras, membuat perpustakaan itu bergetar. Tapi serangannya yang mengerikan itu sama sekali tidak mengenai target … lagi. Dari 5 kali percobaan saat target terlihat, ini ke-5 kalinya pula ia meleset.

Aku menghembuskan napas panjang, “Lagi-lagi. Mayu-senpai, kalau kakak terlalu fokus pada kekuatan, akurasi kakak malah akan berkurang lho.”

“Yah, soalnya aku yakin tadi itu pasti kena, ternyata perhitunganku salah. Tehe~” Ucap Mayu-senpai memukulkan kepalan tangannya ke kepala sambil memeletkan lidah.

“Ah sudahlah,” gumamku sambil merogoh kantung celanaku dan mengeluarkan sebuah peluit perak, “sekarang kita istirahat dulu, aku akan meminta Zen mencari Ghoul itu.”

Aku meniup peluit itu dalam satu tarikan napas dan dari kejauhan tampak api putih yang melompat dari satu rak ke rak yang lain kemudian berhenti tepat di telapak tangan kananku yang terbuka. Setelah beberapa saat melayang di atas telapak tanganku, api itu nampak meredup dan berubah menjadi seekor rubah putih berekor sembilan.

“Zen, kali ini mohon bantuanmu lagi ya.” Ucapku pada hewan itu yang dengan segera melompat pergi.

Aku menolehkan kepalaku pada Mayu-senpai dengan wajah datar, “Ayo kita istirahat. Kali ini jangan lupa kasih tahu Haruka-senpai dan Enma ya.”

X – X – X – X – X

FairylessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang