JERUK

6 0 0
                                    

" Besarnya." Langit berdiri mengilaukan mata menatap bangunan panjang dan besar diatas sungai yang berdiri kokoh ditopang empat pilar, dua satunya berada dipinggiran sungai, berdiameter kurang lebih 200 meter, dibawahnya terdapat jembatan selebar bangunan diatasnya, digunakan untuk menyeberang dan mengatur sistem buka tutup sungai. "Bangunan ini untuk apa?" Dia menengok kearah Hujan mengharapkan Jawabannya.

"Apa kau tidak pernah melihat bangunan seperti ini?". Langit hanya menggelengkan kepalanya. "Apa disana tidak ada sungai?"

"Ada, tapi memang tidak sebesar ini."

"Ini hanya pintu air, gunanya untuk mengatur debit sungai dan menahan banjir, tidak ada yang spesial tapi, bangunan ini sudah lama berdiri dan menjadi simbol di daerah ini."

"Jadi, kita mencari tahu apa tentang bangunan ini?"

"Itu yang akan aku katakan, karena bangunan ini sudah lama, aura dibangunannya semakin kuat dan mengundang roh kesini, banyak orang-orang bunuh diri dan pengunjung disini banyak yang menghilang, jadi kita disini untuk menelusuri apa yang terjadi di tempat ini. ingat, hanya mengamati dan menunggu bantuan kelompok lain."

"Dasar orang kampung." Ucap Hidden blak-blakan kearah Langit.

"Aku hanya bertanya apa salahnya?"

"Tidak ada, hanya saja keberadaanmu yang salah, makanya tanya saja apapun kepadaku, aku tau segalanya disini." Hidden yang menyombongkan diri mengangkat dagunya dan menusuk dadanya dengan ibu jari.

Hujan tidak memperdulikan mereka berdua, dia merogoh sakunya, dan menggenggam benda persegi didalamnya, dia kemudian menarik dan mengeluarkan ponsel. "Aku akan mengirim lokasi kita ke si bodoh itu."

"Oiya, Kenapa dia tidak pernah muncul?" Tanya Langit menurunkan pandanganya kearah Hujan.

"Apa yang kau harapkan dari dia tidak sesuai ekspektasimu," Dia membalikkan badannya mengangkat tangannya diatas kepala dan menatap matahari. "Tingkahnya sok keren hingga membuatku muntah." Sela Hidden menjawab pertanyaan Langit.

Langit menatap sipit Hidden dan membatin, "Buset, nih orang  kumat apaan, sok keren banget.", Dia kemudian  membuka mulutnya membalas omong kosongnya, "Memang semua orang begitu di sudut pandangmu," Langit jongkok bermain air dipinggir sungai. "Jangan lihat sesuatu dari sampulnya saja, apa kau tidak bisa bercermin juga, bersikaplah baik ke orang-orang."

"Semua orang sama saja, mereka baik didepan dan ketika melihat sesuatu mereka berubah pikiran memakanmu dari belakang, apalagi laki-laki, dasar mahkluk busuk naif."

"Perkataan kalian tidak masuk akal dengan apa yang akan kalian hadapi didepan, bocah banyak omong kosong." Hujan tidak memperdulikan mereka dan masuk ke salah satu pilar. Langit berdiri dan berjalan kearahnya.

"Sudah ku bilang dia mempengaruhiku, laki-laki memang selalu begitu." Hidden berlari ke arah Hujan.

Mereka mendekat kearah tangga, "Ayo masuk." Hujan masuk paling depan dan disusul Langit, tiba-tiba jantung Langit berdetak keras dan tersungkur " Arghh.." .

"Hei, apa kau mengantuk." Tanya Hidden seolah peduli.

"Tidak ada, tapi sepertinya aku sekarang mengerti yang terjadi didalam tubuhku, apa aku memang melakukan perjanjian seperti itu." Dia jongkok sambil mencengkram dadanya.

"Apa yang terjadi?" Hujan berhenti naik ke atas dan menghadap ke Langit.

"Dia mengisi setengah dari jiwaku dan bersemayan didalam sini." Hujan terkejut dan membalas perkataannya,

"Bagaimana bisa kau menampung energi sebesar itu, tubuh manusia biasa akan hancur lebur, kau memang bukan manusia biasa."

"Halo-halo tuan serangga, apa kau bisa mendengarku?" Hidden mengetuk-ngetuk kepala Langit mencoba berkomunikasi mahkluk yang berada didalamnya. Langit menggenggam wajah Hidden sambil sedikit kesakitan.

Aji LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang