Air Mata

16 11 5
                                    

Eliza pov.

"Aku mau pulang." Ucapku padanya.

Kami masih di bar mini. Dia tidak sedikitpun menyentuh makanannya. Dan makananku tinggal setengah lagi.

"Hahah, lo mau dijadiin korban sama mereka? Gw gk akan biarin lo pergi!" Tekannya.

"Aku punya cafe yg harus diurus." Ucapku dingin.

"Lo bisa suruh asisten lo ngambil alih tu cafe." Jawabnya santai.

"Tetep gk bisa!" Ucapku lalu beranjak dari dudukku ingin pergi keluar.

Tapi Zaidan malah menarik pinggangku dan membopongku seperti karung beras. Aku memberontak memukul-mukul pundaknya.

"Lepasin Zaidan! Aku mau pulang!" Rengekku. Tapi sepertinya dia menulikan pendengarannya.

Dia membawaku ke kamarku yg kutempati kemarin. Dia menghempaskan tubuhku ke kasur dengan kasar. Aku berdiri dan ingin berlari, tapi dia malah menarik tanganku dan memeluk pinggangku dari belakang.

Dengan gesit dia menutup pintu dan menguncinya lalu mengantongi kuncinya.

"Balikin kuncinya!" Ucapku dingin setelah dia melepaskanku.

"Nggak." Jawabnya.

"Zaidan aku mau pulang, aku mau mandi. Badan aku gatel semua!" Rengekku padanya.

"Yaudah tiggal mandi aja apa susahnya sih?," acuhnya.

"Kamu bodoh apa gimana? Habis mandi masa iya aku gk pake baju?!" Kesalku.

"Lo gk liat di lemari banyak baju cewe hah?," tanyanya yg mulai kesal.

Aku terdia. Jelas saja aku tidak tau karna aku tidak memeriksanya.

"Kenapa diem? Mati kutu?," tudingnya.

"Up to you! Sekarang keluar aku mau tidur!" Ucapku lalu beranjak menuju kasur dan tidur memakai selimut tebal sampai menutupi leherku.

"Ini masih pagi Eliza!" Tegurnya.

"Orang ngantuk gk kenal waktu," jawabku lalu memejamkan mata.

Kudengar dia tak kagi menjawab. Tapi sedektik kemudian aku dibuat kaget dengan tangan kekar yg melingkar di perutku. Jelas aja aku tau siapa pemilik tangan itu.

"Lepas! Aku mau tidur!" Ketusku.

"Gw juga mau tidur." Ucapnya.

"Tidur di kamar kamu sana! Aku mau tidur jangan ganggu!" Ucapku kesal.

"Eliza diem! Gk usah banyak gerak. Lo mau yg di bawah bangun hm?," tanyanya.

Ambigu. Aku tidak mau itu sampai terjadi. Bisa-bisa aku yg jadi sasarannya. Akhirnya aku diam dan mulai memejamkan mata. Hembusan nafas Zaidan terasa sampai di leherku.

Jujur aku tidak suka Zaidan yg sekarang. Aku lebih suka Zaidan yg dulu. Ramah, lucu, imut dan tidak menyakiti orang. Aku rindu Zaidan yg dulu. Kembalikan Zaidanku yg dulu. Sebenarnya aku sendiri takut padanya yg sekarang. Jelas yg di sampingku ini adalah seorang psikopat gila.

Tanpa kusadari air mataku keluar dan menetes mengenai tangan kanan Zaidan yg di bawah kepalaku.

"Lo nangis?," tanya Zaidan bangun dan menatapku.

Aku tidak menjawab. Dia membalikkan badanku dan melihat air mataku. Dia mengelapnya dengan jari jempolnya.

"Kenapa nangis hm?," tanyanya padaku lembut.

Aku memeluk pinggangnya dan menyembunyikan wajahku di dadanya. Dia mengusap lembut rambutku dan memelukku.

"Kamu berbah Zai, aku kangen kamu yg dulu. Aku gk mau kamu yg sekarang. Aku takut kamu yg sekarang. Aku gk suka kamu yg sekarang." Ucapku terisak di dada Zaidan.

"Maafin gw El, maaf...," ucapnya lirih.

Tak lama kemudian aku tertidur. Rasa kantuk menyerangku. Aku tidur di pelukan Zaidan.

Eliza pov. End

El Zaidan pov.

Gw harus gimana? Gk mungkin juga gw bisa berhenti jadi psikopat. Itu udah kebiasaan dalam hidup gw. Sebenernya gw sendiri takut Eliza ada di sini. Gw takut dia jadi pelampiasan gw ketika gw emosi. Gw gk mau nyakitin sahabat gw.

"Eliza," kayaknya dia udah tidur. Dia gk jawab panggilan gw.

Gw tarik tangan gw pelan-pelan biardia gk bangun. Setelah itu gw keluar dan kunci kamar dia lagi. Gw takut dia pergi terus orang-orang itu bakal nemuin dia dan jadiin dia korban. Gw gk mau itu sampe terjadi. Gw cuma punya Eliza di dunia ini.

Gw pergi keluar pake mobil dan ya...seperti biasa. Cari mangsa! Siang atau malam itu sama aja bagi gw. Yg penting gw memuaskan diri gw dulu.

Di taman gw liat ada anak kecil sekitar 7 tahunan lagi sendirian. Tamannya sepi. Mungkin dia bisa jadi mangsa gw.

"Hai dek, lagi sendiri ya?," tanya gw basa-basi.

"Iya kak." Jawabnya. Anaknya dingin cuy. Kayak es kutub. Ganteng iya, lucu iya, imut iya, putih iya, apalagi yg kurang ya?

"Mau ikut kakak gk?," anak itu natep gw datar.

"Gk usah sok kenal!" E buset! Tajem cuy kata-katanya.

"Kakak beliin es krim deh." Biasanyakan anak-anak kalo di beliin es krim langsung nurut kan ya.

"Aku gk suka es krim," jawabnya lagi.

"Terus kamu mau apa?,"

"Mama," gw terkejut atas jawabannya. Kenapa dia minta mama? Emang mamanya kemana?

"Emang mama kamu kemana?,"

"Dibunuh orang!" Ucapnya natep gw tajem. Jelas gw kaget donk. Jangan-jangan yg bunuh emak dia gw lagi? Tapi mana gw tau kalo itu emak dia. Gw kan cuma mau muasin hasrat gw aja.

"Yg bunuh siapa?," gw masih penasaran sama emak ni anak yg dibunuh.

"Gk tau." Jawabnya terus nunduk lesuh gitu.

"Kita cari mama kamu gimana?," gw harus bisa bujuk ni anak biar ikut sama gw.

"Yaudah ayok!" Jawabnya sambil jalan ke mobil gw.

"Yg ngajak siapa yg diajak siapa," kesek gw lama-lama sama tu bocah. Seenak jidatnya aja. Kalo aja gw gk sabar, udah gw habisin sekarang tu bocah.

Gw langsung naik ke mobil dan ngunci otomatis pintunya. Setelah beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya gw nyampe juga ke rumah. Gw langsung megang tangan tu bocah biar gk kabur.

"Ini dimana?," tanyanya.

"Rumah kakak. Kita mampir dulu bentar. Soalnya kakak ada yg tinggal." Jawab gw alesan.

Gw langsung bawa tu bocah ke lantai tiga. Tempat biasa gw nyiksa orang. Saat kami udah sampe di lantai tiga, gw bawak dia masuk ke sebuah ruangan. Ruangan itu bau amis. Ya wajarlah bau amis, orang isinya darah semua. Gw tutup pintu itu dan gk gw kunci. Dia anak kecil, gk bakalan bisa lari dari gw semudah itu.

"Kamu duduk sini." Gw langsung nyuruh dia duduk di kursi kayu di tengah-tengah ruangan itu. Dia cuma nurut. Baguslah. Terus gw langsung ambil tali untuk ngiket tangan tu bocah.

"Ini kenapa aku diiket?," tanyanya.

"Biar lo gk kabur!" Jawab gw garang.

"Kakak mau bunuh aku ya?," jujur gw kaget. Ni anak ngomongnya tenang banget kayak gk takut gw bunuh.

"Lo gk usah banyak omong!" Gw langsung jalan ke meja dan ngambil piso yg masih tajem dan licin. Ya setiap gw selesai bunuh korban gw langsung bersihin piso atau benda lainnya biar gk berkarat. Itung-itung hemat duitlah biar gk beli benda itu terus.

Ge jalan ke arah anak itu dan mulai penyiksaan.

"ZAIDAN!!!"

【Death Angel】[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang