Zetsu menghabiskan gelas ketiga wine-nya dalam sekali tenggak. Ini adalah hari bahagianya, jadi wajar saja kalau ia menghadiahi dirinya sendiri dengan sebotol besar Karuizawa.
Dituangkannya cecair itu ke gelasnya untuk yang keempat kalinya, sementara matanya mengerling pada wajah yang terpaku di depan mata. "Mau bersulang?"
Potret Indra di atas meja tidak menjawab, tidak pula berkedip. Mata hitamnya terarah pada Zetsu, sementara senyum tipisnya membuat Zetsu gemas ingin melahap bibirnya.
"Sayang sekali kau tidak benar-benar ada di sini," kekeh Zetsu. "Aku tidak akan keberatan memberi sebotol Karuizawa ini untukmu—asal tidak kau bagikan ke yang lain saja."
Lagi, wine itu dihabiskannya dengan satu bunyi gluk keras.
"Sudah kubilang, kan?" desah Zetsu sembari mengelusi permukaan foto yang licin dan membayangkan bahwa licin itu berasal dari kulit Indra. "Seharusnya kau menjadi milikku sejak awal. Kenapa kamu malah mempersulit dirimu dengan menikahi saudaramu sendiri?"
Satu-satunya suara yang menjawabnya hanyalah dengung pendingin ruangan.
Zetsu mendesah lagi. "Harusnya kau berterima kasih padaku karena aku masih murah hati. Aku bisa saja menghancurkan Otsutsuki corp., tapi kurasa ibumu tidak akan menyukainya." Ia terdiam, lalu tertawa. "Dia berutang budi padaku kali ini."
Ia teringat pada Kaguya, yang biasanya terlihat anggun sekaligus berkuasa, menatapnya dengan ekspresi minta dikasihani. Bagaimana wanita itu menggumamkan permohonannya hingga hanya Zetsu yang bisa mendengarnya; dan Zetsu tidak mungkin bisa melupakan nada lirih dalam suara itu.
Seringai Zetsu melebar sampai pipinya terasa sakit. Oh, kalau saja Zetsu bisa mengabadikan momen itu, ia pasti bisa menggunakannya sebagai aset untuk menguasai dunia bisnis Jepang!
Pantat gelas dihantamkan ke atas meja dengan kekuatan berlebih. Wajah Zetsu panas, tapi bukan karena alkohol.
"Waktu itu kau menikahi Ashura setelah dia jadi CEO, kan?" Potret Indra kembali dibelainya. "Kalau kamu memang menyukai CEO, sudah waktunya kamu berganti jadi milikku."
Di dalam kepalanya, ia membayangkan Indra, yang berbalut gaun pengantin, bersanding di sisinya dengan latar interior gedung resepsi yang megah. Seandainya hal itu benar-benar terjadi, barangkali Zetsu sudah terbang ke langit ketujuh.
Tapi senyumnya meredup secepat ia muncul. "Sayang sekali kenyataannya tidak semudah itu," katanya. "Aku masih harus berkenalan dengan anak-anakmu dan membuat mereka menyukaiku, kan?"
Ia bisa saja menyingkirkan anak-anak itu semudah ia menyingkirkan Ashura, tentu saja, tapi melakukan hal itu sama saja mencari mati; sebab Indra tidak akan pernah memaafkannya untuk itu.
Kendati demikian, Zetsu yakin kalau kedua anak itu—ia lebih suka menyebutnya setan cilik—tidak akan semudah itu untuk dicuci otak. Bagaimanapun juga, mereka memiliki separuh jiwa Ashura. Sulit untuk membayangkan bagaimana sikap mereka padanya jika ia mencoba merebut hati ibu mereka.
"Tapi kita bisa memikirkan itu nanti, kan?" Kembali, Zetsu terkekeh berat. "Untuk sekarang, mari kita bayangkan nasib Ashura Otsutsuki di dalam penjara."
Tawanya membaur bersama bunyi kucuran wine yang memenuhi gelasnya, sementara potret Indra terus memandangnya dengan senyum dingin yang tak berubah.
Sayang, Zetsu terlalu bangga untuk menyadari bahwa ia memang tidak ditakdirkan untuk menikmati senyum manis Indra, baik di potret mana pun maupun secara langsung.
.
.
Hashirama mendesah lagi di luar kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMMISSION] Orenda - Ashura x Fem!Indra
FanfictionSebagai pasangan suami isteri yang mengelola bisnis, Ashura dan Indra harus berjuang menangani peran ganda mereka: sebagai eksekutif sekaligus sebagai orang tua. Tetapi nasib seringkali bermain-main dengan mereka. Bagaimana Ashura dan Indra akan me...