KUNCI PIPA

14 2 0
                                    

"Apa masih jauh lagi tempatnya?"

"Tidak, sebentar lagi."

"Sepertinya tempat ini lumayan ramai ya." ucap Langit sambil menengok kanan kiri.

" Karena disinilah hawa negatif banyak ditemukan, rumah kosong, rumah sakit, sekolah atau bahkan banyak proyek besar yang menggunakan roh jahat, rela bersekutuk demi kejayaan dunia. Cih dasar sampah" Dia menjelaskan seakan dibuat kesal dengan kata-katanya sendiri, "Hei kau, apakah kau pernah berbicara dengan kutukan didalam tubuhmu?" Dia bertanya seakan tidak ada hal lagi yang harus dilakukan.

"Sepertinya aku pernah berbicara denganya, yang kuingat hanya aku mengikat perjanjian denganya."

"Oiya, ini milikmu kukembalikan." Dia menyerahkan sebilah keris yang diberikan Matahari

"Memangnya tidak apa-apa menyerahkan benda seperti ini kepadaku?" sambil menerima benda itu.

"Kemungkinan kalau masih ada sukmanya tidak akan kuserahkan kepadamu dan akan diminta petinggi, gunakan senjata ini sebelum kau bisa menguasai kekuatanmu."

"Baik mas." dia sangat percaya diri, kemudian dia melihat tubuhnya dan menoleh ke arah Hujan, "Hei Mas, apa kau tau tentang mahkluk yang ada didalam tubuhku ini?"

"Memangnya aku kelihatan orang yang serba tahu?"

"Kupikir mas sudah lama bekerja di bidang ini, jadi aku bertanya." Ucap Langit yang melihat menatap Hujan berharap menjelaskan pertanyaanya, kemudian Hujan menoleh ke Langit dan menghembuskan nafasnya,

"Dia itu monster di jaman kerajaan, alat perang dari Kerajaan Majapahit, dia terbutakan oleh kekuatanya yang tak terkendali dan ingin meraih segalanya, dia tidak pernah puas dengan ilmu dan kekuasaan yang dimiliki, namanya adalah Singo Barong, manusia pengguna aji-aji sama seperti kita, leluhur kami hampir kewalahan menghadapinya, kemudian ada seseorang yang pulang dari bertapa dan melawanya, pertarungan itu terus seimbang dan tidak berakhir, akhirnya leluhur kami memutuskan untuk menyegel setengah badanya di dalam keris, dan setengah badanya disimpan oleh keturunan yang melawan Singo Barong, Entah kenapa kau bisa menemukan keris itu."

"Meski aku tidak begitu mengerti tentang mahluk itu tapi pasti orang itu sangat terkenal di kalanganmu." Jawab Langit yang mencoba akrab denganya.

"Ya begitulah."
"Kita sudah sampai" setelah sekian lama mereka berjalan, akhirnya mereka sudah tiba didepan Kantor yang tidak terlalu besar.

"Wahhh, sepi banget mas." Kalimat yang pertama kali diucapkan ketika melihat gedung itu.

"Apakah kau pernah lihat orang-orang seperti kita?"

"Enggak" Jawab singkatnya dengan berjalan menuju gedung seakan sudah lumrah dia masuk kedalamnya.

"Kita termasuk organisasi rahasia yang didanai pemerintah dengan rahasia, dimasyarakat kita lebih terkenal dengan petugas pengayom masyarakat, kau juga hati-hati karena kau termasuk incaran para petinggi, aku mau laporan habis ini." Dia mengikuti Langit dari belakang, mereka naik di ruangan yang paling tinggi kemudian menuju ke salah satu ruangan dan mengetuk pintu, mereka dipersilahkan kemudian masuk ruangan itu,

"Permisi Pak, Saya mau laporan anggota baru," Perkataannya berganti sopan, "Pak perkenalkan ini Langit, Langit perkenalkan ini pak Kilat Kepala Umum di gedung ini" Langit menunduk kepadanya.

" Wah, tumbal lain datang," Dia berbicara seolah sudah biasa dengan kalimat itu, dan Langit bingung dengan perkataan yang dilontarkan orang yang sedang duduk di kursi tersebut, "Oke Langit, apa kau siap bekerja disini? ini bukan tempat yang biasa untuk seumuranmu lho"

"Aku tidak tau siap atau belum, akan kujalani saja, nanti juga terbiasa." Jawab dia seolah-seolah berbicara dengan temanya.

"Jaga sikapmu." Hujan menegurnya sambil menggenggam kepalanya dan Langit tertawa takut.

Aji LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang