PROLOG

376 14 1
                                    

Seoul, Korea selatan

Tring.

Suara pemanggang roti menandakan roti sudah matang. Aroma harum khas roti panggang yang lambat laun menyeruak menghiasi dapur yang tergabung dengan ruang makan pagi ini. Lalu seorang cowok mengeluarkan roti panggang tersebut dari mesin pemanggang nya dan menaruhnya di atas piring.

Cowok tersebut berjalan ke arah sofa dan menempatkan dirinya di atas sofa. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Yoboseyo."

"Aslan." Balas Seseorang di balik ponsel tersebut.

Aslan mengerutkan dahinya, sepertinya suara tersebut tidak asing lagi baginya.

"Abang, Ini bunda."

"Bunda?" Jawab Aslan. "Assalamu'alaikum, Bunda."

"Wa'alaikumssalam." Balas Dina. "Apakah kamu bisa ke indonesia, Bang?."

"Sebentar ya, Bunda. Abang cek dulu jadwal penerbangan hari ini." Ujar Aslan.

"Jadi gimana apakah kamu bisa? Soalnya ayah sama bunda sudah kangen banget sama kamu, bang." Ucap Dina. "Sudah tiga tahun juga kamu di Seoul."

"Coba nanti abang tanya Co pilot dulu ya, Bunda" Jawab Aslan.

"Baiklah, Bunda sama ayah tunggu kabar dari abang. " Ucap Dina. "Jangan lupa sholat ya, bang!."

"Iya, bunda" Jawab Aslan.

"Assalamualaikum, Abang" Tutup Dina.

"Wa'alaikumssalam."

Setelah panggilan terputus, Aslan bergegas mengganti pakaiannya menjadi seragam pilot lengkap. Selesai mengganti pakaian, ia langsung menarik koper miliknya dan langsung membuka pintu kamar apartemennya.

Pada saat menuju bandara, ia bertemu dengan rekan sejawatnya tetapi berbeda profesi. Rekan sejawatnya merupakan seorang wanita cantik.

"Annyeong oppa!" Sapa wanita itu.

Dia Alya. Rekan sejawat Aslan dari indonesia.

"Annyeong" Jawab Aslan yang mempercepat langkahnya.

"Tungguin aku, Aslan!" Titah Alya yang mencoba mengejar Aslan.

Pemilik nama itu sama sekali tidak menghiraukan panggilan dari Alya. Ia malah mempercepat langkahnya hingga sampai di dalam bandara. Cowok itu berjalan mendekati seorang Pria paruh baya terlihat sedang berdiri menatap jadwal penerbangan hari ini. Dia Paman Lee. Paman lee merupakan orang asli dari seoul, namun paman lee bisa berbahasa indonesia.

"Annyeong, ajeossi" Sapa Aslan.

"Annyeong, Aslan. ada apa?."

"Apakah hari ini paman ada jadwal ke indonesia?" Tanya Aslan.

"Ye, Waeyo?."

"Jinjja?!" Ucap Aslan antusias.

"Ye."

"Kamsahamnida, ajeossi!" Seru Aslan mengikuti langkah Paman Lee.

Pada saat Aslan dan Paman Lee melangkahkan satu kaki ke arah pesawat. Tiba-tiba Alya memanggil nama Aslan yang sedang berlari dengan membawa koper.

"Tunggu, Aslan!" Teriak Alya.

Aslan menghembuskan nafasnya dan menoleh ke arah Paman lee.

"Bolehkah Alya ikut?" Tanya Alya.

Aslan kembali menoleh ke arah Paman Lee. Kemudian Paman Lee mengangguk.

"Jinjja?!" Tanya Alya untuk memastikan kembali.

"Ye."

Setelah mendengar jawaban paman Lee, Alya mencoba untuk merangkul lengan Aslan. Namun, Aslan mencoba untuk melepaskan rangkulan yang di berikan oleh Alya.

"Jangan sentuh saya!" Seru Aslan dan langsung masuk ke dalam kokpit yang sudah di tunggu oleh paman lee yang merupakan Co-pilot.

"Sudah siap?" Tanya Paman Lee.

Aslan mengangguk.

Tidak lama kemudian pesawat yang di ambil alih oleh Aslan pun lepas landas dari Bandar Udara Internasional Incheon. Hingga saat ini pesawat mereka sudah berada di ketinggian Tiga puluh tiga ribu kaki atau sekitar sepuluh ribu meter dari permukaan bumi.

ABANG PILOTWhere stories live. Discover now