Bagian 7 | KKPK🦋

205 179 81
                                    

Nan memasuki kelasnya dengan tangan yang memijat-mijat pelipisnya jengah. Laki-laki yang telah berteman dengannya sejak SD ini benar-benar seperti cewek. Lihat saja, sedari tadi laki-laki itu tak henti-hentinya berceloteh untuk membicarakan hal yang sama sekali tak ada faedahnya, seperti ...

"Lo tau nggak sih, kenapa kucing tetep keliatan lucu dengan kumis panjangnya, sedangkan Pak Botak malah keliatan serem kayak ondel-ondel?" tanyanya tersirat hinaan yang membuat dosa Farhan bertambah banyak, tapi tetap saja ditanyakan.

Nan menutup matanya sejenak, lantas menghela napas gusar. "Han, mulut lo bisa direm nggak? Bacot banget sumpah," keluhnya seraya menduduki bangkunya.

Farhan menggeleng. "Gimana ngeremnya? Mulut gue kan bukan kendaraan.”

Lagi-lagi Nan menghela napas. "Emak lo ngidam apa, sih, pas ngandung elo?"

"Mau gue sebutin satu-satu? Gue bersedia, kok," tawar Farhan dengan senang hati.

"Nggak. Kuping gue udah mual denger suara lo dari tadi, bodoh," tolaknya ketus.

Mata Farhan seketika membelalak  kaget. "Anjir! Siapa yang ngehamilin kuping lo?! Bilang sama gue, Nan! Biar gue suruh tanggung jawab!" pekik Farhan heboh sendiri.

Baru saja Nan ingin membalas, sebuah suara berat khas laki-laki dengan lantang berteriak—menggema di segala penjuru kelas tanpa sungkan.

"ASSALAMU'ALAIKUM, SELAMAT PAGI SAYANG ACU!"

Farhan dan Nan reflek menoleh, terlihat tubuh kerempeng Farhan yang mendekat pada laki-laki berkulit sawo matang itu—namanya Adit.

"Wa'alaikumussalam, sayang acu," jawab Farhan seraya ber-tos ria dengan Adit yang merupakan teman se-pergesrekannya.

Nan memasang wajah datar, memilih untuk membaca buku yang baru saja diambilnya dari kolong meja. Kalau saja dia bisa meraba masa depan, mungkin dahulu dia takkan mau menjalin hubungan persahabatan dengan Farhan dan Adit yang tingkat kewarasannya sudah hilang sembilan puluh persen.

Nan mengalihkan atensinya sejenak ke depan—di mana kedua temannya berada. Terlihat Farhan yang terduduk di meja guru dengan kemoceng di tangan kanannya dan mata yang memperhatikan beberapa teman kelasnya yang dengan bodoh mau dijadikan babu, sedangkan Adit, laki-laki itu terlihat sedang duduk lesehan di lantai dengan sapu yang dia sulap menjadi sebuah gitar. Wajahnya tampak begitu serius memetik gagang sapu tersebut.

"Nan! Sini ikut!" ajak Farhan yang sudah berada di atas panggung abal-abal.

Adit yang baru saja naik pun ikut menyahut, "ayo, Nan! Kita hibur para fans!"

Nan kembali mengarahkan atensinya pada buku, memilih tak peduli pada teriakan kedua temannya itu.

"Nah, lho! Nan kenapa tuh? Lo, sih, nebeng mulu sama dia. Sadar dong, Han, dia itu udah mules liat muka lo terus tiap pagi." Mata Adit beralih ke para penonton. "Perhatian-perhatian," ucap Adit layaknya MC pada sebuah acara. "Karena ada sesuatu yang sangat genteng—"

"Genting, goblok!" potong Farhan dengan tidak santai. Dia segera mengambil alih mic berbulu ayam itu dari tangan Adit. "Kami selaku biduan dan perusak ketenangan, izin undur diri demi menemani sahabat tersayang kami yang sedang kesepian di pojok sana." Mata Farhan mengarah pada Nan. "Untuk itu, konser akan kita lanjut besok dan akan terus diadakan di setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Senin, Selasa, Rab—"

Kupu-kupu & Pelepasan Kesedihan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang