4. Adaptasi

65 42 0
                                    

    1 Agustus 2016,inilah awal bulan kemerdekaan dan awal perjuangan Ary dan Mamad di Pesantren.
Meski kadang masih terbayang dengan Kampung Halaman,tapi mereka berdua harus tetap semangat walaupun jauh dari rumah demi meraih kesuksesan yang mereka cita-citakan selama ini. Satu hal yang masih mereka ingat-ingat dan tak akan pernah lupa,yaitu pesan Abah Kyai "jika sudah mondok disini,pesan Abah cuma satu inget baik-baik ya JANGAN BUAT MALU" itulah pesan yang selalu mereka ingat dimana pun mereka berada.

Di Pesantren baru,tentu semuanya serba baru. Baik itu lingkungan baru,teman-teman baru dan yang pasti semangat baru.

Meskipun Ary dan Mamad baru pertama kali mondok di Jawa,mereka sudah tidak kaget karna mereka dulu juga pernah mondok sewaktu masih di Lampung. Hanya saja sedikit berbeda salah satunya soal lingkungan. Jika di Lampung terkenal dengan lingkungan yang cukup keras,contoh saja seperti Warga Desanya yang tidak mendukung dan tidak sependapat dengan Pesantren kadang malah santri-santri disana sering di musuhi oleh Warga Desa.

Tentu berbeda sekali dengan lingkungan di Jawa. Disini Warganya memang cukup ramah dan bersahabat dengan para santri serta sangat menghormati seorang Ulama. Ya meski kadang ada saja yang tidak suka,tentu itu hal yang wajar.

Bukan untuk membeda-bedakan antara Lampung dan Jawa. Tapi memang inilah yang di alami oleh kedua remaja Lampung asli Pribumi ini.

Hari pertama di Pesantren,Ary dan Mamad masih bingung. Satu hal yang mereka bingungi adalah kamar dan juga lemari. Jadi sementara waktu mereka bertempat di salah satu kamar pengurus.

"Mas berdua tidurnya disini dulu gak apa-apa kok jangan bingung. Nanti kalau sudah beres semua urusan pondok saya cariin kamar untuk kalian berdua" ujar salah satu Pengurus Pondok yang mengenakan peci tinggi dan kacamata umurnya jauh lebih tua dari Ary dan Mamad.

"Iya Mas,makasih banyak,maaf ngerepotin ya" Ary mengucapkan terimakasih kepada Pengurus itu.

"Iya sama-sama,gak ngerepotin lah kan emang udah jadi tugas saya" jawabnya sambil tersenyum.

"Oya Mas,mau nanya? Nanti kalau udh mulai ngaji kitabnya biasanya beli sendiri atau udah di sediain ya?" tanya Mamad ke Mas Pengurus itu.

"Oh soal itu Mas berdua gak perlu di fikirin,soalnya udah ada yang urus,Mas berdua tinggal siapin dananya aja" jawab sang Pengurus.

"Maaf saya tinggal dulu ya,mau ada urusan lagi,di enakin aja disini ya kalau mau tidur ya tidur aja jangan malu-malu" lanjutnya lagi.

Ternyata Pengurus yang tadi berbicara kepada Ary dan Mamad adalah seorang Ketua Pondok biasanya di sini di panggil dengan sebutan Lurah Pondok. Meraka baru menyadarinya ketika dia sedang berbicara dengan salah satu Pengurus lain yang memanggilnya Pak Lurah.

"Kang Ary,ternyata orang yang tadi itu Lurah to,duh jadi gak enak aku"
Mamad mengajak bicara kepada Ary.

"Iya lo,aku kira siapa gak taunya Lurah Pondok. Nanti kalau dah kesini aku penasaran pengen tanya sesuatu ke dia" jawab Ary sambil penasaran dengan Lurah Pondok tadi.

"Emang penasaran kenapa?" tanya Mamad.

"Ya pengen tanya aja berapa lama jadi Lurah di Pondok ini" ujar Ary yang memiliki sifat penasaran.

Undercover of PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang