Bab 5

8 1 0
                                    

"Kaa.. Muu?". Icha menatap laki-laki yang berada di depannya dengan terkejut. Rafi, Rafa, serta Acha masih berdiri disamping mobil dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke mobil.

"Iya Cha. Maafin aku", ucap laki laki sambil merunduk.

Rafa menghampiri laki laki itu dan memeluknya. "Gue rindu lu".

Rafi berjalan cepat ke arah Rafa dan mengurai pelukan mereka.

"Jangan pernah dekati adik adik saya. Kamu hanya akan merusak mereka", ujaf Rafi dengan tegas.

"Tapi itu bukan salah nya Bang", timpal Rafa dengan nada naik satu oktaf.

"Gak ada tapi tapian Rafa. Masuk ke mobil sekarang. Acha, Icha, masuk ke mobil. Cepat".

"Cha, masuk", perintah Acha dengan suara lembut. Icha yang sedari tadi diam mematung tersentak ketika tangan laki laki itu memegang lengan nya mencegah Icha untuk masuk.

"Cha, maafin aku", ucap laki laki itu.

Icha mengerjapkan mata nya dan segera melepaskan cekalan tngan dari laki laki itu. "Aku sudah memaafkan mu Zeen. Tapi maaf, rasa takut ku belum bisa hilang". Usai mengatakan itu, Icha masuk ke mobil. Zeen mengetuk kaca mobil tersebut.

Rafi yang mulai geram dengan tingkah Zeen, lantas memberikan pukulan tepat di rahang Zeen.

"Bugh...."

"Saya sudah bilang, jangan pernah dekati adik adik saya. Karena kamu, adik saya trauma. Karena kamu, adik saya selalu bermimpi buruk di malam hari. Jauhi adik adik saya".

Rafa, Icha, dan Acha keluar kembali dari mobil.

"Bang, udah. Kasian Zeen", ujar Rafa sambil memegang tangan kekar Rafi.

"Kasian? Apa dia ada rasa kasian ketika akan merusak Icha?", tanya Rafi dengan tatapan tajam mengarah ke Rafa.

"Bang, udah. Hiks.. Hiks.. Umi sama Abi udah maafin Zeen bang. Icha pun. Tolong jangan seperti ini Bang. Hiks .. Hiks ..", timpal Icha dengan deraian air mata melihat Abang nya begitu marah ketika melihat sosok Zeen.

"Bang Rafi, maafin Zeen. Zeen kesini hanya ingin pamit Bang. Gak ada maksud lain. Apa Abang kira aku gak merasa bersalah? Aku merasa bersalah Bang. Dua tahun ini Zeen dihantui rasa bersalah Zeen. Zeen masih cinta dengan Icha Bang. Zeen ke sini hanya ingin melihat Icha. Zeen gak akan merusak Icha", ucap Zeen.

Acha yang berdiri di samping Icha terkejut ketika mendengar pengakuan Zeen, bahwa Zeen mencintai Icha. Sedangkan, seorang laki laki yang berdiri tak jauh dari posisi mereka, mengepalkan tangannya. "Awas lo Zeen. Lo yang udah buat Ibu gue menderita. Dan lo, juga harus menderita", ucapnya.

Setelah mengatakan itu, Zeen bangkit dan berdiri. "Maafin aku yaa Cha. Assalamualaikum". Kemudian Zeen melangkah pergi meninggalkan Icha dan juga ketiga kakak nya.

"Hiks.. Hiks.. Waalaikum salam", jawab Icha. Setelahnya, Ia masuk ke dalam mobil diikuti ketiga kakak nya. Tangis tak kunjung reda Sampai ia di mobil. Icha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis sesenggukan. Acha pun hanya bisa mengelus pundak sang adik.

"Lo liat Bang? Lo itu bisa gak sih berfikir sedikit? Liat Icha. Icha juga sayang ke Zeen. Perlakuan Abang tadi, membuat Icha sedih. Sadar itu Bang", ucap Rafa dengan suara keras.

"Lo gak bisa sepenuhnya nyalahin Bang Rafi Fa. Bang Rafi cuma ingin melindungi adik adiknya", sahut Acha yang tak kalah emosi.

"Udah cukup. Plis Jangan berantem. Icha butuh ketenangan bukan malah keributan", timpal Icha. Acha, Rafa, dan Rafi menatap Icha dengan prihatin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imam dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang