•3🐾

13 2 0
                                    

Happy Reading✨
••••••••••••••••••••••        •~•             ~•~

Kring..kring..kring..

Bel tanda jam telah selesai berbunyi. Membuat seluruh murid bahkan guru bersorak gembira dalam hati.

Waktu yang di tunggu tunggu akhirnya tiba.

Dengan cepat mereka merapikan buku dan peralatan menulis kedalam tas sekolah.

Waktu telah menunjukkan waktunya pulang ke habitat mereka masing masing.

Wahh betapa senangnya ketika penderitaan otak akan berakhir.

Ahh tapi besok harus memulainya kembali. Sungguh sangat melelahkan sekali.

"Leen lo pulang bareng bang Dareen?." Tanya Amira yang juga sedang sibuk merapikan peralatannya.

"Enggak gue pulang sendiri." Jawab Aileen yang sudah siap untuk pulang.

Amira sedikit memajukan bibirnya dan sambil mengangguk mengerti.

"Baiklah anak-anak karena sudah waktunya pulang maka kalian harus langsung pulang kerumah yaa jangan keluyuran lagi." Ucap bu guru.

"Ayolah bu kami hanya nongkrong di cafe depan." Ucap protes salah satu siswi.

"Baiklah terserah kalian. Selamat siang semuanya dan hati-hati dijalan."

"Selamat siang dan terima kasih bu guru."

Dengan cepat semua murid berlari keluar ingin mencari kebebasan dan sangkang tang menjerat.

"Leen temenin gue ke toko buku yuk mau cari novel nih stok gue di rumah udah habis."

"Yaudah ayok gue juga mau beli."

Beriringan mereka berjalan keluar kelas.

Saat di lapangan parkir seseorang memanggil Aileen dari belakang.

Dia tau betul siapa yang memanggilnya itu karena hanya orang itu yang memanggilnya dengan nama berbeda.

"Lesya!!."

Aileen berhenti melangkah tapi dia tidak membalikkan badannya. Dia hanya berdiri sembari menunggu orang yang memanggilnya itu menghampirinya.

"Ayok bareng abang pulang." Ajak Dareen sambil memegang pundak Aileen dan tersenyum manis padanya.

Yah itu adalah nama panggilan Aileen sejak kecil dan hanya di gunakan oleh Dareen.

Dengan cepat Aileen menjauhkan pundaknya sehingga pegangan Dareen terlepas.

Aileen berdiri menghadap Dareen dengan kedua tangan dilipat.

Senyum sinis menghiasi wajah Aileen. Dia tidak menyukai abangnya itu bersikap seakan akan mereka akrab.

Dareen yang mengerti makna dari ekspresi wajah Aileen pun hanya diam saja.

Tanpa sepatah katapun Aileen langsung melanjutkan jalannya dengan Amira.

Amira yang berdiri di samping Aileen hanya diam melihat aksi kakak beradik dia tidak ingin mencampuri urusan mereka berdua.

Entah apa yang terjadi pada kakak beradik itu hanya mereka yang tau.

Dengan wajah sedih Dareen memandangi punggung adik yang sangat disayanginya itu.

Dia sungguh menyesal atas apa yang terjadi dimasa lalu.

🐾🐾🐾

Kini Aileen dan Amira sampai di toko buku.

Mimpi / Nyata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang