KEDAI KOPI

3 1 0
                                    

"Hmm? Kemana mereka." Dia menebar pandang di gedung yang dimasukinya, kemudian naik ke lantai dua dan mulai berkeliling, dia masuk ke ruangan sebelahnya dan menemukan mayat roh dan melanjutkan jalannya menelusuri lantai tersebut, di ujung ruangan dia menemukan bekas tubuh mayat dan tembok berlubang, "Apa yang  mereka lakukan disini?" Dia melirik mahkluk besar yang hancur itu.  "mereka kuat juga bisa mengalahkan roh teknik ilusi sebesar ini." Sambil menginjak benjolan kepala di mayat  itu dengan satu kaki, "Apa mereka sudah pulang," Dia kemudian naik ke atas dan tidak menemukan apa-apa, "Yasudahlah, mungkin mereka sudah tidak ada disini," Lantas Hujan langsung turun dan keluar dari gedung itu,

Hujan berjalan sampai di tengah kota mencari sesuatu, dia menemukan kedai kecil yang terbuat dari tenda dan terdapat tulisan menu didepan,  ramai kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang di depan kedai itu, kemudian dia masuk,

Dia  menarik kursi didepan pemilik kedai dan terdengar olehnya. "Selamat datang" dia menoleh kedepan melihat Hujan seperti tidak biasa dan menurunkan tangannya ke meja, "Tumben sekali kau mampir, apa yang membuatmu datang kemari?"

" Tidak ada, sepertinya aku lupa kapan terakhir kali aku datang kesini."

"Kau mau pesan apa?" Pria ramah umur 30-an itu kembali ke medan tempurnya dan membelakangi Hujan.

"Kopi." Jawab singkatnya.

"Jadi, bagaimana pekerjaanmu?"

"Seperti biasa, tidak ada yang berubah dari itu." sambil menatap suram meja kayu didepannya.

"Sepertinya kau sedang tidak sibuk hingga bisa mampir kesini." Tebak dia dengan menyeduh kopi.

"Bukanya lebih baik jika melihat petugas sepertiku menganggur?"

"Hahahaha.. benar juga, sekali-kali mampirlah ke rumah, apa kau sudah lupa?"

"Ah iya, jika aku sempat."

"Ternyata kau semakin sombong setelah mendapat pangkat yang tinggi. Dasar, anak muda." Sambil menyerahkan kopi Hujan.

"Memaksa sekali, kapan-kapan aku akan kesana.", Dia melihat pemilik kedai itu "Oiya, bagaimana kabar anakmu?"

"Yaa.. seperti biasanya, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik."

"Sudah lama sejak dia masih bayi, aku tidak melihatnya. Kau menjadi ayah yang baik untuknya kan?"

"Apa maksudmu, meski aku modelnya begini, aku berusaha yang terbaik untuknya hahahaha.."

"Sekarang kau punya hiburan dan tujuan hidup."

"Apa kau makan yang aneh-aneh tadi? Ucapanmu berubah menjadi bijak" Dia menatap penasaran Hujan.

"Ah terserah kau."

"Oiya, sudah lama sekali aku tak mendengar kabarnya."

"Jangan membahasnya sekarang."

"Kenapa kau marah? Apa kau punya masalah lagi dengannya?"

"Tidak, hanya saja... Ah sudahlah." Hujan tidak mau membahasnya panjang lebar. "Tapi, beberapa waktu yang lalu aku mendengar dia berada di dekat sini."

"Oiya, kenapa tidak mampir?."

" Memangnya dia pengangguran."

"Hahahah... kau benar."

"Aku tidak menyangka bisnismu bisa sesukses ini." Hujan melihat orang-orang yang sedang berkumpul ramai didekatnya. "Apa kau menggunakan penglaris."  Dia bercanda dengannya.

"Wahh... Ide bagus, bukan enak malah menjadi seram hahahaa... Dan bisa ketahuan kalian, reputasiku akan menurun, aku bekerja apa lagi?"

"Pekerja kantoran." Jawabannya singkat.

Aji LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang