#
Maira menarik napas pelan saat ia masuk ke dalam mobil yang kemudian disusul oleh Jeremy, tunangannya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jeremy khawatir saat melihat kedua mata Maira tampak memerah. Entah kenapa hanya pertanyaan itu yang bisa ia pikirkan meskipun ia tahu kalau Maira jelas sedang tidak baik-baik saja.
"Aku tidak merasa lebih baik meskipun sudah mengacaukan pemakaman Papa." Miara berpaling ke arah jendela mobil dan menopang wajahnua dengan tangan.
"Tuan Narendra sendiri mengijinkanmu untuk melakukan apa yang kau lakukan hari ini, jadi tidak perlu merasa berdosa. Kau harus kuat kalau kau memang tidak ingin semua hak-mu berpindah pada orang lain," ucap Jeremy.
"Untuk semua penderitaan dan rasa malu yang sudah aku lalui bersama almarhum mama di masa lalu....apakah semua ini sepadan?" tanya Maira yang seakan ditujukan pada dirinya sendiri.
Jeremy meraih tangan Maira dan kemudian menggenggamnya erat.
"Sepadan untuk masa depanmu Maira, karena memperoleh pengakuan sebagai anak almarhum Tuan besar saja tidak cukup untuk menghapus jejak penolakan kepada almarhum Nyonya Amber. Kalau kau ingin memenuhi janjimu pada Nyonya, kau harus lebih kuat dari ini....dan mungkin lebih kejam lagi. Karena tidak akan mudah menyingkirkan Galand dari kursi kepemimpinan, jika kau tidak bisa membuktikan diri, meski ada anggota dewan direksi yang mendukungmu, ingatlah kalau sebagian besar dewan direksi, tidak suka dengan kemunculanmu sebagai pewaris yang baru," ucap Jeremy mengingatkan.Maira menarik napas panjang. Janji yang dikatakan Jeremy adalah satu-satunya alasan ia menerima tawaran almarhum ayahnya untuk kembali terlibat dengan keluarga Narendra.
Dulu, menjelang kematian ibunya, Maira pernah diminta berjanji untuk merebut kembali hak-nya sebagai anak kandung ayahnya dan tidak menyisakan sepeser-pun untuk sahabat ibunya yang sudah memfitnah sang ibu.
"Maira...dengarkan Mama, suatu hari kau harus kembali ke rumah itu dan rebut semua yang seharusnya menjadi hak-mu. Jadilah kejam dan buat mereka merasakan apa yang sudah kita rasakan! Mama tidak rela dengan semua yang kita alami...Mama tidak hanya membenci kebodohan papa-mu tapi mereka semua...Maira...berjanjilah...kau akan membuat mereka merasakan apa yang sudah kita rasakan....berjanjilah...hanya kau-lah satu-satunya harapan Mama."
Kalimat ibunya kembali terngiang di telinga Maira dan membuatnya menahan napasnya untuk beberapa saat.
"Kau benar, ini bahkan belum separuh jalan. Aku...belum selesai. Ini baru saja dimulai. Aku harus menepati janjiku pada Mama...untuk membuat mereka keluar dari rumah dan perusahaan." Maira mengepalkan tangannya di atas pangkuannya penuh tekat.
Jeremy hanya bisa menatap Maira dengan tatapan simpati. Dia hanya bisa mendukung dan menemani Maira untuk memenuhi apa yang sudah seharusnya menjadi jalan Maira. Ia adalah satu-satunya orang selain ayahnya yang tahu bagaimana menderitanya Maira dan almarhum Nyonya Amber selama ini.
"Setelah kau selesai dengan semua ini, mari kita menikah Maira. Aku akan membuatmu bahagia dan melindungimu agar kau tidak perlu lagi menanggung semuanya sendiri," ucap Jeremy.
Maira tersenyum datar. Ia tahu Jeremy selama ini tulus kepadanya, pria itu selalu bersamanya sebelum apa yang sudah dilakukan ayahnya dulu, dan pria itu juga adalah orang yang tetap disampingnya, mengunjunginya di luar negeri setiap kali ada kesempatan atau ketika liburan sekolah. Perlakuan seorang Jeremy Prasetya tidak pernah berubah kepadanya baik ketika ia masih menjadi Nona muda keluarga Narendra, atau ketika ia dibuang dari keluarga Narendra menjadi gadis tanpa ayah setelah perceraian kedua orang tua-nya, sampai ia kembali diakui sebagai pewaris keluarga Narendra, tepat sebelum ayahnya meninggal dunia. Akan tetapi, jauh di dalam hati Maira, ia terlalu takut untuk mencari kepastian, apakah dirinya memang benar-benar memiliki perasaan yang sama dengan Jeremy, ataukah rasa takut kehilangan yang ia miliki terhadap pria itu hanya sebatas perasaan seorang adik kepada orang yang sudah ia anggap kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird's-Foot Trefoil
Romance(On going di Dreame -Innovel dan Karya Karsa) Maira tidak pernah menyangka kalau suami yang ia cintai, ayah dari kedua anak kembarnya menyembunyikan sebuah rahasia besar tentang kehidupannya sebelum ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia kehila...