chapter two

5 2 0
                                    

Matahari mulai beranjak naik, hari ini hari libur sekolah alias hari Minggu, dimana seluruh manusia tengah beristirahat dari kesibukan nya masing masing dan banyak juga yang berkumpul menghabiskan waktu bersama keluarga ada juga yang hanya berdiam diri di dalam kamar seperti Alexa contohnya.

Setelah membersihkan dirinya Alexa kembali berbaring di kasurnya sambil membaca novel thiller yang belum sempat ia selesaikan sambil tengkurap di atas kasur kesayangannya

Jam kini menunjukan pukul 13:21, Alexa bergegas merapihkan dirinya dan segera menuju rumah sakit tempat adiknya dirawat

Saat tengah menunggu angkot yang datang, tiba-tiba handphone nya bergetar dan menampilkan nama seseorang dengan cepat ia segera mengangkat telponnya

"Iya ini mau ke rumah sakit" ujarnya di telpon dengan santai

"............."

"Gak usah lagian udh di jalan juga ini lagi nunggu angkot dateng"

"............."

"Iya gakpapa kan udah biasa juga naik angkot"

"............"

"Iya bye" Alexa menutup telponnya tepat setelah salah satu angkot berhenti dihadapannya. Dengan cepat Alexa memasuki angkot tersebut dan duduk dipojok belakang.

Setelah dua puluh lima menit perjalan akhirnya Alexa sampai dengan selamat.

Kakinya ia langkahkan menuju kamar VIP dimana adiknya berada. Walaupun hanya hidup sendiri dan harus banting tulang diusianya yang masih terbilang muda ia menginginkan adiknya agar sembuh dan sadar dari tidur lamanya, sudah hampir 11 bulan adiknya belum sadarkan diri akibat suatu kejadian yang hampir merenggut seluruh nyawa keluarganya tapi itu tak menghentikan langkahnya untuk terus hidup demi keselamatan dan kesehatan adiknya dan dirinya.

"Raaa... Kapan sadar? Kakak kangen tau" ujar Alexa lirih sambil menggenggam tangan Amira lembut

"Kakak janji nanti kalo Amira dapet rangking satu di kelas kakak beliin sepatu roda. makannya bangun yuk terus sekolah, belajar biar pinter biar nanti kakak beliin sepatu roda yang Amira mau" racau Alexa sambil menatap nanar wajah pucat milik Amira yang terlihat sangat damai sambil terus mengelus Surai panjang Amira yang tampak sedikit kasar.

Amira baru menginjak usia 10 tahun dan ia sangat menginginkan sepatu roda berwarna pink. Ia sempat membuat kesepakatan dengan kedua orangtuanya dan Alexa bahwa jika dirinya bisa menjadi yang terbaik dikelasnya orang tuanya akan membelikan sepasang sepatu roda sebagai imbalannya.

"Ayah, bunda ka Sasa! nanti kalo Ara bisa rebut posisi Arka di kelas ayah bunda sama ka Sasa harus janji bakalan beliin aku sepatu roda warna pink ya!" Ujar gadis kecil berbando pink dengan imutnya

Ayah bunda dan Alexa tampak tersenyum menanggapi ocehan Amira

"Nanti ayah, bunda sama ka Sasa bakalan beliin Ara sepatu roda sebanyak apapun yang Ara mau, makannya Ara belajar biar pinter biar bisa rangking satu gantiin Arka okey" ujar ayah dengan gemas sambil menciumi pipi gembul Amira setelahnya Alexa ikut memeluk ayah dan adiknya dengan senang.

Bunda hanya tersenyum senang melihat putri kedua nya yang tumbuh dengan baik dan menjadi perempuan yang pintar.

Setetes cairan bening tumpah dari kelopak mata Alexa secepat mungkin ia hapus dan pandangannya kini beralih menatap tangan mungil adiknya yang kini sedang ia genggam dengan erat.

。◕‿◕。

Pukul 22:17 Alexa terpaksa pulang karena besok pagi adalah hari Senin dimana menjadi hari yang paling melelahkan baginya.

Hidden Broken ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang