Layaknya bumi yang memiliki dua kutub berlawanan arah, dua anak kecil yang bertetangga memiliki perbedaan bertolak belakang.
Satu dari mereka menyukai warna-warna cerah—biru laut merupakan favoritnya. Kamarnya bernuansa kalem dengan sprei bunga-bunga kecil, rak buku dan meja berwarna coklat muda dan putih terisi buku-buku bacaan, serta pemutar piringan hitam yang berada tepat di samping kotak penyimpanan penuh berbagai koleksi vinyl. Berbeda dengan tetangganya di rumah sebelah kanan. Ia menyukai warna monokrom—hitam favoritnya. Sprei, perabotan, cat dinding, didominasi warna hitam dan putih. Terdapat speaker Harman Kardon yang aktif berdebum setiap hari memutar lagu-lagu catchy untuk si empunya menggerakkan anggota tubuh sesuai ritme lagu. Ada pula satu keranjang rotan besar di sudut ruangan yang menyimpan alat-alat baseball.
Gadis penyuka lagu-lagu klasik, ballad, dan mellow bernama Choi Jisu. Tetangganya yang suka menari bernama Hwang Yeji.
Jisu menyukai lagu "I Can't Take My Eyes Off You" yang dinyanyikan Frank Sinatra, sedangkan Yeji menyukai lagu itu versi remix karya Surf Mesa feat. Ailee yang diberi judul "ily (i love you baby)". Mereka saling berkebalikan namun tidak menghalangi keduanya untuk berteman. Pengaruh orang tua mereka—mungkin. Jisu dan Yeji terlalu sering bertemu satu sama lain sehingga sudah terbiasa pergi bersama, bermain bersama, melakukan banyak hal bersama.
Walau terkadang sifat, kesukaan, dan karakter mereka yang bertolakbelakang membuat keduanya 'bertabrakan'.
"Oh please, Hwang, ganti lagunya! Lagu ini terlalu berisik untuk gendang telingaku."
Pemilik nama yang berada di balik setir kemudi tidak menghiraukan, hanya mengedikkan bahu lalu kembali menggerakkan kepalanya mengikuti dentuman bass yang menggema dari speaker mobil yang sudah dimodifikasi. Tetangga sekaligus teman masa kecilnya melipat tangan di dada dengan wajah kesal.
"Apa sih, Jisu? Ini mobilku, ini speaker-ku, ini music player-ku. Kamu di sini cuma apa? Cuma numpang. Dilarang protes."
"Emang, tapi tamu adalah raja! Kamu harus turutin kemauanku karena aku tamu di sini," dengan cekatan Jisu menyambar ponsel Yeji yang berada di dashboard mobil, mencari lagu yang ingin ia dengar di aplikasi pemutar musik, dan setelah menemukannya langsung memutarnya dalam volume kencang.
Lagu yang diputar adalah lagu Honeymoon Avenue - Ariana Grande.
"Kebiasaan. Aku biarin kamu lolos kali ini, Choi Jisu."
"Yay! I love you too, Hwang!"
Ban mobil mulai berputar di atas aspal. Malam hari pukul tujuh, sehari sebelum hari raya Chuseok, Yeji dan Jisu sepakat pulang bersama ke rumah orang tua mereka di Jeonju. Ditemani kelap-kelip lampu jalan, titik-titip penerangan dari gedung pencakar langit yang seolah bersaing dengan bintang-bintang di langit, angin yang berhembus dari jendela kaca mobil yang terbuka sedikit menerbangkan helai-helai rambut dengan gemulai. Tidak hanya lampu gedung dan bintang yang bersaing, tembang dan suara merdu Jisu berlomba menjadi yang paling menonjol. Sang tembang berakhir menjadi suara pendukung pemilik suara manis bagai madu.
Alasan Yeji selalu mengalah acap kali teman masa kecilnya meminta diputarkan lagu pilihannya: Jisu akan bernyanyi dengan suara indahnya. Entah saat Yeji mengantar berangkat kerja, menjemput pulang kerja, atau sekadar pergi membeli makan siang di akhir pekan, Yeji akan menurunkan egonya demi Jisu.
Alunan suara manis tidak pernah bosan didengarkan meski sudah bertahun-tahun berulang. Tiga ratus enam puluh lima hari dan tiga ratus enam puluh lima hari seterusnya, tidak pernah gagal membuat terpesona.
Choi Jisu yang didamba hati Yeji sembunyi-sembunyi.
Sebuah hubungan berstatus teman yang terlalu rapuh untuk dipertaruhkan demi sebuah pernyataan rasa. Dalam diam, hanya itu yang bisa dilakukan Yeji untuk saat ini.