⚠️TRIGGER WARNING! Chapter ini mengandung kekerasan, darah, self harm, depresi dan lain sebagainya, dimohon kebijakannya dalam membaca dan jangan sekali-kali melakukannya!
****
SETELAH insiden Calista yang dibawa ke ruang BK , Jay langsung menghampiri Liana ke bangkunya
Liana mendengus melihat temannya yang sekarang sudah berada di depannya dengan cengiran khas nya.
Bletak!
“Aww, sakit cak! Lo hobi banget sih neke gua” rintih Jay seraya mengelus kepalanya yang habis dijitak oleh Liana
“Lo ngapain sih Jay, iseng banget jadi orang! mana sini liat kepalanya” ucap Liana lalu menarik kepala Jay dan meniupnya dengan lembut agar tidak terasa sakit
Jay yang tersadar bahwa posisi mereka sangatlah dekat langsung mendorong Liana dengan jantung yang berdegup kencang dan muka memerah semerah tomat.
Waduh sepertinya ada yang blushing.
“Lo sakit Jay? Muka lo panas ginii” ucap Liana seraya menempelkan tangannya ke kening Jay yang lagi lagi malah membuat Jay salah tingkah
Salah satu temannya Jay yaitu Rino yang melihat kejadian itu langsung tertawa terbahak-bahak lalu berteriak “ANJIR ANJIR JAY MENANG BANYAK AHAY” lalu terdengar sorakan “ciee” di penjuru kelas yang membuat wajah Liana memerah lalu salah tingkah.
“Awas lo No gua gibeng lu di kantin nanti” ucap Jay didalam hati dengan wajah garangnya, yang lagi-lagi dilihat oleh Rino dan menjawab dengan muka-bodo amat.
Sore harinya Liana sedang membaca buku novel di dekat jendela kamarnya, rambutnya yang tergerai indah tertiup oleh angin sore yang menyejukkan, sungguh damai sekali sore Liana sampai akhirnya-
“Cak lo gamau punya temen cewe?” tanya seseorang tepat ditelinganya yang langsung dihadiahi timpukan buku novel dan pekikan olehnya “POCONG POCONG, IHHHH LU NGAGETIN GUA MULU! RASAIN NOH DITIMPUK NOVEL!”
yoi siapa lagi kalau bukan Jay si pengganggu
“Jahat banget hari ini kepala gua udah 2 kali kena tumbal nenek lampir” gerutu sang empu seraya naik ke jendela dan duduk di sebelah Liana yang sedang menetralkan detak jantungnya.
“Lii lu gamau apa punya temen cewe?” tanya Jay
“Tumben lu nanya kenapa? Udah gamau jadi temen gue lagi? Sana pergi hush hush” jawab Liana dengan alis mengkerut
“Bukan gituu kan lu cewe terus biasanya kan butuh temen cewe lagi untuk curhat” ucap Jay“Dih ke lo juga bisa kali curhat” ucap Liana sembari membuka buku novelnya lagi
“Curhat masalah cewe maksud gua, kayak curhat masalah pembalut gitu” ujar Jay tanpa dosa dengan cengiran sok polosnya yang langsung dihadiahi timpukan buku novel lagi oleh Liana
“JAYY MESUM!!” pekik Liana, mampus Jay kena triple kill hari ini dari Liana.
“Tapi gue juga pengen deh Jay, tapi lo tau kan orang kelas pada gamau temenan sama gue gara-gara Calista” ujar Liana sedikit cemberut
“Coba lo besok ajak ngobrol Aurel, gua punya firasat dia mau temenan sama lo” ujar Jay seraya mengelus puncak kepala Liana gemas.
****
Tepat pukul 7 malam Jay sampai di depan rumahnya, ia menghela nafas berat lalu membuka pintu rumahnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara bising
bunda nya sedang tidak berada di rumah maka Jay harus tinggal dengan ayahnya malam ini, berharap saja ayahnya tidak sedang kambuh.
Ia berjalan ke arah tangga bermaksud untuk cepat-cepat pergi ke kamarnya sebelum lemparan remot tv mengenai kepalanya.
Ctak!
“Aww” ringis Jay kesakitan, lalu matanya mencari siapa yang tidak sopan melempar remot tv ke kepalanya dan manik itu melihat seorang pria paruh baya berdiri disana dengan raket nyamuk
ah sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang.
Brak!
Tubuhnya dilempar dengan keras ke arah meja makan, Jay meringis lalu rambutnya ditarik ke belakang dengan sekuat tenaga
“DARI MANA SAJA KAMU?!” Teriak sang ayah yang memperkuat tenaganya
“DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!” lalu satu detik kemudian kepalanya menghantam meja makan dengan keras
“HARUSNYA SAYA BIARKAN SAJA KAMU TERLANTAR DENGAN IBUMU!”
Ctak! Raket nyamuk menghantam tubuh Jay yang meringkuk kesakitan, walaupun raketnya tidak menyala tetapi tetap saja tenaga sang ayah sangat lah kuat, mulai dari kakinya, tangan, perut, bahkan kepalanya dipukuli oleh ayahnya.
“AYAH UDAH AYAH! MAAF MAAF SAKITT” teriak Jay seraya melindungi kepalanya
bukan nya berhenti tetapi ayahnya malah semakin menjadi, perutnya ia pukuli sampai sang empu terbatuk dan mengeluarkan darah
“Ayah udah ayah..” lirih Jay lalu tak lama kemudian pandangannya menggelap secara perlahan.
Entah kapan tepatnya penyiksaan itu berhenti tetapi sekarang Jay sudah tersadar dengan tubuh yang menggigil dan rasa nyeri yang menyeruak, ia melihat jam yang tertempel di permukaan dinding ternyata sudah pukul 11 malam, mungkin ayahnya kelelahan habis menyiksa Jay lalu tertidur di kamarnya
Maka dengan tubuh yang sakit Jay memaksakan untuk ke kamarnya dan mengobati luka-lukanya lalu mengganti bajunya.
Beruntung Jay, ia tidak di bunuh oleh ayahnya, entahlah sudah berapa tahun Jay tersiksa seperti ini 2 tahun? 3 tahun? Atau 4 tahun? Entahlah Jay sudah lelah dengan semuanya
Akhirnya ia memutuskan untuk ke supermarket membeli beberapa obat tidur dan rokok agar pikirannya tenang.
Dua hal rahasia yang tidak diketahui siapa pun terutama bundanya sendiri, yang pertama Jay tidak bisa tertidur tanpa obat tidur dan yang kedua terdapat banyak sayatan ditangannya
****
Poor Jay:(
Gimana pendapatnya sampai chapter ini? apakah seru atau kurang nge-feel? komen yaa☺Oiyaa ada yang tau hari ini udah berapa kali Jay ketimpuk sesuatu di kepalanya? awowkwowk
Kalo suka sama cerita ini jangan lupa share dan voment yaa! karna voment kalian ngebuat aku jadi tambah semangat bikin cerita lagi😝
Thank youu!

KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds
Roman pour Adolescents"Dia adalah alasan mengapa aku masih bisa hidup sampai sekarang" -Liana "Liana adalah alasan mengapa gua bisa bertahan sampai akhir" -Jay Liana mempunyai segalanya, keluarga yang harmonis,paras yang indah bahkan kepintaran, tetapi hanya satu yang ia...