4

127 7 0
                                    

Zetsu adalah pria yang amat manipulatif.

Indra langsung mengetahuinya pada hari ketiga pertemuan mereka. Pria itu tahu betul cara membelit seseorang dan melumuri kata-kata manis lagi berbisa pada siapa pun yang ingin ia pikat.

Tapi setidaknya bisa Zetsu tidak mempan baginya. Pria itu bisa saja menjilatinya terus-terusan dan menyanjungnya sedemikian rupa, tapi Indra tidak akan doyong sedikit pun ke arahnya.

Tapi sekarang berbeda.

"Kau benar-benar harus mempertimbangkan saranku ini," kata Zetsu. Wajahnya kali ini terlihat begitu serius dan sungguh-sungguh. "Bagaimana pun juga, aku juga tidak rela membiarkan Otsutsuki corp. hancur."

Indra meneguk ludah. "Kau bilang begitu hanya karena ibuku—"

"Ibumu memang orang yang sangat penting untukku," tukas Zetsu. "Tapi bukan itu poinku."

Indra terdiam, sementara jemarinya mencengkeram kain roknya dengan gelisah.

"Aku bisa menghentikan kasus ini dengan sangat mudah. Cukup dengan satu panggilan telepon dan kalian bisa bernapas lega lagi," kata Zetsu lagi. "Tapi kebaikanku jelas tidak akan kuberikan secara gratis."

"Kalau begitu bilang saja pada Ashura, dan dia bisa memberimu uang yang kamu inginkan," kata Indra dengan alis berkerut.

Senyum Zetsu mengembang. "Kau tahu kalau bukan itu yang aku mau, Indra."

"Dan kau seharusnya tahu kalau aku tidak mau melakukan itu," Indra membalas dengan nada tajam. "Ini bukan barter yang adil, kau tahu?"

"Memang tidak adil," aku Zetsu dengan seringai yang sungguh tidak Indra sukai. "Karena aku hanya memintamu untuk menemaniku sepanjang akhir pekan, dan sebagai gantinya aku harus menyelamatkan perusahaan keluargamu."

"Jangan bicara seolah-olah aku yang memberimu pilihan itu."

"Aku tidak bermaksud begitu," kekeh Zetsu. "Aku hanya bilang kalau ini adalah kesempatan berharga yang tidak boleh kau sia-siakan."

Indra memandangi pintu kantor dengan gelisah. Ia sama sekali tidak menyukai ini. Ia tidak menyukai gagasan Zetsu. Ia tidak menyukai cara Zetsu memandangnya. Ia tidak menyukai semuanya.

Tapi bukan Otsutsuki Indra namanya jika ia tidak berusaha mencari jalan keluar dengan tenang. "Sebagai seorang pebisnis, seharusnya kau bersikap seperti pebisnis profesional," katanya. "Perbuatanmu itu bisa dianggap sebagai pelecehan, Zetsu."

Alis Zetsu meninggi. "Tapi aku tidak bermaksud melecehkanmu."

"Kau bersikeras memintaku menemanimu pada akhir pekan," tukas Indra dingin. "Aku tidak keberatan kalau kau meminta bantuanku untuk mengerjakan suatu proyek atau semacamnya, tapi kalau kamu mau aku melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, maka aku akan menolaknya dengan tegas."

Zetsu menggeleng dengan wajah yang dibuat-buat terlihat kecewa. "Hanya untuk makan dan mengobrol. Tidak usah tegang begitu."

"Kau kira aku tidak mengenali taktikmu?" tukas Indra kesal. Rasa gugupnya menguap hilang begitu saja. "Kau selalu bilang begitu, tapi hasilnya sama saja."

"Oh, ayolah, Indra," Zetsu berusaha meraih lengannya, tapi Indra bergerak lebih cepat—untungnya. "Kau tidak seperti ini ketika kita masih bertunangan. Kenapa? Apa suamimu menularkan sifat kakunya padamu?"

"Sudah jelas, kan?" Indra menyilangkan kaki dan lengannya sebagai gestur defensif. "Saat itu aku masih berbaik-baik padamu karena dua alasan."

"Apa itu?"

[COMMISSION] Orenda - Ashura x Fem!IndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang