CHAPTER 3

96 10 1
                                    

Aku pergi ke taman lagi esoknya. Tanpa sadar, aku mencari lelaki itu. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menemukannya. Lelaki itu juga menyadari kehadiranku. Kini gilirannya yang sedang berdiri di dekat kolam ikan. Dia tersenyum ketika melihatku, dan entah kenapa jantungku langsung berdetak sangat cepat. Aku sungguh tidak mengerti dengan perasaanku sendiri. Kenapa lelaki ini rasanya tidak asing bagiku?

Lelaki itu berjalan ke arahku, masih dengan senyum di wajahnya. Aku masih terpana bahkan setelah dia tiba di depanku.

"Hai... kita ketemu lagi" ucap lelaki di depanku ini. Aku tidak tau kenapa, tapi mataku tak mau lepas dari wajah sempurnanya. Jantungku lagi-lagi berdetak dua kali lebih cepat.

"Hei..." serunya lagi, kali ini matanya membesar menatapku.

"Oh... hai" jawabku akhirnya. Dia kembali tersenyum melihat reaksiku yang bisa dibilang cukup memalukan.

"Aku Edward." Dia mengulurkan tangannya. Dan... aku kembali terdiam sambil memandangi tangannya. Dia menggoyangkan tangannya seakan memintaku untuk menyambut ulurannya itu.

"Abigail Elena Gabriella, tapi panggil aja Abby," jawabku sambil mengulurkan tangan. Dan waktu seakan berhenti ketika telapak tangan kami bersentuhan. Sekelebat bayangan seseorang terlintas di pikiranku. Terjadinya hanya beberapa detik, tapi langsung membuat kepalaku sakit seakan dipukul palu besar.

Seketika aku sudah berada di pelukan Edward. Ia menuntunku duduk di bangku taman terdekat.

"Kamu gak apa-apa? kamu sakit? Pusing?" Rentetan pertanyaan itu entah mengapa malah membuat sakit kepalaku mereda.

"Gak papa kok" jawabku lemah sambil memandangnya. Aku mencoba apa saja yang baru terlintas di kepalaku tetapi melihat lelaki yang berjongkok di depanku ini memasang wajah cemas malah membuat hatiku jadi hangat.

 "Wajahmu terlihat sangat pucat,"

"Iya... aku hanya.. kondisiku memang sedang tidak sehat"

"Oh... kalau gitu seharusnya kamu istirahat aja dirumah."

Aku hanya tersenyum simpul mengingat kebosanan di kamarku. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk beristirahat. "Aku bosan dikamar terus," jawabku muram.

Entah kenapa mood-ku tiba-tiba menjadi kurang baik. Aku berusaha mengingat sosok yang tadi melintas di benakku.

Edward tiba-tiba berdiri dan duduk di sampingku, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Permen lolipop!

"Kamu mau?" tanyanya sambil menodorkan permen itu.

Aku hanya menatapnya heran, lupa akan kegiatanku tadi.

"Tenang aja, ini hanya permen biasa, aku tidak memberikannya racun kok," jelasnya

Tapi, aku tetap bergeming. Ada rasa was-was yang tiba-tiba muncul muncul di benakku.

Edward hanya menggeleng lalu membuka bungkus permen itu dan memasukkannya ke mulut. "Rasa jeruk," ujarnya menyombong. orang aneh, batinku.

"Apa kau datang ke taman ini untuk bertemu denganku?" tanya Edward dengan nada yang sangat santai.

"Apa?" tanyaku sedikit tersinggung. Aku memang memikirkannya sejak pertemuan pertama kami, tapi aku tidak sengaja datang ke taman ini untuk mencarinya. "Taman ini dekat dengan rumahku, jadi gak salah dong aku datang ke sini," jawabku sedikit ketus.

"Oh ya? padahal aku sengaja datang ke taman ini untuk bertemu denganmu" ucap Edward sambil mengedipkan matanya dan membuatku makin bingung. Ternyata aku salah nilai, pasti lelaki ini playboy. Aku menautkan alisku, berpikir keras mengenai sikap lelaki ini.

Lalu mendadak dia tertawa kencang, bahkan sampai memegang perutnya.

"Hahaha.. ya ampun Abby. Kamu harus liat bagaimana tampangmu saat ini," serunya di sela-sela tawa kencangnya. Tubuhku langsung menjadi rilesk mendengar tawanya yang lepas itu. Dasar iseng, batinku.

"Kamuuu....," seruku dan refleks memukul ringan pundaknya. "Merasa lebih baikan?" tanya Edward lembut. Kuakui, aku merasa lebih ceria karena keisengan Edward tadi.

"Tapi, sepertinya kamu harus segera pulang Ab," seru Edward lalu menunjuk langit

Aneh, padahal sewaktu aku keluar rumah tadi langit masih berwarna biru cerah. Tapi sekarang langitnya sudah kelabu dan ada awan-awan hitam yang menggantung.

"Kamu benar. Sepertinya aku memang harus segera pulang," jawabku sambil berdiri

"Aku akan ke taman ini lagi besok. Kalau kau ada waktu, datanglah" ujarnya dengan senyum iseng. "Aku serius," lanjutnya karena melihatku melototinya.

"Akan kuingat," jawabku singkat lalu berjalan meninggalkannya. Beberapa langkah berjalan, aku berbalik ingin melihatnya. Edward masih disana, duduk dibangku dengan permen lolipop di mulutnya dan mengadah ke langit. Ada perasaan aneh yang diam-diam menyusup dalam hatiku, tapi aku tidak tau apa itu dan mengabaikannya.

Kulanjutkan langkahku dengan cepat karena ternyata langit tak hanya berwarna kelabu, tetapi dia mulai mengeluarkan kilat-kilat yang menyambar.

***

A/N : Yang di mulmed itu, Emma Watson yahh dan dia berperan sebagai Stella :)

Vomment? tankyuuuu:*

BigHug Indahramadhanihamsir

Someone to Remember //h.s//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang