Bulan dan bintang tampak tenang menghiasi langit-langit malam di kota ini. Tak hanya bulan dan bintang, kota ini pun tampak tenang. Kesunyian mengisi kota ini, hanya suara hembusan angin yang terdengar, dan juga... suara tangisan gadis berusia dua puluh dua tahun ini. Dia menangis mengeluarkan buliran-buliran air matanya, membuat kedua pipi gembulnya itu basah. Dengan lagu melow yang di setelnya, dia menangis dengan keras.
Dia tidak sanggup lagi hidup. Dia ingin mati, tapi tak ingin bunuh diri. Dia ingin menggantikan ayahnya, tapi dia tak bisa. Huft... rasanya dia ingin musnah saja dari dunia yang teramat kejam ini. Dunia yang telah merebut ibu dan ayahnya. Kejam sekali... kejam sekali dunia mengambil kedua orang tuanya itu dan meninggalkan dia sendirian di dunia yang kejam ini.
Dulunya gadis bermata kucing ini tak takut mati, dia lebih takut kehilangan ayahnya dari pada kehilangan nyawanya. Tapi sekarang... dia lagi-lagi kehilangan salah satu kebahagiannya. Bukankah maut kejam? Oh, shit. Jennie ingin mati saja! Padahal dia selalu berdoa agar dia dan ayahnya mati secara bersamaan. Agar dia atau ayahnya tidak sendirian di dunia ini.
Dia tidak peduli, tidak peduli akankah dia masuk surga atau neraka. Dia lebih peduli pada kebahagian ayah dan ibunya itu. Kalau saja dia tau... dia pasti tak akan bersikap seperti itu kepada ayahnya. Tapi sekarang dia benar-benar telah menyesal, sungguh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wʜᴇɴ Tʜᴇ Fʟᴏᴡᴇʀ Dɪᴇs || On going
Fanfic❝ Ketika orang yang kita cintai itu mati, maka jiwa kita juga akan mati... ❞ ❗WARNING❗ ✉ Strong language including cursing. ✉ May contain upsetting scene. ©Jentae_Taennie_cover_2021 ©Jentae_Taennie_story_2021