kantor

5.1K 33 0
                                    

Setelah selesai rapat dengan para menteri, Grace mendatangi ruanganku seorang diri. Ia adalah salah satu ketua partai koalisi yang mendukungku pada Pilpres kemarin.

"Silakan duduk Grace." Ucapku menunjuk bangku di hadapannya.

Ia tersenyum, "Sudah setahun yaa Mr Presiden."

"Tepatnya 13 bulan Grace." Tambahku.

Aku mengerti arah pembicaraannya. Apa lagi kalau bukan jatah jabatan?

Ia dan partainya memang sangat setia dan berkorban banyak untuk kemenanganku kemarin.

"Langsung saja nona. Sektor apa yang kamu mau?" Tembakku.

"Hahahahaha.." ia tertawa mendengar tawaranku.

"Bagaimana kalau kelautan?" Tanyaku kembali.

"Aku butuh lebih." Ucapnya sedikit tegas.

"Seperti?"

"Badan Narkotika."

Whaaatt..??

Aku sangat kaget mendengar permintaannya.

"Are you serious?"

Ia mengangguk simpel.

Aku memang sudah mendengar desas-desus kerjasamanya dengan beberapa mafia Narkoba. Tapi tak kusangka ia seberani dan seserius ini.

"Jika tujuanmu untuk mengokohkan partaimu, aku bisa memberimu jatah komisaris dan direktur utama di perusahaan minyak nasional." Tawarku.

"Ini soal kesepakatan Mr Presiden. Bukankah setengah biaya kampanyemu disumbangkan dari donatur yang aku bawa?"

Ia melanjutkan, "Anda tau siapa mereka? Mafia Narkoba nomor 1 di negeri ini. Dan hari ini, ia meminta balas jasa."

Aku tersedak mendengar ucapannya. Kata-kata itu seperti petir menggelegar di siang bolong. Panas dan menyakitkan.

Semua rakyat menganggapku pemimpin yang berintegritas, jujur, cerdas, anti narkoba dan tak main-main dengan koruptor. Apa jadinya jika kuberikan jabatan Badan Narkotika (BN) kepada mafia narkoba?

"Biar kupertimbangkan. Silakan serahkan nama calon yang kalian mau serta alternatif jabatan lain." Ucapku menengahi.

Grace tersenyum singkat. Ia memang ular. Sering berganti kulit. Mempunyai lilitan yang mematikan. Dan hari ini aku adalah mangsanya yang sedang berusaha keluar dari lilitan dan gigitan berbisanya.

"Radit." Ucapnya singkat.

"Jendral Radit dari kepolisian?" Tanyaku memastikan.

Ia mengangguk.

"5 posisi direktur di badan negara." Tawarku.

"Jadikan Radit ketua BN dan hutang anda lunas." Jawabnya tegak tak tergoyahkan.

"Kenapa harus BN? Itu terlalu berbahaya. Kepala Polisi pasti juga akan mempertanyakan keputusanku." Aku mengelak.

"Bahkan jika partaimu meminta jatah menteri, bulan depan langsung kuberikan." Tambahku.

"Ini soal hutang Mr Presiden. Anda telah menekan kontrak untuk memberikan apapun jabatan yang kami mau." Bantahnya.

"Tapi kenapa BN?"

"Itu bukan urusan anda." Tegasnya.

"Loh saya ini presiden. Itu sangat menjadi urusan saya." Ucapku dengan nada tinggi.

"Ini bukan soal presiden. Ini soal hutang kontrak anda."

Kami diam sejenak.

"Mau minum kopi?" Tanyaku mencairkan susana.

Meskipun Grace adalah ular. Semua politikus di negeri ini tau aku adalah negosiator ulung. Tidak akan kubiarkan mereka menghancurkan negeri ini dengan bisnis narkotika mereka.

"Tidak usah repot-repot Mr Presiden. Aku tunggu jawaban anda setidaknya seminggu dari sekarang." Ucapnya seakan-akan aku adalah bawahannya.

Ia segera bangkit dari kursi dan menjabat tanganku. "Selamat sore Mr Presiden."

Tak kusangka Grace seberani itu. Wanita cantik, perfeksionis, janda, politikus yang berpengaruh di parlemen. Apa yang harus aku lakukan untuk menahannya?

Sesaat setelah dia pergi, aku segera mengubungi badan intelijen untuk menyelidiki apapun yang berkaitan dengannya dan para mafia itu.

Negara tidak boleh kalah langkah dari mereka. Kalau perlu, segera aku bumi hanguskan mafia dan bisnisnya itu sebelum mereka semakin menggurita.

Namun tampaknya Grace berbeda. Ia hadir di seluruh elemen pemerintahan. Partai yang ia pimpin menduduki urutan ke 4 terbesar di negeri ini. Bisnisnya juga tak main-main. Ia banyak kenal dengan tokoh atas maupun orang berpengaruh yang tidak tampil di publik.

Hadir dengan idenya tentang milenial, rasanya tahun-tahun ke depan akan ada di cengkramannya. Dan jika itu terjadi, dia dan bisnisnya akan semakin tak tersentuh.

Mr. PresidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang