Chapter 1: Rewind?

202 9 12
                                    

Note: Prolog Edited (minor) 2/8/2015 11:44 am

 

Chapter 1: Rewind?

Pernahkan kalian mengalami sebuah peristiwa dimana kalian mengalami suatu kejadian yang kalian yakini sudah pernah kalian lakukan di masa lalu, entah itu kejadian seminggu yang lalu, sehari yang lalu, atau bahkan beberapa jam yang lalu? Peristiwa ini dikenal dengan Déjà vu. Banyak orang yang percaya bahwa seseorang yang mengalami hal ini berarti mereka sedang menjalani hidup kedua mereka. Sayangnya, tidak ada hal semacam itu. Opini tersebut hanya kepercayaan tak masuk akal yang di buat oleh para tetua dulu. Menurutku, kejadian yang mereka alami tersebut kebetulan terjadi di waktu dan tempat yang sama seperti kejadian yang terjadi di waktu yang lalu, sehingga pikiran secara otomatis ‘memutar’ kembali ingatan yang sudah lalu. Benar, itu hanya kebetulan…

…lalu, bagaimana bisa saat ini aku mengalami sebuah ‘Kebetulan’ yang sangat mirip dengan kejadian yang terjadi padaku beberapa jam yang lalu? Aku baru saja membuka kembali kedua mataku (untuk beberapa alasan, aku tidak ingat kenapa aku menutup mataku) dan aku menemukan diriku berada di dalam sebuah perpustakaan. Perpustakaan akademi St. Peter, sekolahku. Aku cukup yakin aku berada di sebuah gang kecil barusan…

“Jadi,”

Aku segera menolehkan kepalaku kearah suara barusan. Baiklah, ini benar-benar aneh. Di depanku nampak Suster Karen, kepala perpustakaan akademi St. Peter, duduk di depan meja resepsionis perpustakaan dengan sebelah tangan menopang dagunya sementara dahinya mengernyit ke arahku. Persis seperti beberapa jam yang lalu.

Suster Karen meletakkan secarik kertas HVS bergaris di depanku, “Apa maksud dari proposal yang kau ajukan ini?”

Kuambil kertas itu dan kubaca sekilas:

Dongeng merupakan salah satu karya sastra yang lahir dari buah pikiran seorang pengarang. Isinya sangat khas dengan hal-hal yang berbau mistis dan mitos yang bahkan tidak dapat dibuktikan secara teori sekalipun, entah itu tentang sihir ataupun hewan-hewan mitologi. Dongeng memiliki bermacam-macam ending, namun ending yang paling sering digunakan dalam dongeng Cuma satu: Happily And Ever After. Inilah yang menyebabkan kebanyakan anak-anak memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap sesuatu, beranggapan bahwa kau bisa melakukan apa saja dengan berharap, dan saat kenyataan yang sebenarnya diperlihatkan tepat di depan mereka, mereka akan tersandung kemudian terjatuh oleh sesuatu yang disebut dengan kekecewaan. Ekspektasi yang berlebihan daripada kenyataan yang ada dapat menyebabkan rasa kecewa yang besar. Karena itulah, dengan menimbang pro dan kontra dari masalah tersebut, saya menyarankan agar buku-buku fiksi segera dimusnahkan demi menekan jumlah kekecewaan yang dirasakan oleh pengunjung dari efek samping membaca bacaan tersebut.

 

Tertanda,

Kiyoshi Masao

“Saya tidak melihat apapun yang salah dengan proposal saya ini,” jawabku sekenanya, persis sama dengan jawaban yang kuberikan beberapa jam yang lalu.

Suster Karen tiba-tiba menarik kerah bajuku dengan kedua tangannya, “Kemana dirimu yang dulu, Masao?”

“…eh?” gumamku singkat, kebingungan dengan tingkah laku Suster Senior di depanku ini yang tingkah dan perawakannya sangat bertentangan dengan umur sebenarnya – soal umur, jangan pernah singgung hal tersebut dengan suster ini. Percayalah, kau tidak akan mau tahu apa yang terjadi saat aku menanyakan hal itu. Dengan segera, Suster Karen melepaskan kerahku dari genggamannya.

FairylessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang