3.Menginjakkan Kaki Di Pesantren

87 54 3
                                    

Mobil putih dengan merk LUXIO itu mulai berhenti dan parkir di depan sebuah bangunan tingkat,nampaknya seperti bangunan yang sudah cukup lama dan tua tapi masih di pakai.

Mobil itu berhenti setelah melakukan perjalanan yang terbilang memakan waktu yang cukup lama untuk berziaroh mengelilingi pulau Jawa.

Para rombongan ziaroh pun turun dari mobil,kali ini bukan untuk ziaroh,melainkan untuk SOAN (bertemu) dengan seorang Kyai Sepuh yang menjadi gurunya Abah Kyai. Karna inilah tujuan akhir dari perjalanan yang cukup melelahkan. Tak lupa Ary dan Mamad pun ikut serta untuk bertemu dengan Kyai Sepuh tersebut,yang nantinya akan menjadi guru baru mereka berdua di Pesantren.

Perlahan Rombongan Ziaroh yang dipimpin oleh Abah Kyai memasuki rumah yang berhadapan dengan bangunan tua bertingkat tadi.
Rumah yang terbilang sederhana itu,terhiasi cat hijau telur asin,serta tanaman yang tersusun rapi di depan rumah,begitu elok dipandang oleh mata. Belum lagi di bagian ruang tamu terhiasi tulisan Kaligrafi di temboknya dan juga foto-foto para Ulama.
Rumah ini adalah tempat yang menjadi kediaman Kyai Sepuh tersebut.

"Monggo-monggo silakan masuk,rombongan dari mana ini?"
Ujar salah seorang yang menjadi penyambut tamu dibagian serambi rumah,sambil berjabat tangan dengan Abah Kyai lalu di iringi para rombongan termasuk Ary dan Mamad.

"Iya terima kasih,ini rombongan dari Lampung. Alhamdulillah baru sampe" jawab Abah Kyai sambil tersenyum kepada orang tadi.

"Oh rombongan dari Lampung to,ya sudah langsung masuk kedalam saja,Abah Sepuh ada didalam" ujar orang tesebut.

Abah Kyai beserta para rombongan langsung masuk dan bersama-sama mengucapkan salam. Didalam sudah ada Kyai sepuh yang sedang duduk bersila menyambut kedatangan para rombongan dengan senyuman ramah seolah-olah mempersilakan semuanya untuk duduk.

Wajahnya yang tersenyum menunjukkan kerutan di kedua pipinya,lalu kedua alisnya dan jenggotnya tebal namun sudah memutih sebab di makan usia.
Begitu pula rambutnya juga memutih tertutupi peci berwarna putih. Dari ciri-ciri itu,beliau kemungkinan berumur kurang lebih hampir 60 tahun.
Meskipun usia beliau cukup sepuh,namun wibawa beliau begitu terlihat mencolok dari raut wajah beliau yang bersih seperti mencorong,membuat siapapun yang memandangnya merasa segan dan takjub.
Inilah bedanya antara seorang Ulama dengan orang biasa.

Tanpa basa-basi Abah Kyai dan juga para rombongan langsung bersalaman dan mencium tangan Kyai Sepuh tersebut. Kyai Sepuh ini adalah salah satu guru favoritnya Abah Kyai sewaktu masih mondok dulu di Pesantren beliau.

Mencium tangan seorang Ulama,hal ini sudah menjadi tradisi turun temurun di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Menurut sebagian pendapat,salah satu cara kita ngalap barokah (mencari berkah) dari seorang Ulama adalah mencium tanganya.
Ya walaupun pendapat ini kadang ada sebagian yang tidak menyetujuinya,namun tetap saja masih banyak yang melakukanya.
Sebab itu juga salah satu cara kita menghormati seorang Ulama karna Ulama adalah warisanya para Nabi dan Rasul.

Setelah semuanya bersalaman lalu berbincang-bincang dengan Kyai Sepuh tersebut. Tibalah saatnya Abah Kyai membicarakan salah satu tujuannya kepada Kyai Sepuh itu.

"Maaf Bah sebelumnya,tujuan saya beserta rombongan kesini,sekalian ingin soan  (bertemu) dengan Abah juga mau menitipkan kedua anak kami yang ini namanya Ary dan yang ini Mamad, semoga Abah berkenan menerima mereka sebagai santri abah dan bisa ngaji dengan Abah" ujar Abah Kyai kepada Kyai sepuh tersebut.

Kemudian Kyai Sepuh tersebut menjawab dengan halusnya
"Oh gitu,ya Insya Allah mereka dua akan saya didik seperti anak saya sendiri yang penting mereka berdua sungguh-sungguh mau mengaji,kalau soal pintar atau bodoh bukan kita yang ngatur semua Allah yang ngatur yang penting kita mau berusaha yang terbaik" jawab Kyai Sepuh tersebut dengan tutur kata yang begitu lembut.

"Ya sudah,yuk semuanya makan dulu,pasti lapar kan habis melakukan perjalanan jauh. Silahkan langsung ke Prasmanan saja ya di ruang tengah,nanti saya antar"
ajak Kyai Sepuh tersebut menawarkan Abah Kyai dan para rombongan Ziaroh untuk makan.

Undercover of PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang