Ketika sampai di halte dekat gedung apartemen nya, Yunho turun dari bus dan berjalan santai. Ia membetulkan ranselnya dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku long padding putih yang ia pakai.
Sesekali ia bersenandung sambil menendang salju yang menyelimuti paving menuju gedung apartemen nya. Udara yang dingin dan cahaya remang dari lampu taman menemani setiap langkah santai yang Yunho ambil.
Setelah masuk gedung, Yunho menekan tombol lift dan langsung menaiki nya begitu pintunya terbuka, menekan tombol dengan angka 8 dan lift pun tertutup. Sesaat kemudian suara ting! Menggema dan pintu lift terbuka. Yunho pun turun dari lift dan keluar menyusuri hall menuju unit nya.
Lalu tiba-tiba salah satu pintu unit terbuka dengan kencang. Yunho yang berada tepat satu unit sebelum unit itu mematung karena terkejut. Teriakan dan suara-suara lainnya terdengar dari dalam unit yang terbuka itu. Yunho tidak berani untuk lewat sekarang.
Hal selanjutnya hampir membuat Yunho berteriak. Seseorang tak berbusana terhempas dan tersungkur disusul oleh lemparan barang barang yang Yunho tebak milik orang itu sendiri. Orang itu terlihat menggigil dan gemetar, mencoba meraih barang-barang nya. Pintu pun tertutup. Ia tidak sadar ada Yunho yang menyaksikan semua itu. Yunho juga masih terkejut dan tidak bergerak.
Lalu pintu itu kembali terbuka dan lembaran uang terhambur di atas orang itu, pintu tertutup kembali dengan keras membuat orang itu tersentak. Yunho yang sedikit tersadar dari segala keterkejutan nya menggeleng kemudian sedikit berlari menghampiri orang itu.
"Kau tidak apa-apa?" Ujar Yunho sambil membuka long padding nya. Orang itu sangat terkejut akan kehadiran Yunho. Yunho menutup tubuh orang itu dengan long padding nya. "Pakai ini dulu, udara sangat dingin".
Orang itu tidak mengatakan apapun. Namun matanya menampung banyak sekali air yang akan langsung jatuh jika ia berkedip. Ia menatap Yunho dengan pandangan yang tidak Yunho mengerti. Setelah memakaikan padding nya dengan benar, Yunho membereskan semua barang-barang dan uang yang berhamburan di lantai dan memasukkan semuanya ke ransel.
"Maaf" setelah mengatakan itu, Yunho mengangkat orang itu kedalam dekapannya. Satu tangan menopang bawah ketiaknya, dan satunya lagi di perpotongan lutut. Orang itu refleks mengalungkan tangan nya pada Yunho. Pipi orang itu memerah. Mungkin karena dingin.
Sekitar melewati 5 unit, sampailah mereka di unit milik Yunho. Dengan susah payah Yunho menekan password, karena tidak ingin melepas orang itu dari dekapan nya. Yunho masuk dan menutup pintu unitnya. Ia melepas sepatu menggunakan kakinya dengan menginjak ujung sepatu.
Yunho berjalan terus dan masuk ke kamar nya. Yunho meletakkan orang itu di atas kasur nya dengan lemah lembut dan sangat pelan. Seperti orang itu adalah barang berharga.
"Kau boleh memakai bajuku dulu, di lemari itu. Kau juga boleh mandi air hangat. Kamar mandi nya disebelah sana. Kau--" Orang itu memotong perkataan Yunho
"Kenapa kau menolong ku?"Orang itu menatap Yunho dengan penuh air mata. Hidung dan pipinya memerah, matanya apalagi. Telinga nya juga. "Aku tidak bisa meninggalkan mu dengan kondisi seperti itu. Aku akan tetap melakukan nya walau itu bukan dirimu" Orang itu menjulurkan tangan nya.
"Namaku, San"Yunho tersenyum dan menerima uluran tangan San. "Aku Yunho. San, aku percaya padamu. Gunakan kesempatan ini untuk menghangatkan tubuh mu ya? Aku ke dapur"
Yunho meninggalkan San─yang masih duduk di kasurnya dengan padding─untuk membuat sesuatu yang hangat. Mereka berdua butuh itu. Yunho menutup pintu kamar nya setelah meletakkan ransel nya di kursi dekat pintu. Lalu bergegas ke dapur.
