Bab 5 = The Visit

1K 326 37
                                    

Kim Sunwoo
4 hari setelah kabar duka

Choi Soobin
05 desember 2001 - 13 Januari 2021

"You left me in confusion man," aku terduduk di depan kuburan Soobin. Banyak bunga-bunga yang masih segar disana. Kurasa itu pemberian dari saudara atau orang tuanya.

"Kemarin gua di chat sekarang gua liat lu disini, mau lu apa sih anjing?"

"Lagian lu sukanya sama siapa?" bentakku lagi. Meskipun dia tidak bisa mendengarku, setidaknya aku bisa mencurahkan hatiku saat ini.

"Misterius hidup lu, sampe kebawa mati."

"Jangan teriakin orang mati lah, malu-maluin," aku menoleh kebelakang. Disana ada Lia yang memegang satu buket bunga mawar merah.

"Soobin ga suka bunga mawar merah, sukanya bunga tulip." ujarku. "Eh kaga tau juga sih gua," aku takut jika aku bilang satu fakta kepadanya dia akan menangis pilu dan membuang bunga yang dibelinya. Itu artinya dia membuang uangnya hanya untuk membanting bunga yang salah beli.

Tapi dia tidak seperti itu. Dia tetap meletakan bunga itu di batu nisan temanku.

"Gue masih ga tau sifat asli Soobin gimana, pacaran juga baru tiga bulan." curhatnya kepadaku. "Dia aja belum ngenalin temannya selain kalian semua,"

"Itu karena temannya cuma kami aja," jawabku. Aku tidak ingin membuatnya salah paham. Tidak ada teman dekat Soobin selain kami berempat. Felix, aku, Hyunjin dan Jeno. Tidak hapus Jeno dari list karena Jeno dan Soobin berperang dingin.

Ditambah Chaewon dan Kak Doyeon. Jika dijumlahkan temannya hanya enam. (Yang Jeno tadi hanya bercanda).

"O-oh, serius?" tanyanya.

"Serius lah Julia, ceritanya juga sama kita-kita aja kok," ujarku. Lia tersenyum mendengar hal itu. Setidaknya aku berhasil meyakinkannya bahwa Soobin tidak bercanda dengannya.

Drrttt..

LINE!
Chaewon : gelang gue hilang
Chaewon : lo yg ambil kan?

Dasar menyebalkan. Apa-apa pasti yang dituduhnya aku. Padahal aku tidak pernah mencuri barang-barangnya.

"Hey, Sunwoo? Teman Soobin?" kami berdua menoleh kebelakang. Aku melihat ibu Soobin berjalan membawa makanan manis kesukaan Soobin. Dia meletakannya di batu nisan Soobin. Jika kupikir-pikir, nanti malam atau berberapa jam kemudian makanan manis ini pasti hilang. Beribu pemulung yang berkeliling menjelajahi setiap tempat. Pasti mereka selalu melewati kuburan ini.

"Biasanya saya letakin makanan disini, ini semua makanan kesukaan Soobin. Karena Soobin udah ga ada, Sanha pun juga ikutan ga ada." ujarnya.

"Sanha? Saudara tirinya Soobin?" tanyaku. Ibunya mengangguk. "Bukan kabar duka, tapi Sanha pergi gitu aja. Belum pernah balik sampai sekarang," ujar ibu Soobin.

Aku menggaruk kepalaku. Bukankah Sanha dan Soobin tidak begitu dekat? Kenapa Sanha harus lari dari kenyataan bahwa Soobin sudah tidak ada?

"Eum, saya liat rumah tante di garis polisi, saya terobos masuk aja karena saya rindu. Dekorasi rumahnya berubah ya tante. Banyak karpet merah." jelasku.

Ibu Soobin tersenyum pilu. "Soobin yang mendekorasinya. Kata ayahnya sih gitu. Dari dua minggu yang lalu. Katanya sih dia suka film The Shining, jadi dia mau buat dekorasi rumahnya kaya di film itu."

Tidak mungkin, sangat tidak mungkin kenapa Soobin memberi alasan itu kepada Ayahnya. Bukankah dia membenci film horror?

•••


Tetanggaku, Soobin (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang