Choi Jisu hampir menyerah. Bisa dibilang sudah putus asa.
Teman-temannya tidak membantu sama sekali, malah sering menertawakannya. Mereka selalu bilang, "siapa suruh pacaran sama Yeji!"
Jujur saja, Jisu sendiri tidak bisa mengontrol perasaannya terhadap seseorang bernama lengkap Hwang Yeji. Tidak ada manusia yang bisa memilih mau jatuh cinta dengan siapa, bukan?
Hwang Yeji keren tampak luar. Namun, orang-orang tidak ada yang tahu bahwa Yeji merupakan pribadi yang kaku.
Bahkan Jisu sendiri bingung, bagaimana bisa Yeji membalas perasaannya? Apakah karena kasihan?
Sebab yang menyatakan perasaan duluan adalah Jisu.
Yeji hanya mengangguk saat diajak pacaran. Ia khawatir alasa lain Yeji menerimanya hanyalah karena ingin menang taruhan dari teman-teman satu tim baseball.
Di sisi lain, mereka sudah berpacaran selama satu tahun. Jisu bingung. Sungguh kebingungan.
Dan lagi, mereka berdua bertolakbelakang.
Jisu adalah tipe yang jika berpacaran selalu ingin menunjukkan perhatian, selalu mengucapkan kata-kata yang menyampaikan rasa sayang.
Yeji adalah tipe orang yang sulit terbuka, terkesan memendam. Ia juga tipe yang lebih menunjukkan tindakan dibanding kata-kata.
Jisu harus mahir mengira-ngira isi kepala Yeji di waktu-waktu tertentu.
"Eonnie, udahlah. Berhenti mikirin Yeji eonnie. Sekarang bantu aku, pilih antara lipbalm aroma pomegranate atau cherry ini."
Yuna menyodorkan dua lipbalm, meminta Jisu mencium aromanya.
"Cherry."
"Ya, eonnie?"
Chaeryeong yang akrab disapa Chaery mendongak dari rak sebelah.
"Jisu eonnie bukan memanggilmu, Chaery eonnie"
Chaeryeong mendengus. Jisu dan Yuna tertawa kecil.
Yuna menghasut Jisu untuk ikut membeli produk pemerah bibir. Pilihan Jisu jatuh pada lipbalm beraroma stroberi. Lipbalm itu juga memberikan warna merah tipis pada bibir. Jisu senang karena dia langsung mengaplikasikan benda itu pada bibirnya.
Sepulang berbelanja, Jisu mampir ke apartemen Yeji. Yeji tinggal di Seoul sendirian karena seluruh keluarganya berada di Jeonju.
"Yeji babyyyyyyy."
Jisu menghambur ke pelukan Yeji.
Satu lagi hal yang membingungkan: Yeji kurang suka melakukan kontak fisik tetapi berpelukan seperti pengecualian baginya. Faktanya, Yeji suka memberikan gestur itu saat tidak ada orang atau sedang sepi.
"Naik apa ke sini?"
"Naik taksi."
"Kenapa nggak minta jemput aja?"
"Nggak usah, kamu pasti capek kemarin habis tanding," Jisu mengernyitkan hidungnya sambil tersenyum lebar.
Senang karena tumben Yeji perhatian.
"Oh iya tadi aku beli lipbalm baru. Bagus nggak?" Menunjuk bibirnya.
Yeji memandangi bibir Jisu yang terlihat kemerahan.
Tenggorokannya terlihat naik lalu turun. Arah pandang mata Yeji pun bertahan di bibir. Tidak luput dari pengelihatan Jisu.
"Yeji?
"H-huh?"
Jisu tersenyum manis, "wanna taste it?"
Pipi si lawan bicara merona, mengundang tawa. Bukan tawa mengejek melainkan tawa geli sebab Yeji terlihat menggemaskan.
"Kamu tahu 'kan kamu boleh ngerasain bibir aku?"
Yeji menggeleng lalu berbalik badan. Senyum Jisu luntur.
Terkadang perlakuan Yeji yang seperti itu membuatnya merasa kurang. Entah kurang apa. Seperti tidak diinginkan.
"Oke kalau kamu nggak mau. Aku ngerti. You don't want me like I want you."
Tiba-tiba Yeji berbalik badan dan memandangi Jisu lekat-lekat setelah memejamkan mata sebentar.
Kedua tangannya mengepal.
Itu...bukan mau nabok aku 'kan? Atau mau bikin es kepal? Jangan-jangan dia marah? Pacarku kenapa nih?
Begitulah isi kepala Jisu.
Sebelum akhirnya kosong disebabkan perlakuan Yeji yang tidak terduga.
Yeji menciumnya sambil melingkarkan satu lengan di pinggang Jisu.
Mereka larut dalam suasana hingga tidak sadar saling menuntut lebih.
Udah lah kapten mau pergi aja dari sini.
Enggak deng hehe.
Akhirnya mereka berhenti. Yeji sempat-sempatnya menjilat bibirnya, membuat Jisu blushing hard.
"I want you, Jisu...tapi kamu bikin jantung aku berdebar nggak karuan setiap saat. Aku jadi panik dan takut kamu bakal bereaksi kayak gimana. Lagian aku ini nggak berpengalaman soal pacaran.."
Jisu memeluk Yeji. Dibalas.
Ya, Jisu dapat mendengar detak jantung Yeji dengan jelas dalam posisi ini. Ini kali pertama Yeji mengutarakan isi hatinya. Semua keraguan dan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab hilang sudah.
"Yeji, mulai sekarang lebih jujur ya? Kalau kamu nggak tahu harus bertindak gimana, tanya aja. Kalau kita sama-sama nggak tahu, kita cari tahu bareng."
"Aku suka semua bentuk perhatian kamu. Jangan pernah berpikir aku bakal nggak suka."
Semenjak hari itu Yeji lebih terbuka. Kekakuannya agak berkurang.
Entah lipbalm itu memiliki kekuatan magis atau apa, Yeji menjadi lebih sering mencuri waktu dan momen sekadar mencium kekasihnya. Saat ditanya,ia menjawab bibir Jisu terlihat menggoda dan ia suka rasa dari lipbalm itu.
"Jadi kamu suka karena lipbalm-nya? Bukan karena bibir aku menggoda?!"
Lalu esok dan esok dan seterusnya Jisu berhenti memakai lipbalm itu.
Kenyataannya Yeji tetap mencuri waktu dan momen untuk mencium Jisu.
FIN
Dapat ide/prompt dari website promp generator heheKali ini oneshotnya pendek. Kalian suka nggak kalo selanjutnya aku nulis oneshot kayak gini?
Aye! Aye! captain_yeji