Pertemuan

3.9K 43 4
                                    

Seminggu setelah Grace mendatangiku, kami berencana untuk kembali bertemu di sebuah tempat rahasia. Ia bahkan membawa 2 bos besar gembong narkoba untuk bertemu denganku.

"Kita bertemu di Villa A Mr Presiden."

Begitu isi pesan yang ia sampaikan kepadaku.

Aku berangkat ke tempat itu sekitar pukul 10 malam demi menghindari publik. Sebagaimana biasanya, malam ini aku dijaga oleh 10 Paspampres terlatih. Apalagi pertemuan ini termasuk pertemuan yang rawan. Hanya saja, tak ada polisi berseragam yang mengawal kendaraan pribadiku demi tidak memancing keramaian.

Ketika 2 mobil kami masuk, terlihat 6 orang bodyguard penjaga yang langsung mengarahkan mobil kami ke depan pintu utama. Rata-rata mereka mungkin mantan tentara bayaran atau minimal ahli bela diri. Badan mereka besar. Wajah mereka sangar.

Aku turun setelah seorang pengawalku membukakan pintu mobil. Mereka segera membuat formasi untuk menjagaku dari serangan tak terduga. Apalagi pertemuan ini tak diketahui oleh siapapun. Baik kepolisian maupun keluargaku sehingga keamananku menjadi murni tanggung jawab Paspampres.

"Selamat datang Mr Presiden." Ucap Grace menyambutku.

Ia terlihat sangat mempesona malam ini. Menggunakan setelan hitam dengan lengan buntung yang memperlihatkan betapa putih lengan hingga ketiaknya. Meskipun telah berumur di atas 30, ia tetap terlihat cantik dan menggoda.

Aku terkesima sesaat melihatnya.

"Haloo Mr Presiden !" Panggilnya lagi.

"Eh iyaa Grace haloo gimana kabarnya?" Ucapku kikuk.

"Hahaha kenapa Mr Presiden?"

Aku berkelit, "Aah tidak aku hanya kelelahan saja. Jadi sering tidak fokus."

Mendengar jawabanku Grace tersenyum menggoda.

"Duuh pengawalnya banyak banget. Mr Presiden aman kok bersama saya."

"Marii masuk..." Ucapnya mempersilakan masuk.

Kami menelusuri villa mewah ini sambil berbincang ringan. Grace mengatakan bahwa ini adalah miliknya. Hanya saja, karena sibuk di Jakarta, ia jarang menempati villa megah ini.

Grace mempersilakanku untuk masuk ke sebuah ruangan khusus. Di sana sudah tertata beberapa bangku dan meja bundar yang memang disediakan khusus untuk negosiasi malam ini.

Ruangan bernuansa hitam dan gelap ini seakan menunjukkan ganas dan gelapnya pergerakkan mereka.

"Selamat malam Pak Presiden. Silakan duduk.." ucap seorang laki-laki tua dengan tubuh gempal dan perut buncit. Ia menggunakan perhiasan di leher dan jarinya.

Aku duduk dalam posisi mengelilingi meja bundar ini dengan tetap dikawal oleh Paspampres dalam jarak dekat.

Laki-laki tua itu memerintahkan pelayanannya untuk membuatkanku kopi panas.

"Terimakasih Pak, mohon maaf kami sudah ngopi jadi langsung saja kita mulai negosiasinya. Aku tak punya banyak waktu."

Ia tertawa, "Rupanya presiden kita ini super sibuk sekali yaaa.."

Grace mengisi satu tempat duduk di sebelah kanan Pak tua yang belum aku kenal namanya itu. Beberapa saat kemudian datanglah seorang yang aku kira wanita. Badannya tinggi dan besar. Kulitnya kecoklatan. Pakaiannya sedikit menor tapi terlihat mewah bak ratu mesir. Ia duduk di sebelah kiri Grace.

"Selamat datang di Black Dom." Ucap Grace kepadaku.

"Sebelum memulai negosiasi, kami akan memperkenalkan diri dulu Mr Presiden. Mungkin bapak tidak pernah menyangka, tapi inilah faktanya. Saya adalah pendiri Black Dom." Lanjut Grace.

Mr. PresidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang