Bab 4

5 0 0
                                    

Icha duduk di kursi yang berada di balkon kamarnya. Pikirannya menerawang jauh kepada sosok laki laki bernama Zeen. Laki laki yang sudah mengganggu pikirannya sejak dia SMP dulu. Icha tidak mengira bahwa rasa kagumnya kepada sosok Zeen bertahan hingga saat ini.

"Baik baik di London yaa Zeen. Maaf, aku belum siap bertemu dengan mu", ucap Icha bermonolog.

Malam telah menyapa. Usai sholat isya', Icha langsung merebahkan dirinya di kasur empuknya. Ia mulai memejamkan mata nya dan berselancar di alam mimpinya.

"Assalamualaikum Icha", salam seorang laki laki yang langsung membuat Icha terlonjak kaget. Icha menoleh ke belakang, dan mendapati seorang laki laki berdiri di belakangnya dengan pakaian yang rapi dibalut jas biru donker. Icha membulatkan mata nya tak percaya. Lagi lagi keringat dingin mulai bercucuran. Jantung nya bekerja dua kali lipat.

"Maa.. Maa... Maauuu apa kamu?", tanya Icha terbatas bata.

"Jangan takut Cha. Aku tidak akan melukai mu ataupun merusakmu. Aku kesini hanya ingin berpamitan denganmu. Jangan takut yaa", jawabnya sambil tersenyum tulus ke arah Icha. Laki laki itu mendekat dan Icha hanya bisa diam mematung.

"Aku menyayangi mu Cha. Aku gak mungkin merusakmu. Kamu adalah satu satu nya gadis yang membuatku mengerti artinya ikhlas dan juga cara mencintai seseorang dengan baik", ucap laki laki itu kembali.

"Mencintai? Mencintai dengan baik? Maksudnya?", tanya Icha yang masih tidak paham dengan ucapan laki laki itu.

"Kamu. Kamu orang yang aku cintai Cha. Jaga hati mu yaa. Jangan takut. Aku gak jahat. Aku gak akan merusak orang yang aku cintai", jawab laki laki itu.

"Kalau kamu mencintai ku kenapa kamu merusak ku? Kamu tahu? Sejak kamu merusak ku, aku trauma. Aku takut", ucap Icha dengan derai air mata membasahi pipi nya.

"Sungguh Cha. Aku tidak merusakmu. Aku mencintai mu. Mana mungkin aku merusakmu", jawab laki laki itu kembali.

"Tidak. Tidak ada orang yang akan merusak orang yang dia cintai", ujar Icha.

"Tunggu lah. Aku kan membuktikan itu. Aku pamit. Aku doakan semoga kamu selalu dalam lindungan Allah. Jaga dirimu baik baik yaa Cha. Jangan lupa sholat. Jangan lupa makan tepat waktu. Aku menyayangimu. Maaf untuk rasa takut yang aku hadirkan di hidupmu". Setelah mengucapkan itu, laki laki itu berjalan menjauh dari Icha. Laki laki itu senantiasa tersenyum kepada Icha.

"Zeen", panggil Icha.

Laki laki itu menoleh dan tersenyum kembali.

"Aku pamit. Aku akan pergi. Gak akan lama. Tunggu yaa", ucap laki laki itu dan kemudian menghilang bersamaan datangnya cahaya silau di depan Icha.

"Zeeeennnnnnn". Icha berteriak kemudian terbangun dengan nafas yang memburu.

"Icha?", ucap Acha sambil mendekati sang adik.

"Kenapa?", tanya Acha kembali. Icha menunduk kemudian menangis tersedu sedu.

"Zeen pergi Kak", ucap Icha. Acha menghela nafas nya dan memeluk adiknya.

"Sabar. Itu mimpi Cha", ujar Acha. Acha membelai kepala Icha dengan lembut menyalurkan kehangatan untuk sang adik.

"Hiks.. Hiks.. Kenapa Icha bisa cinta ke Zeen?", tanya Icha disela sela tangisnya.

"Udah yaa. Ini masih malam. Lu tidur aja. Gue tidur disamping lu", jawab Acha. Acha membaringkan Icha kemudian memeluknya.

****

Imam dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang