7.) Nama Baru

24 6 1
                                    

“Jatuh cinta pada seseorang itu mudah namun tanpa pembuktian akan menjadi sia-sia”

***

~Happy reading✨

Ruang yang ciri khas berbau obat itu menusuk indra penciuman sang gadis yang sedang tergeletak lemas diranjang ruang yang bertuliskan uks itu, perlahan mata Ara terbuka memandang area tersebut.

“Ruang uks? kok bisa disini sih gue,” batin Ara.

Ara mengingat kejadian tadi, dia memegang perutnya yang masih lapar, Ara mendengus kesal seharusnya dia tidak pernah bertemu dengan garangan.

“INI SEMUA GARA-GARA GARANGANN!!!” teriak Ara di ruang uks yang sepi.

Ara benar-benar frustasi, dia menjabak rambutnya dengan kasar dan perlahan butiran cairan bening mendarat di pipi gemasnya itu.

Hiks hiks

“Kenapa sih Van lo dateng lagi dikehidupan gue.”

Tangisan Ara semakin kencang di ruang uks, ruang uks tampak sepi karena para penjaga uks sudah pulang dari tadi. Perlahan tangan seorang pria mengusap pucuk kepala Ara.

“Kadal jangan sedih ya, gue rela jadi tameng lo kok”

Ara mendongakkan kepalanya melihat pria itu, tangisan Ara semakin menjadi-jadi.

“Kok lo malah nangis si?”

Hiks hiks hiks

“Lah malah kenceng banget nangisnya”

“Lo kesurupan ya?”

Leon yang melihat kelakuan Ara dengan sigapnya memegang kepala Ara dan mulai membacakan doa yang dia tahu bisa mengusir setan.

“Bismillahirrahmanirrahim”

Leon mengambil air putih di meja dan mulai mengumur dan membacakan doa. Leon mulai beraksi layaknya dukun internasional. Ara yang melihat kelakuan Leon menggelengkan kepalanya,

“Leonnnn jangannn,” teriak Ara yang melihat Leon mulai menyemburkan air itu ke dirinya.

Ara refleks memejamkan matanya.

“Kok gue gak basah sih?” batin Ara heran.

Ara mulai membuka matanya perlahan dia sontak kaget yang dia lihat sekarang. Devan berada tepat di depan mata Ara bahkan nafas mereka saling beradu.

“Mantan cantik deh kalau lagi kaget,” ucap Devan menggoda Ara.

“Hah?”

Devan mulai mengeluarkan jurus andalannya, Devan mencubit pipi Ara dengan gemasnya dan tersenyum ke Ara.
Seketika pipi Ara bersemu merah.

“Ih kenapa sih gue, untung Devan gak lihat,” batin Ara.

Devan mulai berjalan mengarah ke Leon dengan tatapan penuh amarah, dia memegang kerah seragam Leon dan melayangkan pukulan tepat di sudut bibir Leon hingga Leon jatuh tersungkur, perlahan darah segar mengalir di sudut bibir Leon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gengsi? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang