Satu

39.4K 1.6K 7
                                    

Rev. 01

.

Malam ini Lisya akan berulang tahun yang ke 18 tahun. Namun, gadis muda itu tak merasa senang. Karena diusia tersebutlah ia harus pergi dari rumah tempat ia tinggal selama ini. Ibu Lina yang merupakan istri dari pemilik rumah ini hanya mau menampungnya hingga ia lulus sekolah dan berusia 18 tahun. 

Lisya hanyalah seorang anak dari seorang wanita bernama Tasya yang saat itu hamil diluar nikah. Pria yang merupakan ayahnya itu telah meninggal dalam sebuah kecelakaan dan ibunya meninggal setelah melahirkannya di dunia ini. Sebelum wanita itu pergi ia menitipkannya pada Pak Tommas, suami Ibu Lina. Ibunya merupakan teman dari pak Tommas. 

Pak Tommas begitu baik padanya bahkan sudah menganggapnya bagai seorang anak. Namun, berbeda dengan Ibu Lina dan anak-anaknya yang selalu menatapnya tajam. Wanita tua itu selalu memperlakukannya bagai pembantu di rumah mewah ini. Dari memasak hingga bebersih rumah itu semua Lisya yang mengerjakan bersama pelayan lainnya di rumah ini. Pak Tommas pun tak bisa membantah sang istri.

Keluarga ini memiliki tiga orang anak yaitu Arthur, Sammy dan Lucy.  Arthur merupakan anak pertama keluarga ini. Lelaki itu terkesan dingin, namun tegas. Ia begitu perhatian kepada adik-adiknya. Terutama Lucy, si anak bungsu yang seusia dengan Lisya. 

Lucy dan Lisya sama-sama lulus setahun yang lalu, namun Lucy sekarang berkuliah di Inggris. Sedangkan kedua kakaknya sibuk mengurus perusahaan milik keluarga mereka. Arthur membantu ayahnya di perusahaan pusat, sedangkan Sammy mengatur salah satu anak perusahaan yang ada di Kalimantan.

Lisya, setelah lulus sekolah menengah atas, ia berusaha mencari suatu pekerjaan yang dapat membantunya mengumpulkan uang untuk melanjutkan hidupnya setelah keluar dari rumah ini. Sebenarnya ia telah bekerja semenjak kelas satu SMA menjadi kasir di toko milik keluarga teman sekolahnya dulu. Lalu, dengan uang itu sebagaian ia gunakan untuk membuat kue, kemudian dititipkan di kantin sekolahnya untuk dijual.  Usai lulus SMA, ia bekerja di sebuah percetakan kecil-kecilan. Sulit baginya untuk mencari pekerjaan yang memadai. Apalagi dia hanya tamatan SMA.

Tabungan yang telah lama ia kumpulkan sudah lumayan cukup untuknya menyewa sebuah kontrakan yang dibayar pertahun. Gadis itu telah mencarinya beberapa hari yang lalu, besok ia akan pindah. Beberapa barangnya pun telah ia pindahkan. Hanya tersisa sedikit baju yang ada di rumah ini.

Siang ini Lisya disibukkan dengan peralatan memasak karena gadis muda itu akan membuatkan makanan siang untuk sang tuan muda yaitu Steven Arthur Ristiady atau biasa dipanggil tuan Arthur. Disini ia hanya pembantu tanpa bayaran. Gajinya hanyalah makanan dan tempat tidur untuknya bertahan hidup. Pak Tommas hanya bisa menyekolahkannya hingga lulus SMA saja, itu pun  ia harus berjuang mati-matian untuk dapat bersekolah dengan baik karena masih banyak pengeluaran tak terduga lainnya. 

Ia harus pergi. Nyonya Lina dan anak-anaknya tak pernah suka padanya. Hanya Tuan Tommas yang selama ini menahannya di rumah ini.

"Lisya, Tuan Arthur meminta agar kamu mengantarkan langsung makan siangnya ke kantor!" Perintah Bi Sari ketua pelayan di rumah ini pada Lisya yang sedari tadi sibuk meracik berbagai bahan untuk mengolah makanan untuk makan siang Arthur. Entahlah pria itu selalu ingin ia yang memasakan makan siangnya.

"Baik bi." Dengan telaten Lisya memasak untuk sang tuan muda. Hari ini ia membuat menu yang cukup spesial untuk lelaki itu karena hari ini adalah hari terakhir ia memasak untuk pria tampan berusia 27 tahun tersebut. Ia membuat udang asam pedas manis untuk Arthur dan beberapa makanan lainnya. 

Setengah jam kemudian semua makanan telah berada di dalam rantang. Lisya pun akan berangkat diantar oleh supir. Sesampainya di kantor Lisya mendatangi resepsionis dan mengatakan bahwa makan siang Arthur telah datang. 

"Hai mbak Yumi!" Wanita bernama Yumi tersenyum kepada wanita muda yang merupakan pembantu dari bos tempat ia bekerja ini. Ia menyukai gadis muda itu, Lisya sangat ramah dan juga cantik menurutnya. Yumi pikir gadis itu tak pantas jika hanya menjadi seorang pembantu.

"Nganterin makan siang lagi?" Gadis muda itu menganggukkan kepalanya semangat.

"Iya mbak. Ini makan siangnya!" Lisya meletakkan rantang berisi makanan diatas meja resepsionis. Hal yang selalu ia lakukan. 

"Lisya, pak Arthur meminta kamu mengantarkan makan siang ke ruangannya langsung!" Perintah Yumi dengan ramah. Lisya menghela napas.

"Tapikan aku gak tahu ruangan tuan Arthur mbak." 

"Ini bukan perintah mbak. Tapi perintah langsung dari Pak Arthur. Nanti mbak minta OB untuk mengantarkan kamu sampai ruangan pak Arthur. Jadi cepatlah! Nanti si bos ngamuk!" 

"Iya deh mbak." Lisya menuruti dengan pasrah. Ia sedikit merasa heran, tumben sekali pria itu mau diantarkan makanan keruangan langsung. Biasanya hanya sampai bagian resepsionis. 

Jujur saja dada Lisya rasanya mau keluar dari tempatnya. Pertama, dia tidak pernah keruangan Arthur. Kedua, dia sedikit takut dengan tatapan tajam pria itu kepadanya. Walaupun Arthur tak pernah membentaknya seperti Lucy, tetap saja, tatapan Arthur benar-benar dapat membuatnya sulit bernapas.

Beberapa saat setelah itu, Yumi memanggil seorang OB yang tanpa sengaja lewat didepan mereka.

"Pak Yadi tolong antarkan gadis ini ke ruangan pak Arthur. Antar sampai sekretaris saja ya pak. Biar sekretarisnya pak Arthur yang mengantarkan Lisya langsung."

"Baik mbak Yumi. Ayo mbak ikut saya!" kata OB itu ramah. Melihat sang OB yang mulai melangkah Lisya pun mengikutinya.

Perkara fokus garap skripsi ampe lupa rencana untuk revisi cerita ini 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perkara fokus garap skripsi ampe lupa rencana untuk revisi cerita ini 😭

Arthur's Obsession (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang