Apakah di dunia ini seseorang sangat perlu menyelidiki setiap pribadi manusia mana yang memiliki sifat falsehood, mana yang memiliki sifat sincerity? apakah hal ini begitu penting daripada mencari tau mengenai keuangan? seperti itu juga lah yang tengah masuk pada pemikiran Park Jimin untuk saat ini.
Pria dengan manik tajam berwarna abu-abu gelap itu tidak terlalu ambil pusing mengenai sifat seseorang yang berada di sekitarnya. Bagi nya semua sama saja falsehood, tidak Sincerity. Jika pun memang ada, mungkin hanya Tuhan saja yang memiliki sifat sincerity di dunia ini. Sekalipun jika orang lain mengatakan, sosok ibu merupakan salah satu yang memiliki sikap sincerity. Jimin tidak akan pernah bisa percaya, sebab sosok yang tepat berada di depan matanya itu bagi jimin adalah salah satu sosok perempuan dengan sifat melebihi falsehood.
Licik dan cerdik melebih seekor rubah di tengah hutan
"Jimin"
Sapaan halus dengan gaya elegan yang begitu memuakan, membuat Jimin hanya mengarahkan pandangannya pada sosok itu tanpa berniat mengeluarkan suaranya.
"Kenapa melamun? seharusnya dimakan. Apa masakan mommy tidak enak untuk lidahmu?"kembali perempuan yang menyebut dirinya sendiri seorang mommy membuat Jimin merotasi maniknya malas, namun dengan cekatan kepalanya menggeleng pelan. Merespon setidaknya apa yang perempuan didepannya itu katakan padanya.
"Lalu kenapa tidak di makan, Mommy lelah loh pagi-pagi memasaknya untukmu Jim"
Jimin menatap pada perempuan itu remeh, smirk yang terpantri di wajah tampan nya membuat pria kelahiran oktober itu tampak begitu cool. Tubuh nya yang bersandar tegak pada kursi makan dengan sendok di kedua tangannya membuat kesan dingin begitu menguar pada tubuhnya.
Tau betul apa yang baru saja dirinya dengar hanya bualan semata
"Jimin hargai ibumu"teguran dingin dari sang ayah membuat Jimin berdecih. Sangat jelas di wajahnya jika dia begitu muak dengan semua sandiwara yang di peran kan perempuan itu didepan dirinya dan juga sang ayah. Memang perempuan itu adalah ibu kandung Jimin, namun seperti yang sempat di singgung tadi, perempuan itu terlalu banyak falsehood di kehidupannya.
"Aku bahkan tidak lapar dad. Apa kah aku bisa pergi sekarang?"tanya Jimin malas
"Bukan kah jam kuliah mu masih lama, nak. Makan lah dahulu nanti kamu sakit"
Jimin tersenyum kecut, kuliah katanya? bahkan Jimin sudah tamat dari 1 tahun yang lalu. Kenapa ibunya itu terlalu sok asik dengannya? membuat Jimin semakin muak saja berada di sekitar perempuan seperempat abad itu.
"Justru itu, aku ada bimbangan hingga aku harus secepatnya pergi dari tempat ini, Mom"Ujar Jimin menekan kata di akhirnya kemudian bangkit berdiri dengan cepat. Dirinya butuh udara segar untuk menghilangkan rasa mual pada perutnya akibat kebanyakan menghirup falsehood di rumahnya sendiri.
Dengan wajah yang sepenuhnya datar, Jimin segara menaiki mobil pribadi nya lalu melaju begitu cepat meninggalkan perkarangan rumah, dan tanpa Jimin sadari sosok yang sejak tadi dirinya abaikan itu kini tengah menyeringai di balik gelas kaca yang sedang dirinya sesap
"Damn kid! if not for the sake of fixing this damn household, i don't want it to give you tenderness"
.
.
.
Jimin menyesap benda kecil yang kini terapit pada kedua jarinya. Pandangannya yang tajam mengedar keseluruh hamparan di depan nya. Perlahan bibirnya mengeluarkan gumpalan asap, lalu kemudian kembali terdengar helaan nafas dari belah bibirnya, Entah untuk sekian kali berapa hari ini
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil In Psyche
Misteri / ThrillerTerjebak pada diri sendiri membuat Jimin menjadi sosok yang egois dan semaunya. Hal tersebut berhasil membawa jiwa lain untuk masuk pada dirinya. Bahkan karena hal tersebut, kini jimin sama sekali tidak bisa membedakan "falsehood or sincerity" di se...