6

109 9 0
                                    

Ashura pikir, semuanya sudah beres ketika ia memutuskan untuk memalsukan kematian sang teroris, sebab setiap rencananya berjalan sempurna.

Tidak butuh waktu lama bagi berita itu untuk mencapai telinga AirBuild inc. dan membuat mereka geger karenanya—sebab mereka telah kehilangan satu-satunya bukti yang memungkinkan mereka untuk menyerang balik Otsutsuki Corp. Sekarang, dengan "kematian" teroris itu, media akan berpikir kalau gagalnya proyek konstruksi itu tidak lebih dari skenario gadungan yang mereka gelar.

Tapi Ashura bukan Kaguya. Ibunya barangkali akan membiarkan semua itu terjadi begitu saja—atau malah memanfaatkan perusahaan malang itu untuk menyerahkan kemenangan mereka dalam tender—tapi Ashura sudah menyimpan rencana lain di dalam sakunya. Rencana yang, untuk saat ini, disimpannya hanya untuk orang-orang yang bisa dia percayai.

"Pastikan perwakilan dari AirBuild inc. tidak meneleponku lewat resepsionis," katanya dengan suara rendah pada Hashirama. "Sekalipun kalau dipikir-pikir lagi, rasanya lebih aman kalau aku yang menghubungi mereka duluan."

Hashirama mengulum senyum. "Sudah saya duga," katanya. "Pada akhirnya, Anda akan kembali ke jalan yang lurus."

Alis Ashura bertaut. "Itu karena sejak awal aku tidak ingin menipu siapa-siapa."

"Saya tahu." Senyum Hashirama langsung menyusut. "Tapi saya harap Anda tidak menyalahkan Madara karena ini. Saya yakin dia tidak bermaksud menjerumuskan Anda dengan saran itu."

Ashura menggeleng. "Tentu saja tidak," katanya serius. "Kalau bukan karena dia, mungkin aku tidak akan tahu harus melakukan apa."

Sudut bibir Hashirama tertarik lagi. Jelas bahwa kata-kata Ashura berhasil mengangkat beban di pundaknya. "Kalau begini terus, rasanya perkara ini akan segera beres dalam waktu satu bulan."

Ashura ikut tersenyum. "Kuharap juga begitu."

Dan hal itu memang benar. Satu bulan kemudian, perkara tender dan perusahaan Inggris itu sudah berhasil disingkirkan dari daftar masalah di Otsutsuki corp.

Sayang, Ashura sama sekali tidak menyadari adanya lubang besar yang siap memerangkapnya dalam kurun waktu satu bulan itu.

.

.

Beberapa tahun yang lalu, Indra pernah menolak ajakan kencan Zetsu dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama Ashura pada akhir pekan. Tidak butuh waktu lama bagi ibunya untuk memergoki mereka dan mengusir Ashura jauh-jauh dari rumah selama setidaknya satu bulan.

Kali ini, hal yang hampir sama terjadi—hanya saja jauh lebih buruk.

Seharusnya aku tahu, rutuk Indra. Zetsu tidak akan membiarkanku lolos setelah aku menolak tawarannya waktu itu. Sama seperti dulu.

Zetsu menyadari penyesalan itu, tentu saja, sebab ketika pria itu melihatnya, Indra bisa melihat senyum licik itu tersungging pada wajahnya.

Dan Indra membencinya. Sangat.

"Seharusnya kau mendengarku dengan baik," kata Zetsu. Jemarinya menelusuri pipi Indra—hampir, sebab Indra langsung menepis tangan pria itu. "Sudah kubilang aku mengenal orang-orang dari perusahaan Inggris itu. Aku bisa membuat semuanya lebih baik dengan mudah, tapi aku juga bisa memutarbalikkan semuanya dengan sama mudahnya."

Perut Indra bergejolak. Tidak bisa ia tidak menatap Zetsu tanpa merasa jijik. "Kau tahu Ashura sudah mencoba membuat semuanya lebih baik," desisnya.

"Tapi pada akhirnya, penipuan adalah penipuan."

Indra memejamkan mata. Kepalanya penuh dengan begitu banyak caci maki, tapi melontarkannya dengan gamblang sama sekali bukan gayanya.

"Selama ini kau selalu berpikir kalau suamimu adalah orang yang lebih baik dariku, kan?" Zetsu terkekeh. "Tapi lihat kenyataannya."

[COMMISSION] Orenda - Ashura x Fem!IndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang