CHAPTER 5

128 8 6
                                    

"Abby?" Tanya Edward bingung melihatku melamun

"A-ku gak tau," jawabku gugup. "Aku gak ingat" lanjutku

Kami kembali terdiam. Dan aku benci suasana ini. Inilah kenapa aku tak suka menceritakan kecelakaanku pada orang lain. Mereka akan mulai mengasihaniku yang kehilangan ingatan ini. Tapi aku harap Edward tidak melakukan itu.

"Sepertinya aku paham bagaimana perasaanmu. Itu seperti ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang salah, atau sesuatu yang mengganjal di hatimu. Terlepas dari kamu selamat dari kecelakaan itu."

Perkataan Edward itu benar-benar membuat mataku panas. Yah... kira-kira seperti itulah. Seperti ada sesuatu yang tak seharusnya kulupakan. Dan hal itu penting, tapi apa itu? Aku menelan ludah beberapa kali, berharap airmataku tidak jatuh.

"Terkadang aku merasa," ucapku tertahan sambil menarik napas, "ada hal lain yang juga hilang dari ingatanku selain kecelakaan itu."

Edward mendelikkan matanya, "Apa itu?"

"Aku tidak tau pasti.. tapi sepertinya yang kulupakan itu adalah seseorang," kataku dan bertanya-tanya apakah sekelabat bayangan yang terlintas di pikiranku itu berkaitan dengan kecelakaanku.

Bagaimana jika aku telah melupakan seseorang, dan orang itu ternyata bersamaku saat kecelakaan terjadi?

"Menurutmu aku harus berusaha mengngingatnya?" tanyaku meminta saran. "Well, aku masih tidak tau apa saja yang sudah kulupakan. Aku bahkan masih belum yakin jika memang ada hal lain yang kulupakan selain kecelakaan itu. Tapi jika memang ada, dan jika yang kulupakan itu adalah seseorang, haruskah aku berusaha mengingatnya??"

Aku sadar nada bicaraku berubah jadi sedikit emosional. Tapi aku tidak peduli. Aku yakin Edward akan mendukungku. Edward tidak seperti mom atau Stella yang hanya ingin aku berada di tempat yang aman, walaupun kehilangan ingatan.

Aku yakin Edward pasti mengerti bagaimana perasaanku. Dia tau kalau ada yang hilang dari diriku, dari hatiku.

Edward menatapku lembut,"Jika kamu merasa harus, maka cobalah untuk mengingatnya"

"Terkadang aku memang berpikir untuk menyerah saja. Mom dan temanku -stella- sama sekali tidak membantuku dalam hal ini."

"Semuanya terserah padamu. Tapi kalau aku ada di posisimu, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk mengingatnya. Apapun akan kulakukan untuk bisa mengingatnya. Karena, siapa tau orang itu adalah orang yang benar-benar penting dalam hidupku."

Aku seperi mendapatkan kekuatan dari kata-kata Edward. Sungguh aku tidak mengerti, orang asing yang baru saja kukenal membuatku merasa tenang seperti ini. Aku bahkan merasa nyaman bersamanya seperi sekarang ini, duduk berdua sambil menceritakan masalahku, sambil sesekali memandangi sekitar kami. Dan mataku tertuju kepada beberapa orang yang sepertinya membicarakan kami.

"Edward?" bisikku pada Edward

"Yah?" jawab Edward lalu kembali memandangku

"Liat deh," tunjukku pada beberapa orang yang matanya mengarah ke kami, "mereka kayaknya ngebicarain kita" lanjutku

"Mungkin mereka hanya iri dengan kedekatan kita" ucap Edward dengan santainya

"Ih, jangan becanda deh. Liat tuh mereka beneran bicarain kita"

"Yaudah, mereka gak usah diladenin. Biarin aja" ucap Edward lalu kembali menatap langit

Aneh, kenapa Edward sepertinya sangat santai padahal orang-orang itu sedang membicarakan kami. Dasar aneh.

"Wah.. udah sore banget ternyata," ucap Edward

"Aku harus pulang," kataku dengan nada tak rela. "Terimah kasih, karena mau mendengar ceritaku."

"Sama-sama. Aku senang kamu mau menceritakannya padaku," kata Edward

"Oh ya, rumah kamu dimana?" tanyaku padanya, aku baru sadar kalau Edward tidak pernah menjelaskan tempat tinggalnya padaku.

"Agak jauh sih. Aku ke sini diantar teman," jawabnya santai.

"Oh.. jadi kamu nunggu di jemput?" tanyaku lagi

"Gak. Aku mau ke tempat lain lagi. Kamu mau pulang sekarang?"

Aku mengangguk dan berdiri.

"Bye Edward, see you." Aku berharap Edward akan mengatakan sesuatu. Tapi dia hanya diam dan tersenyum sambil melambaikan tangan.

Dia benar-benar tidak mengatakan apapun padaku, dia bahkan tidak membalas ucapan sampai jumpaku.

Aku terus melangkahkan kakiku, hingga tiba-tiba terdengar suara teriakan dari Edward.

"Abby!?" panggil Edward

"Yah?" ucapku lalu berbalik di iringi oleh langkahnya

"Hm, hati-hati ya. See you too, Abby..," Serunya

"Thanks" akupun berbalik dan melanjutkan perjalananku. Aku tau pasti sekarang pipiku sedang bersemu.

Aku berharap kami masih bisa bertemu lagi besok, besoknya lagi, dan besoknya lagi.

Edward pov

Aku tau kenapa semua orang tadi membicaranku dengan Abby. Well, lebih tepatnya mereka hanya membicarakan Abby tidak denganku.

Aku yakin, tanpa kuberitahu pun pasti Abby akan tau semuanya. Tapi bukan sekarang, sekarang bukan waktu yang tepat untuk dia mengetahui semuanya. Ku harap dia berhasil menjawab semua yang dilupakannnya termasuk AKU.

***

Vomment? Thanks:)

BigHug Indahramadhanihamsir

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Someone to Remember //h.s//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang