Bab 1

16 0 0
                                    

"Ummiiiiiiiiiiiii". Nafisya berteriak dan terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal sengal. Ia menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Keringat dingin bercucuran, badan nya gemetar, dan tubuhnya terasa panas dingin. Kakaknya yang berada di ranjang sebelahnya terbangun dan berlari ke ranjang sang adik sembari memeluknya.

"Icha takut Kak", ucapnya sembari memeluk sang kakak. Sang kakak pun terus memeluk sang adik berharap bisa membuat adiknya tenang.

"Istighfar Icha. Lo harus perbanyak istighfar", ucap Nafasya sambil terus mendekap tubuh Nafisya.

Tak lama, nafas Nafisya mulai berhembus teratur. Mata bulatnya juga sudah terpejam. Nafasya menghembuskan nafas lega melihat sang adik sudah kembali tertidur.

****

Nafisya Khalifah Az Zahra serta Nafasya Khadijah Az Zahra adalah saudara kembar identik. Selain itu, mereka juga memiliki saudara kembar laki laki yaitu Rafasya Ali Az Zaki. Triplet, begitu lah teman teman nya memanggil mereka.
Ketiga nya memiliki sifat yang berbeda beda. Meskipun begitu, mereka tetap saling menyayangi satu sama lain.

Nafisya, atau Icha memiliki sifat yang sangat pemalu serta pendiam sama seperti kakak pertama triplet, Rafisqy Ahmad Ar Rasyid. Sedangkan Nafasya atau Acha serta Rafa, memiliki sifat yang sama. Cerewet, humble, ramah serta bisa dibilang blak blak an dalam berbicara. Namun meskipun begitu, kedua nya akan bisa menjadi remaja kalem apabila berhadapan dengan orang yang jauh lebih tua dari mereka.

Pagi ini, usai melaksanakan sholat subuh berjamaah bersama Ummi dan Acha, Icha membantu Ummi nya dan ART nya, Mbok Ijah, memasak dan menghidangkan sarapan.

"Tadi malam ummi denger kamu teriak Dek. Mimpi itu masih hadir lagi?", tanya sang Ummi sambil membelai pucuk kepala putri nya yang tertutup hijab.

Icha menghembuskan nafas nya, kemudian menatap sang Ummi. "Iya Ummi. Icha masih belum bisa melupakan kejadian dua tahun yang lalu".

Icha menunduk sambil tangannya meremas baju piyama doraemon nya. Gadis berusia 18 tahun itu masih terus menunduk ketika sang Ummi memeluknya secara tiba tiba.

"Adek harus bisa melawannya. Adek gak boleh lemah. Ummi gak tega liat Adek tiap malam harus terbangun sambil menangis. Untung Kak Acha selalu ada buat nenangin Adek", ucap Ummi nya. Icha yang masih berada di dekapan sang Ummi hanya bisa mengangguk menimpali ucapan Ummi nya.

"Adek mandi. Udah jam setengah 6 nanti terlambat sekolahnya", ucap Ummi nya kembali. Icha mengangguk dan berjalan keluar dari dapur dan menaiki tangga menuju kamar nya dilantai dua.

Kamar berukuran besar dengan cat di dominasi biru dan putih itu terlihat sangat mewah dengan dua bed king size milik Acha dan Icha. Abi dan Ummi nya sengaja membuatkan mereka satu kamar setelah kejadian buruk menimpa Icha. Dengan adanya Acha, Ummi dan Abi mereka berharap ada yang menenangkan Icha dikala mimpi buruk itu datang menyapa Icha.

"Buruan lo mandi Icha. Gue udah mandi. Tas lo udah gue siapin juga. Ehh, btw, Ummi masak apaan?", tanya Acha yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Makasih Kak. Tadi Ummi masak sop ayam sama usus balado", jawab Icha sambil menyambar handuk yang tergantung di gantungan samping kamar mandi.

"Okey", jawab Acha singkat.

Setelah melakukan ritual mandi nya, Icha berganti seragam putih abu abunya serta memakai hijab syar'i berwarna putih. Setelah selesai berganti dan berdandan, kedua gadis kembar itu keluar kamar bersama. Rafa juga terlihat baru saja keluar dari kamarnya yang berada tepat disamping kamar Acha dan Icha.

Imam dari AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang