LAUTAN DI LORONG

5 0 0
                                    

Hujan yang masih melayang karena ditarik oleh tentakel besar melesat kedepan tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Dari arah depan dia melihat sesuatu yang muncul dari lantai. Semakin dekat makhluk itu berbentuk mulut ikan selebar lorong, membuka lebar dengan gigi tajam bersiap menjemput Hujan. Dia mencoba tenang dan berpikir. Hujan melemparkan pedangnya kebawah menancap lantai, tangannya memercikan listrik dan langsung berpindah kearah pedang, " Fyuuh, nyaris saja tadi." Hujan bernapas lega sambil mengusap poninya.

Mahkluk itu menantikan kedatangan Hujan. Sadar Hujan berhasil menghindar dari jebakannya, diapun menutup mulut rapat.

"Sial, aku dipisahkan dari tempat mereka." Dia mengernyitkan dahinya kemudian berdiri dan menatap cemas ikan besar yang ada didepannya.
"Bagaimana aku membunuhnya, Belut itu tidak bisa masuk kesini."  Mulut besar roh itu kembali membuka. Hujan waspada dan mengangkat pedangnya menanti didepan mulut ikan itu.
"Apa yang muncul Kali ini?" Kali ini kepiting yang menyerupai manusia dewasa keluar dari dalam, kulitnya bercangkang merah dan berkepala Kepiting utuh berkumis lele memanjang kebelakang. Hujan  mencabut pedangnya,

" Majulah." roh kepiting itu tersenyum aneh seperti tahu maksud dari perkataan Hujan. Kepiting yang mirip dengan manusia itu mengambil aba-aba jongkok seperti atlet lari, menaikan pinggul dan melesat kearah Hujan. Kepiting itu mengangkat tinju mengarah ke Hujan dan menahannya dengan pedangnya,  "Cih."  kepiting itu kembali nyengir Melepas kepalannya berganti dengan tangan yang lain. Hujan menurunkan pedangnya dan menangkis serangan yang datang dengan menerbangkan tangan kepiting itu dari bawah, pukulannya tidak jadi mengenai wajah Hujan. Kemudian datang tendangan dari bawah mengarah ke kepala Hujan, dia memalangkan kedua lengannya menahan tendangannya. Hujan terhempas sejauh tiga meter dari kepiting itu. "Cukup tangguh juga ternyata." Hujan kali ini berganti melesat kearah kepiting itu dan menebas lengannya. Tangan kepiting itu tak berpengaruh,  kemudian dilanjutkan dengan hujaman serangan, semua ditangkis dan sesekali serangan kepiting itu mengarah ke perut dan wajah Hujan. Hujan mencoba menebas leher kepiting itu dan lagi-lagi hanya menimbulkan goresan dangkal di cangkang. Satu pukulan mengarah kepala Hujan, dia menghindarinya kemudian mencengkram tangan kepiting itu kemudian memelintir dengan kedua tangan. Hujan kemudian melanjutkan mematahkan siku kepiting itu dengan sikunya. Kepiting itu panik ketakutan dan menyemburkan air panas dari mulutnya, Hujan menyadarinya meloncat mundur dan terdapat jarak diantara mereka. Hujan jongkok meludah darah dan mengamati monster kepiting dengan lengan patah itu, dia menyadari sesuatu dan bersiap menyerang lagi. "Saatnya pertempuran aji-aji. " Ucapnya dengan mengusap mulut.

Kepiting itu kembali menyemburkan air panas kearah Hujan. Hujan menghindarinya kemudian melempar pedang kearah kepiting, melewati belakang badannya, dengan cepat Hujan berpindah ke belakang badan kepiting itu, "Kearah mana kau melihat," Hujan langsung menebas celah dibelakang lutut membuat kepiting itu terduduk, Diapun menjejak punggung kepiting itu hingga tersungkur. Kepiting itu masih bingung, Hujan menebas salah satu kaki kepiting itu dari belakang kemudian menjerit kesakitan mencoba menendang Hujan. diapun langsung meloncat mundur. Kepiting itu kemudian mencoba berdiri dengan satu kaki,
"Ya bagus, jangan bermalas-malasan menjadi roh jahat." Hujan seolah memancing emosinya. Kepiting itu menyemprotkan air panasnya sekuat tenaga, kali ini lebih besar. Hujan berlari menghindarinya. Semburan terus mengikutinya hingga kearah manapun, kemudian terdapat celah ketika semburannya terhenti,
" Saatnya!" Hujan berlari ke Kepiting itu, Kepiting menyemburkan air lagi dan Hujan bergerak menghindar dengan sedikit mendekat kearahnya. jarak mereka sudah tidak jauh lagi. Kepiting itu panik dan memasang kedua tangannya melindungi wajah, Hujan melemparkan pedangnya kearah tangan kepiting itu namun sial Pedangnya tak sekeras cangkangnya. pedang itu terpental memutar keatas, Hujan panik dan kepiting itu tersenyum membuka mulutnya lebar-lebar. Kemudian kepiting itu memasang kuda-kuda, menerbangkan kepalanya kearah Hujan. Sejengkal kurang pukulannya mengenai Hujan. Tanpa diketahui putaran pedang Hujan habis dan turun kebawah persis diatas kepala Kepiting. Kepiting itu memukul angin dan kaget karena Hujan tiba-tiba menghilang entah kemana. Hujan langsung cepat berpindah ke pedangnya dan duduk mantab dipundak kepiting. Hujan berbalik senyum kepadanya.
" Bercanda." Ucapnya dibelakang Kepiting itu dan langsung menyodorkan pedangnya kearah mulutnya, "Mati kau!!" Dia menekan kuat pedangnya, mengeluarkan listrik besar dan meledakan kepala kepiting itu. kemudian kepiting itu tergeletak. Hujan yang berlumuran darah melihat mahkluk yang baru saja dibunuhnya, kemudian menyebar pandang kesekitar, "Dimana ikan besar tadi?"

Aji LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang