BAGIAN
4.0
▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔
Dominasi
▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁▁
⋆ u t o p i a l i n g s ⋆
Rintik air langit mulai turun malu-malu mengucapkan selamat pada pagi hari ini. Airnya meresap, menyelusup masuk melalu celah-celah kain hingga membasahi tubuhku yang berbalut kemeja. Mataku yang sebelumnya terpejam terbuka, sedikit merasakan pedih tatkala mendapatkan sambutan tidak ramah lantaran air langit menyerang sedemikian antusias.
Kutolehkan kepala, memanfaatkan pipiku sebagai tameng untuk melindungi mata. Pagi yang seperti biasa saja sudah cukup dingin. Bila ditambah hujan, rasanya seakan tanganku membeku sebentar lagi.
Rintihan pelan terdengar begitu samar diusik oleh hujan. Aku ikuti sumber suara yang ternyata berasal dari kamu yang masih tenggelam dalam lautan mimpi. Tidur di alam luar dengan daun sebagai alas dan langit sebagai atap memang sangat tidak aku rekomendasikan.
Namun berhubung dipaksa oleh keadaan, yang aku bisa hanya menerima tanpa banyak meminta. Karena, ya ... jika aku melakukannya, itu sama sekali tidak akan mengubah apa pun.
Tangan kananku mulai bergerak dengan sendirinya, mengguncang pelan tubuhmu agar kamu terbangun dari lelap. Seperti yang sudah aku prediksi, kamu hanya bergeming. Hujan yang cukup memberikan sensasi pedih jika mengenai kulit saja lengah membuatmu bangun, apalagi aku.
Aku baru ingat kalau sejak meninggalkan gedung, aku sama sekali belum memeriksa ponselku. Sedikit penasaran juga apakah wujudnya masih sama seperti ketika awal aku membelinya atau sudah berubah mengingat apa yang telah terjadi kemarin.
"Hahaha." Tawa miris keluar begitu saja dari bibirku ketika aku melihat keadaan ponselku sekarang. Memang benar, aku tidak bisa berharap banyak terhadap produk buatan manusa. Layarnya retak dan aku kesusahan untuk menyalakannya.
Setelah beberapa kali percobaan yang berulang kali gagal, akhirnya usahaku menuai hasil. Aku menggunakan tangan kiriku untuk menutupi layar agar air tidak masuk. Walaupun ponselku tahan air, tidak ada salahnya untuk antisipasi.
Melebar mataku melihat berapa banyak jumlah digit panggilan tidak terjawab yang tertera di layar. Aku menelan ludah, memeriksa pesan masuk yang jumlah digitnya tidak kalah banyak dengan panggilan tidak terjawab itu.
Dari : Tuan Yelliard.
Selama ini aku sudah menganggap kalau kau ini anakku sendiri. Lalu, apa pengkhianatan ini?
Tanganku kebas seketika, tak sanggup untuk menggenggam apa pun. Ponselku yang kini menapak di tanah adalah salah satu bukti. Tubuhku gemetar hebat, rintik air pun mendadak menjelma menjadi ribuan anak panah yang memberikan serangan bertubi-tubi padaku.
Dadaku sesak seperti kekurangan oksigen. Aku merasa telah salah mengambil langkah walau tidak ada niatan juga untuk kembali. Aku sudah bertindak terlalu jauh, dan aku harus meneruskannya sampai tuntas.
"A ... delio?" suaramu yang entah dari mana, membuatku menoleh. Penampilanmu tidak kalah kacau dengan aku. Matamu memerah, bibirmu pucat seperti tidak teraliri darah sama sekali.
Baru saja aku berencana menarikmu dalam sebuah rengkuhan, sebuah tembakan ke atas langit membuatku tergemap. Suaranya terdengar sedikit jauh dari sini, namun suara itu seakan telah memberikan sinyal kalau mereka sedang keluar untuk mencariku--mencari kita.
![](https://img.wattpad.com/cover/247656160-288-k217631.jpg)
YOU ARE READING
Epilogue
De TodoSetiap orang pasti memiliki cerita. Dan setiap pemilik cerita, berhak memilih bagaimana dia akan mengakhiri ceritanya. Berlaku untuk aku, juga kamu. • • • Sudah terlampau lama sejak terakhir kali kebebasanmu direnggut paksa. Dan mungkin ... kamu sen...