Beberapa saat kemudian, sup yang Yunho masak sudah siap. Sedikit side dish juga dihidangkan di meja makan. Yunho sudah selesai memasak. Ia menggantung apron nya setelah selesai mencuci tangan. Kemudian memutuskan untuk mengecek San.
Tok tok tok
"San? Kau sudah siap? Aku sudah selesai masak"
Yunho tidak mendapat jawaban. Ia pun memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya. Ia melihat San berdiri di depan cermin tinggi milik Yunho. San terlihat tenggelam memakai hoodie putih milik Yunho. "Aku tidak tahu harus apa.." San menunduk dan bergumam sangat pelan hampir tak terdengar oleh Yunho. "Aku tidak menemukan ukuran yang cocok.."
Yunho tersenyum den mengulurkan tangannya. "Ayo makan" San menatap Yunho dan tersenyum. Ia menggenggam tangan Yunho dan mengikuti pria itu keluar kamar. Sesampainya di meja makan, Yunho mempersilahkan San duduk. Mereka duduk berhadapan. "Aku harap kau suka ddeokguk, satu satunya sup yang bisa ku masak dengan percaya diri" Yunho menggaruk ujung belakang rambutnya. "Makanlah."
San tersenyum dan berterima kasih. Kemudian mereka makan dengan tenang tanpa di selangi obrolan. San makan dengan lahap. Dan itu membuat senyum di bibir Yunho merekah. Setelah mereka selesai makan dan membereskan alat makan nya. Yunho kembali menggenggam tangan San dan membawanya ke kamar.
Yunho membuat San duduk di tepi kasur nya. Ia menuju lemari dan mengambil selimut. Lalu kembali dan duduk di hadapan San. "Pakai ini" Yunho menutup paha San yang terekspos.
"Apa kau mau menceritakan sesuatu? Atau kau butuh pelukan?" Karena Yunho percaya bahwa sebuah pelukan bisa lebih berarti dari semua kata penenang. Dan jika San butuh itu, Yunho akan dengan senang hati melakukan nya.
"Aku rasa pelukan akan sangat menolong ku" jemari San bermain di atas selimut yang menutupi pahanya. Yunho tersenyum dan mendekati San. Ia membawa San kedalaman pelukan hangatnya.
San sedikit terkejut. Bukan karena hal lain melainkan betapa nyaman dan hangatnya pelukan yang di berikan oleh Yunho. Ia tidak merasa sehangat ini sebelumnya dan semua kehangatan ini membuat hatinya penuh. San merasa bahwa ia bisa saja memberikan seluruh hidupnya untuk Yunho. Tapi ia juga berpikir itu terlalu cepat.
Yunho mulai menepuk punggung dan belakang kepala San dengan lembut. Tepukan tepukan yang di rasa sangat di butuhkan oleh seseorang yang sedang ia peluk. Yunho terkejut ketika ia mendengar isakan kecil. Bahu San naik dan turun. Hati Yunho terluka jika mengingat hal yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ia semakin ingin menolong San dan membuat nya nyaman.
"Kau bisa menangis sepuasnya, aku ada disini" kemudian ia merasakan dua tangan yang meraih punggung nya. San memeluk Yunho. Baju Yunho di remat dengan erat oleh San. Pelukan keduanya begitu erat dan hangat. San juga semakin memperdalam pelukan nya dan menelusup kan kepala nya di dada Yunho. Yunho mulai merasa dada nya sedikit basah. San menangis cukup lama dan itu mengiris hati Yunho.
Yunho menepuk-nepuk punggung San sampai ia tidak lagi mendengar isakan. Bahu San naik turun beraturan, dan ia masih menyandar di dada Yunho. Tangan yang meremat punggung Yunho dengan erat pun sudah tidak terasa. San tertidur.
"Aku tidak tahu seberapa banyak yang kau tanggung sendirian, tapi aku minta maaf karena semua itu telah terjadi padamu. Semua orang berhak bahagia"
Yunho membawa San ke tengah kasur dan meletakkan nya di atas bantal. Memposisikan tubuhnya senyaman mungkin dan menyelimuti nya. "Selamat malam" dan Yunho meninggalkan kamar nya untuk tidur di sofa.
____
KAMU SEDANG MEMBACA
❲I FOUND U❳ ─ ✎ YUNSAN
Fanfic→ They said, ❝a soulmate is someone who came to teach you something. And when their jobs are done, they will leave.❞ But when soulmates teach each other about falling in love, will they leave or stay?← ┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊ YUNSAN!AU ⚠️WARN⚠️ ➛ BX...