chapter four

5 1 0
                                    

Reggyan berjalan tertatih memasuki rumahnya. Pertengahan betis nya nampak biru karena tendangan kuat dari Alexa. Mulutnya sedari tadi tiada henti men-sumpah serapahi alexa.

walau baru pertama kali ia berkenalan, tidak bukan berkenalan ala manusia lain pada umumnya yang saling berjabat tangan layaknya berkenalan dengan baik, ia justru dapat hadiah istimewa di pertengahan betisnya yang membiru. sungguh salaman kaki yang sangat berkesan.

"gila tu cewek, dimana-mana kalo kenalan salaman tangan ini malah salaman kaki, biru lagi. bangsul."

Ia mendudukan dirinya di atas sofa empuk ruang keluarganya. Terlihat bundanya tengah memasak di bantu asisten rumah tangganya di dapur. Reggyan bangkit kembali, ia berjalan menghampiri bundanya.

"Bun, masak apa sih? kayaknya serius banget sampe Ian pulang aja bunda gak tau"

bundanya menoleh seketika kala mendengar suara anak lelakinya menyahut, bunda hanya tersenyum lalu menghampiri Reggyan,

"kapan pulang, ko bunda gak tau si?" ujar bunda sambil tersenyum lalu membantu Reggyan melepaskan dasinya.

"Baru aja pulang. Oh iya, Bunda masak apa sih?"

bunda melipat kembali dasi yang tadi dikenakan Regyyan di atas meja.

"bunda lagi masak opor ayam kesukaan kamu sama kakak kamu"

alis Reggyan bertaut, sambil menyandarkan tubuhnya di sofa, ia melirik wajah bundanya yang terlihat tegah tersenyum kearahnya.

"kakak kapan pulang emang bun? apa udah dirumah?"tanyanya sambil celingak-celinguk

"ka olive lagi di pesawat. Sebelum pesawatnya take off dia ngasih tau bunda kalo dia mau pulang, liburan katanya. Paling juga semingguan dia disini"

Reggyan hanya mengangguk mengiyakan lalu bangun dari duduknya sambil melepaskan celana sekolahnya di depan bundanya dengan santai. Bunda melotot tak percaya sambil menatap wajah Reggyan dengan marah.

bunda merampas celana yang di pegang Reggyan lalu melemparnya tepat di depan wajah Reggyan yang saat ini menampilkan wajah piasnya.

"kebiasaan banget anak ini ya ampun,, nurun dari siapa sih sifatnya? kamu tuh udah besar Ian, masa ganti celana di depan bunda?! gak malu hah?! nanti kalo udah berumah tangga masih begini terus yang ada bikin istri kamu kesel tiap hari. Biasain kalo ganti apa-apa tuh di kamar atau kamar mandi kek, fungsinya itu buat apa sih? buat pajangan doang gitu?"

bunda menggeleng tidak percaya sedangkan Reggyan hanya menatap bundanya sambil menyengir kuda. macem takde dosa_-

"males bun naiknya, gerah banget tau gak? celananya bikin panas. Lagi juga kan sama bunda sendiri ngapain malu? iya kan? kalo urusan nurun dari siapanya ya jelas dari papah lah, papah kan sering tuh buka celana di depan bunda tapi bunda gak ngomel, masa pas Ian buka di depan bunda, bunda marah sih?" ujar Reggyan dengan wajah sok lugunya serta alis yang di naik turunkan seakan mengejek bunda.

"beda konsep itu namanya. lagian sok tau banget sih" ucap bunda dengan mata yang menelisik.

"ya jelas tau lah, kan pintu kamar bunda sama papah jarang ketutup, padahal privasi loh bun, untung aja cuma ian yang liat coba kalo bi sukma yang liat? kan brabe" Bunda tampak menahan tangannya untuk tidak memukul bahu Reggyan, dengan kesal bunda melangkah kembali dan melanjutkan acara masak-masaknya bersama bi sukma yang kini tengah menahan tawanya akibat ucapan Reggyan tadi.

Reggyan berjalan menuju lemari disamping televisi, ia mengambil salep lebam kemudian kembali duduk di sofa. ia meluruskan kakinya lalu mengoleskan sedikit demi sedikit salep tersebut ke area yang nyeri kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang sambil memejamkan matanya.

Hidden Broken ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang