#UNTAIAN RASA

26 14 26
                                    

Malam yang begitu gemerlap. Kulihat dari jendela kamar, lampu-lampu rumah masih menyala, menghiasi gelapnya malam. Semilir angin terasa dingin, namun mampu membuatku merasa tenang. Kamar yang sepi, hanya aku penghuninya. Azil masih berada dirumah sakit, entah kapan ia akan pulang.

"Ayah !" Lamunanku buyar mendengar suara itu.

"Azira, ada apa sayang ? " aku menghampiri gadis kecil yang kini sudah berdiri diambang pintu.

"Kakak, dimana ayah ?" Tanya gadis itu dengan wajah polosnya.

"Ayah masih belum pulang dari rumah sakit, memang ada apa sayang ?" Aku membelai rambut panjangnya, ia sama persis seperti ayahnya.

"Azila susah tidul. Biasanya kalau azila susah tidul, ayah akan membacakan azila dongeng" rengeknya.

Aku menatap wajah lugunya, azira di besarkan oleh buaian sang ayah tidak ada sosok ibu dalam masa pertumbuhannya.

"Karna ayah belum datang, jadi kakak yang akan membacakan azira dongeng. Bagaimana azira mau ?" Tawarku, yang langsung mendapat anggukan setuju darinya.

"Yasudah, ayo tidur !" Aku memegang tangan mungilnya, menuntun azira naik keatas ranjang.

"Ayo, mau kakak dongengin apa ?" Tanyaku seraya menyelimuti tubuh azira.

"Azila paling senang dengal cerita putli syaibani, kak !" Jawab azira antusias.

"Putri syaibani yang mana ?" Tanyaku tidak tahu, aku baru mendengar judul cerita itu.

"Awal celitanya yang pangelan jatuh cinta sama putli, saat pangelan melihat putli syaibani di pelnikahan kakaknya"

"Lalu ?" Aku semakin bingung.

"Lalu pangelan melamar putli, namun sang putli menolak. Tapi pangelan tetap pelcaya, bahwa putli akan kembali menjadi miliknya" lanjut azira dengan semangatnya, lucu walau kata R nya tidak jelas.

"Kakak kenapa nggak tahu dongeng itu ?"

"Yah, kakak. Padahal azila ingin tahu kelanjutan celitanya" seru azira tampak kecewa.

Aku bisa apa ? Aku memang tidak tahu cerita itu. Entahlah, cerita ini dibuat-buat atau memang aku yang kurang mengetahui.

"Yasudah, kakak cerita sikancil saja bagaimana ?" Usulku.

"Baiklah !" Sahutnya pasrah.

Akupun menceritakan kisah sikancil yang mencuri mentimun. Azira mendengarkan dengan baik, tanpa memejamkan mata, sampai kisah itu selesai.

"Cerita sudah selesai, azira kapan tidur ?"

"Ini mau tidul !" Jawabnya cengengesan.

"Yasudah cepatlah tidur"
Aku membelai lembut kepalanya, menunggu sampai benar-benar tidur.

"Kakak" panggilnya dengan mata terpejam.

"Iya"

"Ayah sudah menikah sama kakak, itu belalti kakak istli ayah. Azila anak ayah, belalti kakak bunda azila ?" Ujarnya masih tetap memejamkan mata.

"Iya sayang"

"Belalti azila boleh manggil kakak bunda ?"

"Tentu saja !" Jawabku lagi. Seketika azira membuka mata, menatapku, tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.

"Selamat malam bunda !" Ucapnya.
Aku benar-benar terkesan, beginilah rasanya menjadi sosok seorang ibu ?.

Aku tersenyum, dan mengecup keningnya lembut. Tuhan sangat baik pada gadis ini. Walau ibunya tidak ada, dia bisa merasakan kebahagiaan dari sang ayah, yang selalu mencurahkan kasih sayang padanya.

my Crazy husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang