Leviathan ferre

240 18 8
                                    

Setiap manusia biasanya memiliki sisi lain dalam dirinya. Jiwa lain akan datang ketika dirinya terlalu banyak mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan atau setidaknya terlalu pasrah oleh keadaan. Jiwa yang rapuh biasanya akan memiliki teman yang kuat untuk mendampinginya, namun tidak dengan jiwa yang kuat. Dirinya tidak butuh teman hanya untuk menamaninya karena baginya kekuatan sudah sangat cukup. Terdengar egois? begitulah sisi kuat dalam jiwa manusia

Kebenaran yang terungkap awalnya terjadi ketika Park Jimin menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kematian yang merengut nyawa dari sahabat baiknya, Ha Sungwoon  9 tahun yang lalu. Yang pada saat itu dibully dengan tidak manusiawi oleh kakak tingkat mereka di sekolah menengah atas. Jimin yang saat itu tampak diam saja melihat bagaimana sahabatnya merengang nyawa mulai mengambil balok kayu yang tergeletak dan menghantamnya pada kepala kakak tingkatnya itu dengan bertubi-tubi. 

Keadaan yang cukup mencekam serta amarah yang terpendam dari diri Jimin saat itu disaksikan oleh teman-teman dari kakak tingkatnya namun seakan tidak peduli dirinya terus saja menghantamkan balok itu hingga darah mulai menciprat penuh wajah tampannya. Teriakan mulai menggema di gedung tidak terpakai dibelakang sekolahnya itu. Namun dirinya tetap enggan berhenti dan malah mengeluarkan tawa menggelengar yang begitu mengerikan untuk didengar

"Ayo bermain lagi, Hyung"Ujarnya dengan tampang polos. Wajahnya yang dipenuhi oleh darah kini tampak begitu menyeramkan. Senyum lebar yang Jimin berikan bahkan lebih lebar dari biasanya dia pertunjukan pada orang lain

"Mundur kau sialan, dasar iblis!"Teriakan dari sebelah kirinya berhasil membuat Jimin melebarkan senyumnya. Dengan tenang dirinya kini mulai berjalan mundur dan mengunci pintu gudang, lalu kepalanya mengarah kapada tubuh sahabatnya yang sudah terbujur kaku. Pandangan matanya tampak begitu nyalang, dan entah sejak kapan manik abu-abu cantik itu mulai berubah merah pekat, sepekat darah segar. 

"Bukan kah nyawa dibalas dengan nyawa? tangan kalian tadi telah merampas nyawa sahabatku"Ujarnya dingin. Pandangan matanya yang tajam berhasil membuat sekiranya 3 kakak kelasnya itu meringsut mundur. Tampak syok dan tidak menyangka saat melihat bagaimana pria yang mereka anggap lemah itu kini tampak 100 kali lipat berbeda 

Ini lebih menyeramkan dari hal apapun 

"Jimin kami ti_

"APA PEDULI KU!"Teriak Jimin murka. Dia tidak butuh alasan dari mulut kotor mereka yang telah mengambil nyawa sahabatnya. Hatinya bergemuruh marah dan dia paling tidak suka dianggap lemah oleh orang seperti mereka yang hanya besar mulut saja

Srakk...

srakk...

Bughhhhhh

"Akkhhgggggggg"

Jimin terkekeh, ketika nyawa itu tanpa sadar membuat Jimin haus. Jiwanya haus untuk membunuh mereka yang mengusik ketenangannya selama ini. Jimin sudah berusaha untuk sabar selama berada di sekolah karena tidak ingin membuat masalah pada siapapun. Namun, mereka selalu saja mengundang jiwa lain dalam dirinya untuk terus keluar

Dan begini lah akibatnya

Hasrat yang sudah Jimin pendam sejak 10 tahun lalu kembali keluar, mengundangnya untuk terus menghabisi ketiga orang didepannya itu dengan segera

"Mau bermain dulu atau langsung mati saja? aku tidak punya banyak waktu Hyungdeul"Ujar Jimin santai. Seadakan apa yang dirinya ucapkan tadi hanya sebagai lelucon semata. Melihat ketiganya menggeleng ribut membuat Jimin melangkah perlahan, dia sedang malas untuk bermain lama-lama dengan mereka bertiga

Terlalu mengulur waktu, pikirnya

Srakkk

"Aarrrrghhhhh Sa-ssaakitt arrkhggg"

The Devil In PsycheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang