Kim Sunwoo
6 hari setelah kabar dukaCklek
"Dah, gausah drama lah. Sana sarapan dirumah," ujar Chaewon sembari membuka pintu rumah Soobin. Tentunya dia ditemani oleh Jeno. Jeno memegang kawat kecil yang membuatku berprasangka bahwa dia yang membuka pintu rumah ini.
"Makasih banyak jelek," ucapku sembari menepuk bahunya sebanyak dua kali. Felix berada di belakangku. Entah apa tatapan Chaewon yang ditujukan kepadanya, tapi Felix kelihatan takut.
"Lagian buat apaan sih masuk ke dalam rumah Soobin?" Chaewon mengikuti kemana aku pergi. Jika Chaewon pergi, maka Jeno juga pergi ikut dengannya.
"Chae, tungguin," ucap Jeno sembari mengejar Chaewon. Chaewon tidak memperdulikan hal itu. Dia tetap mengejarku dan menanyakan hal yang tidak bisa dan tidak mau kujawab.
"Sunwoo!"
Aku membalikan badanku sehingga aku bisa melihat Chaewon, Felix, dan Jeno yang mengejar kami. "Jujur lu sama Soobin ada hubungan apa?" teriaku.
Chaewon, Jeno, dan Felix berhenti. Aku tahu aku mengucapkannya spontan didepan Jeno dan Felix (pacar dan saudara). Tapi itu tidak penting lagi. Jika aku teman mereka, maka aku harus tau keadaan saat ini bagaimana. Agar aku bisa membantu mereka.
"Cuma teman Woo, kaya lo sama gue." jawabnya. Dari nada bicaranya, dia kelihatan serius dengan ucapannya. Dia kemudian berjalan mendahuluiku sebagai respon setelah pertanyaanku tadi.
Chaewon diikuti oleh Felix, dan juga Jeno yang sudah berpapasan denganku. "Emang Chaewon sama Soobin kenapa?" tanyanya kepadaku. Aku menggelengkan kepalaku. "Kaga tau juga, makanya gua tanya sama cewe lu,"
Jeno mengangguk paham. "Tas lu masih di rumah Soobin, habis sarapan aja lu ambilnya." ucap Jeno.
Aku terkejut dan berlari kerumah Soobin kembali mengambil tasku. Tidak ada jeda, aku kemudian berlari menuju rumah Felix.
Disana sudah ada Hyunjin yang membantu Kak Doyeon menyiapkan semuanya. Chaewon menata meja makan. Felix meminum air karena kehausan. Jeno datang menyamperi Chaewon yang lagi menata piring di meja makan. Kuperhatikan lukanya masih diperban. Bahkan perbannya diganti baru.
"Sunwoo! Sini bantuin gua ambil timun di kulkas," perintah Kak Doyeon. Aku menjalankan kakiku ke arah kulkas. Euh, padahal jarak Kak Doyeon dengan kulkas tidak begitu jauh. Mungkin Kak Doyeon melihatku tidak bekerja, jadi dia menyuruhku mengambil sesuatu agar aku bekerja. Dasar brengsek.
Kuambil dua timun. Kututup kulkasnya kembali dengan pelan karena ini bukan kulkasku. Lalu aku berikan dua timun itu kepada Kak Doyeon.
Kak Doyeon menerimanya. Dia mencuci timun itu. Lalu timun itu diletakan disebelah tomat yang segar menyerupai tomat yang sering diurus oleh Soobin.
Apa jangan-jangan Kak Doyeon yang memgambil tomat Soobin?
"Kakak nyuri tomatnya Soobin kan? Hayo ngaku." candaku tapi aku tidak bercanda. Aku hanya memancing Kak Doyeon untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Ih engga ya, kemarin malam gua pergi ke supermarket beli sayuran. Sok tau banget anjir,"
"Mobil lu tinggal kak, hayo dianter sama siapa...kalau detektif yang nganterin asli gua marah nih," candaku lagi. Kak Doyeon tertawa. "Ya mana mungkin lah, sama temen gua Woo,"
"Temen atau temen? Atau jangan-jangan detekti-aw!" teriaku saat Kak Doyeon memukulku. Aku mengelus lenganku yang dipukul oleh Kak Doyeon. "Canda anjir, kaga tau canda aja."
"Iyaa Woo! nih bawa makanannya." Kak Doyeon memberikanku satu mangkuk besar berisi sup. Aku kemudian membawanya ke meja makan. Disana sudah ada Felix, Hyunjin, Jeno, dan Chaewon menunggu kedatangan makanan ini.
"Keliatannya enak ya," kata Hyunjin. Dia menyeretkan mangkuk berisi sup itu menuju ke arahnya. Mungkin diantara kami, Hyunjinlah yang kelaparan. Tidak ada dari kami yang selera makan pagi hari ini dan satu orang (Hyunjin) terlihat bersemangat untuk makan.
Aku melihatnya dia menuangkan banyak kuah di piringnya. Dan aku melihatnya dia memotong wortel dan juga tomat.
Prang!!
Terdengar suara piring atau kaca pecah di tempat Kak Doyeon. Hyunjin tidak jadi makan karena kami semua panik melihat Kak Doyeon terbatuk. Perlahan Kak Doyeon teruduk dari tempatnya. Chaewon dan Felix orang yang pertama menghampiri Kak Doyeon.
"LIX AIR!" bentak Chaewon. Felix dengan kecepatannya mengambil segelas air kepada Kak Doyeon. Dia kemudian memberikan segelas air itu kepada Chaewon.
Chaewon membantu Kak Doyeon minum air tersebut.
Huekk!!
Kak Doyeon memuntahkan darah. Air minum yang seharusnya bisa diminum menjadi air yang bercampur darah. Felix gemetar namun dia menelfon ambulan secepat mungkin. Chaewon menangis sekencang mungkin melihat Kak Doyeon.
Namun aku, aku tidak bisa kemana-mana karena aku panik. Kejadian ini pernah aku alami dimana aku melihat Lia yang sudah tewas, Soobin yang sudah tewas, kini Kak Doyeon yang aku tidak tahu.
"Ya nama saya Kim Felix, kakak saya muntah darah. Alamatnya berada di xxx-xxx-xxx,"
•••
Sunwoo tenang
Kak Doyeon bakal selamat
Semuanya bakal baik-baik saja
"Doyeon perlu dirawat lagi ya, tenggorokannya ada yang robek. Perlu di operasi," ujar si Dokter. Tidak hanya aku, tetapi Chaewon dan Felix terkejut mendengar pernyataan dari Dokter brengsek ini.
"Atau tidak kondisi Doyeon bisa bahaya, kamu mau kakak kamu mati? Enggak kan, makanya kita butuh persetujuan orang tua kamu." ujar Dokter tersebut.
Felix menundukan kepalanya sambil menangis. Dia kemudian berjalan kebelakang sambil menelpon orang tuanya. Aku rasa dia menelpon orang tuanya.
Disisi lain, Chaewon menangis liar di pelukan Jeno. Jika tidak ditahan Jeno, mungkin Chaewon bakal jatuh.
"Dokter, kira-kira kapan bisa di operasi?"
"Menurut saya..."
"DOKTER! PASIEN ANDA MENGALAMI KEJANG-KEJANG!" teriak berberapa dokter sebelum memasuki ruangan Kak Doyeon. Hatiku mulai gelisah, terlebih lagi dokter ini memperlihatkan kepanikan diwajahnya. Dia segera kembali memasangkan maskernya.
"Permisi, saya akan kembali setelah mendapat pernyataan," ujarnya. Dia berlari memasuki kamar Kak Doyeon. Kakiku gemetar melihat semua ini. Aku duduk kembali. Hyunjin mendekatiku saat ini juga. Dia menepuk bahuku berkali-kali. Aku tahu hal ini dilakukan untuk menenangkan orang.
Tapi itu tidak berlaku bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku, Soobin (✔️)
Mystery / ThrillerTetangga mereka baru saja tewas, tidak ada yang tahu kejadiannya. Keduanya heran kenapa dia mati. Mereka memutuskan untuk menjelajahi kisah hidup tetangga mereka melalui masa lalunya dan lain-lain. Apakah mereka bisa menemukan jawaban yang sesungguh...