I 6 I

565 199 11
                                    

Choi Soobin
7 hari sebelum kabar duka

Ayah Ganteng
| soobin, tlg pasangkan karpet
| psgnya di tgh aja gausah seluruhnya
| tp kalau kmr kamu psg full karpet

Soobin
Siap yah |

Aku menghembuskan nafasku. Apakah aku perlu memasang karpet? Padahal aku masih penasaran dengan mereka berempat. Aku tidak bisa menolak kemauan ayahku. Dia juga sudah bilang bahwa ada uang di dalam laci dapur. Uang itu digunakan untuk membayar karpet.

Aku mengambil uang itu dari laci dan mengambil kunci mobil. Sebenarnya aku ingin ditemani tapi saat ini aku rasa aku lebih baik sendiri. Aku memang ingin mengorbankan teman, tapi aku tidak ingin semua korbannya merupakan temanku. Lebih baik mereka mengetahui bahwa aku si penyendiri dibanding orang yang punya teman banyak.

Aku menyalakan mobilku. Sunwoo juga dari kemarin tidak bisa menemaniku karena dia sedang melakukan kegiatan yang bermutu baginya. Aku bisa memaklumi itu dan juga bersyukur dia memutuskan untuk bekerja paruh waktu agar aku tidak perlu mencari alasan kenapa aku tidak mengajaknya pergi menemaniku.

Pikiranku tentang keempat orang itu membuat perjalananku kurang fokus. Banyak sekali yang memberikan klakson mobilnya hanya untuk memperingatiku untuk minggir. Untungnya aku tidak tuli, jadi setiap ada klakson yang bertujuan untuk memperingatiku, aku langsung minggir seperti yang mereka mau.

Aku tidak ingin kecelakaan. Untungnya ideologi yang baru saja kubuat berhasil membuatku sampai ketujuan.

Aku turun dari mobil dan mencari karpet yang dimau oleh ayahku. Ketika aku tanya bagaimana ciri-ciri karpet itu, ayah menjawab terserahku. Kalau itu mau ayah, baiklah aku akan membeli karpet merah seperti film The Shining. Padahal aku kurang suka film horor. Tapi film The Shining menginspirasi. (hanya rumahnya saja, aku bisa bersumpah dengan kalian)

"Om, yang ini berapa harganya?" tanyaku kepada pria berambut panjang sebahu. Dia mewarnai rambutnya dengan warna pirang. Aku menunjuk ke arah karpet merah yang terlihat bagus menurutku. Orang ini kemudian mengambil karpet yang kumaksud tadi.

Sembari menunggu, aku melihat ke kanan dan kekiri. Banyak sekali dekorasi berwarna hitam dan kuning. Aku kemudian melihat banyak tangan yang ditattoo oleh mereka. Tattoonya kelihatan sama tapi letak tattoo tersebut berbeda.

Tattoo ini terlihat tidak asing. Aku pernah melihat tattoo ini disekitaran rumah. Bahkan aku juga pernah melihatnya di tangan seseorang.

"Bang, yang ini kan?" tanya pria berambut panjang itu. Dia mengarahkan satu gulungan besar karpet bewarna merah kepadaku. Aku tidak berfokus kepada karpetnya, aku lebih berfokus kepada tattoo yang ada di lengan kanannya.

Apakah syarat untuk bekerja disini adalah mentattoo salah satu bagian tubuh kalian? Karena kalau iya aku tidak mau menintakan badanku demi sebuah pekerjaan yang tidak layak untuk mengorbankan tubuh.

"I-iya Bang, ambil empat gulungan ya." ucapku. Pria berambut pirang sebahu itu menganggukan kepalanya. Disisi lain, aku menghitung apakah uang yang diberi ayah (melalui transfer ke rekening ku) cukup membayar empat gulungan karpet merah ini.

"Dua juta..." aku mengitung sendiri. Namun, tiba-tiba aku melihat seseorang melihatku dengan tatapan tajam. Aku menggelengkan kepalaku dan berpositif thinking kalau orang itu hanya melihatku kenapa aku kelihatan kacau. Jika dia temanku, mungkin aku akan menceritakan semua yang terjadi saat ini.

Aku kembali membayar karpet tersebut. Untungnya uangnya berlebih jadi dalam perjalanan pulang aku bisa membeli sesuatu yang tidak penting bagi orang namun penting bagiku.

Dan juga, orang itu masih melihatku ketika aku keluar dari gedung ini.

•••

Blog from = Na Jaemin

Selain totem, mereka mempunyai ciri khas mereka. Contohnya seperti film Midsommar, mereka cenderung memakai baju berwarna putih, di film Suspiria, mereka cenderung tidak berbaju sama sekali. Di film The Witch, mereka semuanya berjenis kelamin wanita.

Sekte Ku Klux Klan juga memiliki ciri khas yaitu memakai tudung berwarna putih di kepala mereka.

Kultus yang sedang saya teliti ini, mereka punya ciri khas juga. Sejauh yang saya teliti, mereka menghias badan mereka dengan tattoo berwarna hitam dan kuning. Biasanya tattoo banyak ditemui di toko Bangtan Furnitures.


Aku langsung menutup laptopku. Aku tidak menyangka bahwa aku membeli karpet di Bangtan Furnitures yang artinya mayoritas orang yang bekerja disana adalah perkumpulan sekte Choi Yeonjun.

Ibu Cantik sekali
| soobin
| jangan lupa bagi" tomatmu ya

Aku menghembus nafasku kasar. Aku sedang berusaha untuk selamat dari para sekte tapi ibu menginterupsiku untuk mengingatkan bahwa aku harus memberi tomatku kepada mereka para tetanggaku.

Dengan kekesalanku, aku turun kebawah memetik berberapa tomat untuk diberikan kepada tetanggaku. Sebelum itu, aku mengecek gelang yang kusimpan di laci meja belajarku. Gelang itu masih aman disana.

Takutnya empat orang itu menyelinap masuk ke rumahku jadi aku membawa gelang itu. Tentunya tidak kupakai, hanya kusimpan di kantong bajuku.

Lalu setelah itu aku turun dari kamarku.

Singkat ceritanya, aku sudah memetik banyak tomat. Sudah kupisahkan yang mana untuk Sunwoo, untuk Felix dan juga untuk Paman Gray. Lalu, aku pergi berjalan menuju rumah Sunwoo.

Aku memberi pesan kepadanya agar pintunya dibuka. Tapi, dia mengatakan bahwa dia sedang bekerja. Karena itu, aku berjalan ke tempat Felix.

Satu atau tiga ketukan tidak dijawab oleh si pemilik rumah yang membuatku berjalan ke arah rumah tetanggaku yang lainnya. Paman Gray.

Aku mengetuk pintu rumah Paman Gray. Jika mereka tidak membuka pintu saat aku mengetuk berberapa kali, Paman Gray berbeda diantara yang lainnya. Belum menuju ketukan dua dia sudah membuka pintu rumahnya.

Dia memakai baju sleeveless berwarna putih seakan dia seorang boyband. Padahal kenyataannya dia hanya tetangga yang menyebalkan.

Tentunya canggung yang terlintas saat ini. Namun, aku juga tidak lama di rumah Paman Gray. Tugasku kan hanya memberikan sekantong tomat kepada Paman Gray. Karena itu aku memberikan sekantong tomat kepada Paman Gray. "Habis panen Om, diterima ya." mohonku.

Tangan Paman Gray masih membatu. Tapi tak lama kemudian dia mengambil sekantong tomat itu. Jantungku berdegub kencang setelah dia menerima sekantong tomat.

"Makasih banget Om," ucapku dengan cepat. Aku langsung berjalan cepat meninggalkan Paman Gray dan rumahnya. Hal ini kulakukan karena jantungku yang berdegub kencang setelah melihat tattoo yang ada di lengan Paman Gray.

Tetanggaku, Soobin (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang