CHAPTER 1

193 15 0
                                    

Aku ingin mengingat hari itu. Aku ingin mengingat setiap detail kejadian itu. Karena sejak saat itu, aku merasa ada yang hilang dari diriku.

Kecelakaan yang sampai saat ini belum bisa kuingat itu bukan saja merenggut sebagian ingatanku, tapi juga menghapus sesuatu yang penting bagi diriku. Sudah berulang kali aku berusaha memunculkan  adegan kecelakaan itu, tapi yang kudapat hanyalah sakit kepala hebat.

Sudah hampir 2 bulan berlalu, tapi aku sendiri tidak begitu yakin. Aku tidak pernah yakin lagi dengan waktu. Bagiku, waktu saat ini hanyalah sesuatu yang tak lagi penting, yang datang dan pergi tanpa kusadari. Waktu juga seperti memperburuk keadaan dengan menjadi hal yang membingunkan.

Tapi selain kecelakaan itu, aku bisa mengingat hal-hal lainnya dengan baik. Aku ingat dad yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai dia keluar kota. Dad memang jarang dirumah, tapi dia sempat menjengukku setelah kecelakaan itu. Aku benci karena dad harus segera pergi dan meninggalkanku lagi.

Itu mengingatkanku pada masa kecilku, ketika aku selalu menangis meraung-raung melarangnya pergi. Aku tidak peduli dengan pekerjaannya. Terkadang aku merasa dad lebih menyayangi pekerjaannya daripada aku, tapi itu tidak menyurutkan rasa sayangku padanya. Aku hanya berharap dad lebih meluangkan waktunya untukku.

Momku adalah wanita yang sangat tegas. aku lebih takut kepadanya dibandingkan dengan dad. Dulu, setiap kali aku kasyikan bermain dan lupa belajar, mom akan memarahiku habis-habisan dan mengurungku di kamar mandi. Hukumanku berubah jadi tidak boleh keluar rumah sejak aku beranjak remaja.

Namun, mom sangat cantik dan orang-orang bilang aku mewarisi kecantikannya. Aku sendiri tidak merasa begitu cantik. Aku sering merasa rendah diri dengan penampilanku sendiri. Aku tau aku tidak jelek. Tubuhku cukup tinggi dengan rambut pirang panjang, dan pipiku terlihat bersemu tanpa menggunakan riasan. Hanya saja, aku sering mengalami kesulitan untuk menganggap diriku menarik.

Aku anak  tunggal, jadi sudah terbiasa sendiri. Itulah sebabnya aku tidak suka bergaul. Sifatku yang tidak suka bergaul membuat orang-orang mengira kalau aku sombong, dan sebab itulah mereka mulai menjauh. Namun, aku merasa lebih baik begitu.

Tapi aku masih memiliki stella. Aku berteman dengannya sejak SMP, dan terus bersama sampai kuliah. Tapi sejak kecelakaan itu kami jarang bertemu karena dia sibuk dengan kuliahnya sementara aku harus cuti.

Berkebalikan denganku, Stella memiliki banyak teman. Dia aktif di banyak organisasi. Meskipun begitu, dia tidak pernah meninggalkanku sendirian. Kadang dia akan mengajakku berkumpul bersama teman-temannnya yang lain, tapi aku selalu menolaknya. Stella selalu mengerti dan tidak memaksaku untuk ikut. Aku beruntung memiliki sahabat sepertinya.

Gambaran mengenai orangtuaku dan Stella sangat jelas dalam ingatanku. Aku bisa mengingat hal yang sudah terjadi bertahun-tahun lalu. Aku bahkan ingat hal-hal sepele, seperti warna kesukaanku, makanan favoritku dan film kesukaanku. Tapi aku justru tidak bisa mengingat hal besar seperti kecelakaan itu.

Aku sering merasa jika mom tidak ingin aku mengingat kecelakaan itu. Sudah berulang kali kuminta untuk menceritakannya, tapi mom selalu menolak.

"Untuk apa kamu mengingat hal yang mengerikan itu?" kata mom suatu kali, ketika aku bahkan sampai memohon padanya untuk menceritakan kecelakaanku.

"Aku cuma ingin tau"jawabku berasalan.

"Kamu gak perlu tau,"kata mom tegas. "Lagipula, gak ada yang penting di kecelakaan itu. Itu hanyalah kecelakaan biasa. Sekarang, lebih baik kamu istirahat."

Mom selalu mengakhiri setiap pembicaraan kami dengan menyuruhku beristirahat. Biasanya aku selalu menurutinya hanya agar mom tidak marah.

Terkadang, jika mom tidak ingin menceritakanku, aku berpindah kepada Stella. Tapi stella seperti bersekongkol dengan mom, karna dia juga tidak ingin menceritakan kecelakaan itu padaku.

"Gue gak bisa ngomong apa-apa tentang kecelakaan itu, Ab," kata Stella tidak enak."Pleaseee... jangan paksa gue."

Tentu saja aku juga tidak tega untuk memaksanya setelah dia mengatakan itu. Aku tau Stella merasa berasalah karena harus menyembunyikan hal itu, dan aku tidak ingin menambah beban perasaannya.

Aku harus bisa mengingatnya sendiri. Tapi saat ini ingatanku sama seperti air yang keruh. Aku tahu ada sesuatu di dalamnya, begitu mudah untuk kujangkau, tapi tidak bisa karena aku benar-benar tidak bisa melihatnya.

Aku jadi depresi. Ingin sekali aku menceburkan dirku ke air yang keruh itu dan memaksa apapun yang ada didalamnya untuk keluar. Aku tidak tau sampai kapan bisa bertahan dengan ketidaktahuan ini.

Sejujurnya hal itu membuatku marah. Kecelakaan itu adalah bagian dari ingatanku. Sangat tidak adil jika mom dan stella menyembunyikannya dariku. Lagi pula kenapa kecelakaan itu harus ditutup-tutupi dariku? Toh hal itu sudah terjadi. Apakah memang tidak ada hal yang penting dalam kecelakaan itu, seperti kata mom? Atau justru ada hal yang mengerikan yang tidak boleh ku ketahui?

Kemungkinan itu membuatku semakin ingin bisa mengingat. Penolakan mom dan Stella untuk mengungkit-ungkitnya justru membuatku semakin ingin tau. Sebab, entah kenapa aku merasa bukan hanya kecelakaan itu yang tidak bisa kuingat. Rasanya seperti ada hal penting lainnya yang juga telah kulupakan.

***

HAIHAIHAI..

GUE NONGOL LAGI NIH, WKWK. BTW, GIMANA CERITA DIATAS? SUKA? VOMMENT YAHHH:D HEHEHE UNTUK CHAP SELANJUTNYA, GUE USAHAIN BUAT UPDATE SECEPATNYA, OKE:)

Yang di mulmed itu, pemeran Abby yah. Gue gak tau mau meranin siapa lagi untuk pemain ceweknya, jadinya gue ambil Lily Collins ajadeh, wkwk:D

BigHug Indahramadhanihamsir

Someone to Remember //h.s//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang