Masih ada yang nunggu?
Happy reading
Jimin menatap pada perusahaan milik ayahnya itu dengan datar, ia paling tidak berminat jika harus disuruh turun tangan dalam mengurusi pekerjaan menyebalkan ini. Apalagi nantinya dia akan bekerja dengan kakak dari ibunya itu. Lebih baik baginya mengajak Chanyun bermain dengan darah atau mengerjai gadis hingga kesal
Ngomong-ngomong bagaimana kabar teman bodohnya itu sekarang? Apakah dia selamat sampai tujuan?
"Ini akan menjadi hari paling membosankan"Ujarnya kesal. Kakinya ia paksa melangkah semakin masuk pada perusahaan, menatap sekitar dengan dingin seolah memberikan tembok pembatas pada pekerja yang kini menatap padanya penuh minat
Dia tidak suka hal ini
"Jimin, keponakan ku tersayang"
Suara yang cukup lantang terdengar itu berhasil membuat Jimin terdiam. Tubuhnya kembali berputar dan kini berhadapan langsung dengan seorang pria paruh baya dengan wajah yang ingin sekali Jimin gores dengan belati yang berada didalam saku celana nya
Begitu menyebalkan!
"Kau sudah datang ternyata. Cukup senang aku melihat mu semakin tumbuh dewasa Park Jimin"ujar pria itu dengan tersenyum, membuat Jimin memutar bola matanya malas seraya mengangguk singkat
"Bagaimana hari-hari mu keponakan ku?"tanya sang paman sembari merangkul pundaknya, membuat Jimin berdecih tak suka
"Jika kau tidak buta, kau bisa melihat nya sendiri, Paman!" Tekan Jimin datar. Dapat Jimin lihat pria tua didepannya itu mengeraskan rahangnya
"Hahaha aku lihat kau cukup baik, nak"
"Ya aku sangat baik hingga rasanya hidup ku selalu bahagia. Aku selalu mendapat banyak kesenangan asal kau tau saja"ujar Jimin santai namun tangannya kini menyentak tangan sang paman dari pundaknya dan segera berjalan menuju ruangan sang ayah. Dia begitu malas melakukan basa-basi pada pamannya yang terlihat idiot itu.
Dia pikir Jimin tidak tau? Rencana busuk seperti apalagi yang pria tua itu rencanakan untuknya? Dari matanya saja Jimin sudah bisa menebak
Heii jangan lupakan title iblis masih melekat pada dirinya
Saat ini sang paman sedang mengepalkan tangannya karena marah terhadap sikapnya yang mempermalukan nya didepan banyak karyawan perusahaan saat ini.
Apa kah Jimin terlihat peduli? Dia bahkan kini menyunggingkan senyum puas karena hal itu. Rasanya ingin sekali tertawa paling kencang karena melihat bagaimana pamannya kini tersulut emosi dibelakang sana
"Rencana mu terdeteksi dengan cepat paman, jangan menganggap remeh terhadap keponakan mu yang satu ini"ujarnya dengan seringai yang cukup puas. Kakinya melangkah mendekati kursi kebesaran sang ayah dan mulai duduk dengan santainya
Manik silvernya menatap pada sekitar dengan santai, sampai dimana saat sang paman masuk Jimin kembali tersenyum mengejek membuat yang ditatap memutar bola matanya malas
"Kau tidak akan bisa menang dari ku Jimin!" Desis sang paman marah menatap pada Jimin yang kini melipat kedua tangannya didepan dada dan satu kaki yang dia tumpu pada kaki nya yang lain
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil In Psyche
Mystery / ThrillerTerjebak pada diri sendiri membuat Jimin menjadi sosok yang egois dan semaunya. Hal tersebut berhasil membawa jiwa lain untuk masuk pada dirinya. Bahkan karena hal tersebut, kini jimin sama sekali tidak bisa membedakan "falsehood or sincerity" di se...