PERTEMUAN

36 13 2
                                    

Eliza Rhada Caira pov.

Perkenalkan nama aku Eliza Rhada Caira. Seorang gadis yg harus memenuhi hidupnya sendiri. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Orang tuaku sudah meninggal 15 tahun lalu. Kerabatku tak ada yg mau merawatku. Mungkin mereka merasa terbebani.

Untungnya aku punya cafe yg sudah kudirikan semenjak 2 tahun lalu. Aku merintisnya dari awal, dan jadilah sampai sukses begini. Aku sudah selesai kuliah dan tugasku sekarang hanya mengurus cafe. Menikah? Aku belum mempunyai niat ke situ. Aku masih fokus pada Cafe.

Aku mempunyai satu apartement dan rumah berlantai dua. Aku membelinya dengan hasil kerja kerasku selama ini. Tidak sia-sia aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.15 WIB. Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang menuju apartement. Saat ini aku benar-benar lelah dan ingin cepat rebahan. Karena apartement-ku lebih dekat, maka dari itu aku lebih baik ke sana.

Saat di tengah jalan, aku hampir saja menabrak orang. Untungnya orang itu baik-baik saja. Tapi wajahnya menampakkan wajah panik. Dia masih terdiam di situ sambil memegangi perutnya. Tak berapa lama kemudian, dia berjalan ke arahku. Kukira dia akan memintaku ganti rugi atau mengantarnya ke rumah sakit, tapi ternyata dia menyuruhku pindah ke kursi di sebelahku.

"Apa?," tanyaku padanya.

"Cepat pindah!" Sarkasnya.

"Pindah kemana?," tanyaku.

"Ke kursi sebelah!" Jawabnya tak sabar.

Aku hanya menurutinya tanpa banyak tanya. Entahlah, aku juga tidak mengerti. Lalu dia mulai mengambil alih setirnya. Dia mengemudi dengan kecepatan tinggi. Rasanya aku ingin mati saja berada di dekatnya.

"Bisa gk kamu pelanin kalo bawa mobil." Pintaku padanya.

"Udah lo diem aja!" Jawabnya.

"Yg punya mobil siapa yg numpang siapa," gerutuku.

Tak lama kemudian aku mendengar suara tembakan. Seketika itu juga aku langsung melihat ke belakang. Ada mobil berwarna hitam mengejar kami. Aku takut. Sangat takut. Takut peluru itu mengenaiku dan akhirnya aku meninggal sebelum menikah. Oh tidak! Itu tidak bagus. Sebenarnya siapa orang di sampingku ini?

"Kalo kamu punya masalah, jangan bawa aku ke dalam masalah kamu itu! Aku gk kenal kamu dan kamu gk kenal aku!" Tegasku.

"Lo sendiri yg masuk ke hidup gw," jawabnya yg masih fokus menyetir.

"Whatever. Tapi aku gk mau kamu seret ke dalam masalah kamu ini. Bisa-bisa aku mati gara-gara di dekat kamu!" Ketusku.

Lama aku menunggu jawabannya, tak ada juga jawaban. Aku melihat ke depan. Jalan yg kami lewati sangat sepi. Dan mobil yg mengejar kami tadi sudah tidak ada.

"Kamu mau bawa aku kemana?," tanyaku.

"Udah diem!" Jawabnya.

Tak lama kemudian kami sampai di apartement-ku. Aneh. Bagaimana bisa dia tau apartementku?

"Kok kamu tau apartementku ada di sini?," tanyaku memastikan.

"Pede lo! Gw cuma mau ke apartement gw. Tuh, di samping apartement lo!" Tunjuknya.

Sungguh aku benar-benar malu dibuatnya. Kenapa juga aku bisa pede gini? Arrghhh!

"Makasih tumpangannya. Gw pergi dulu." Ucapnya lalu keluar dari mobilku.

Aku bernapas lega dan mengambil kunci mobilku lalu beranjak keluar.

Malam tiba, aku berdiri di balkon kamarku sambil menyesap teh yg kubuat. Sesekali kuhirup udara malam yg begitu menyejukkan. Kulihat ke samping, ada orang yg sedang duduk di balkon kamarnya juga sambil bergulat dengan laptopnya. Tak lupa kaca mata bertengger di hidungnya. Orang itu adalah orang yg tadi siang. Orang yg tak sengaja kutabrak. Ralat! Hampir kutabrak.

Aku tidak tau siapa namanya dan siapa dia. Bahkan aku tidak tau kalau dia tetanggaku.

Kulihat dia segera menutup laptopnya buru-buru. Lalu menutup pintu balkonnya. Tapi tak lama kemudian, ada seseorang menekan bel apartementku. Aku segera membukanya dan terkejut melihat siapa di hadapanku sekarang.

"Kenapa kamu di sini?," tanyaku padanya.

"Ikut gw!" Ujarnya dan tak menjawab pertanyaanku.

"Kemana? Ini udah malem!" Tolakku.

"Lo mau nyawa lo dalem bahaya hah?" Tanyanya.

Aku terkejut mendengarnya. Maksudnya apa?

"Maksud kamu?," tanyaku.

"Udah gk usah banyak tanya. Ayok!" Dia menarik tanganku. Untungnya pintu apartementku tertutup dan itu terkunci otomatis. Sepanjang ruangan kami berlari. Banyak pasang mata menatap kami heran. Tapi sepertinya dia tidak memperdulikan itu.

Aku bingung. Apa maksudnya nyawaku dalam bahaya? Apa aku akan dibunuh? Apa ada orang yg akan membunuhku? Tapi siapa? Aku saja tidak mempunyai musuh.

Dan sampailah kami di parkiran, dia segera membukakan pintu untukku dan menyuruhku masuk. Aku hanya menurut saja. Bodoh emang. Tapi aku sendiri tidak tau kenapa aku menurut padanya. Dia mulai menyalan mobil dan menancap gas dengan kecepatan tinggi. Aku kembali mengingat memoriku tadi siang. Saat dia membawa mobilku ugal-ugalan seperti setan. Dan sekarang, aku kembali merasakannya. Dengan orang yg sama.

"Kita mau kemana?," tanyaku.

"Lari dari neraka." Jawabnya.

"Maksud kamu?" Tanyaku tak mengerti.

Dia tak lagi menjawab. Tak lama kemudian, kami sampai di sebuah rumah besar yg kupastikan rumah itu berlantai tiga. Untuk apa dia membawaku ke sini? Apa dia mau...? Ah! Kacau! Kenapa aku mau saja mengikutinya?! Arrrghhh!

"Lo gk usah mikir negatif. Gw cuma gk mau lo jadi korban." Ucapnya seakan tau jalan pikirku.

"Korban?" Tanyaku.

"Lo diem! Jangan banyak tanya! Atau mau gw tinggalin di tengah jalan biar orang-orang itu ngabisin lo?!" Kalimat itu terdengar seperti ancaman.

"Nggak," jawabku seadanya.

"Bagus. Sekarang turun. Ikut gw," ucapnya lagi.

Lagi-lagi aku menurut saja. Aku berjalan di belakangnya.

Hal yg pertama kali kurasakan ketika masuk adalah hening. Rumah ini sangat sepi. Apa tidak ada orang di rumah sebesar ini? Apa dia hanya tinggal sendiri?

"Kamu tinggal sendiri?," tanyaku.

"Nggak. Ada bibik sama suaminya tinggal di sini." Jawabnya.

Aku hanya mmanggut-manggut mengerti.

"Kita belum kenalan." Ucapku membuat dia menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan aku.

"El Zaidan Faturrahman." Ucapnya sambil mengulurkan tangan kananya. Kuraih tangannya dan menyebutkan namaku juga. "Eliza Rhada Caira." Jawabku. Setelah itu tautan kami terlepas.

"Lo masuk ke kamar atas lantai dua. Catnya warna biru." Ucapnya.

"Maksud kamu? Aku nginep di sini?," tanyaku.

"Iyalah! Lo mau orang-orang itu datang ke apartement lo terus bantai lo?! Kalo mau sih gk pa-pa." Jawabnya.

"Kamu sebenernya siapa sih?! Kenapa juga aku ikut ke dalam masalah kamu?!" Aku mulai kesal dengan semua ini. Jujur saja aku tidak mengerti akan semua ini.

"Lo gk perlu tau siapa gw. Yg penting nyawa lo aman selagi masih ada gw. Dan selagi lo nurut sama gw." Ucapnya.

"Kenapa bisa nyawa aku dalam bahaya?," tanyaku.

"Besok gw jelasin. Sekarang gw mau tidur. Capek." Ucapnya lalu melenggang pergi. Aku menghembuskan napas lesuh, karna lelah aku juga naik dan mencari pintu biru. Saat sudah ketemu aku langsung membukanya. Tidak lagi kutelusuri ruangan itu karna sudah lelah. Seharian ini aku banyak disibukkan dengan hal di luar dugaanku. Tak berapa lama. Aku sudah masuk ke alam mimpi.

【Death Angel】[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang