"ZAIDAN!!!"
Gw noleh ke belakang dan liat Eliza ada di sini. Amarah gw langsung muncak sampe ubun-ubun.
Gw jalan ke arah Eliza dengan natap dia tajam.
"Lo ngapain di sini hah?!" Gertak gw.
"Kamu yg ngapain?! Itu anak kecil Zai, dia gk punya salah apa-apa sama kamu, lepasin dia!" Tegasnya.
"Gw gk peduli! Sekarang lo pergi dari sini!" Usir gw. Gw gk tau kenapa Eliza bisa keluar. Padahal pintunya udah gw kunci dari luar.
"NGGAK! Kamu lepasin dia dulu!" Tolaknya.
Eliza masuk gitu aja dan langsung lepasin tali dari tangan tu bocah. Jelas gw marah besar, dia udah berani lepasin mangsa gw.
"ELIZA!" Teriak gw.
"Apa?!" Bentaknya juga. Sekarang tu bocah uda dipegang sama Eliza.
"Kamu mau marah sama aku?! Marah aja! Tapi jangan sakiti dia! Dia gk punya salah sama kamu!" Ucapnya lagi.
Eliza jalan lewatin gw dan bawa anak itu. Jelas gw akan gw biarin. Gw ngejar Eliza dan anak itu. Tapi Eliza malah gendong anak itu dan lari dari gw.
"ELIZA BERENTI!" Teriak gw. Eliza seakan menulikan pendengarannya. Dia terus lari jauhin gw. Pas udah mau sampe ke pintu utama, gw berhasil nangkape tangan Eliza.
"KAMU CEPET LARI SANA!" Suruh Eliza. Bocah itu sempat diam sebentar natap Eliza terus lari dari rumah gw.
"BANGSAT!" Amuk gw. Gw natap Eliza tajam. Piso tadi masih ada di tangan gw. Tanpa pikir oanjang gw langsung tarik Eliza ke kamarnya dan lemparin dia ke kasur dengan kasar. Gw langsung ngunci pintu dan kuncinya gw kantongin.
"El, bukain pintunya!" Pinta Eliza.
Gw jalan ke arahnya dan ngunci pergerakannya dengan menumpukan kedua tangan gw di samping badannya.
"Siapa yg nyuruh lo bebasin tu anak hm?," tanya gw dingin.
"Kamu jangan kayak gini El! Udah banyak orang yg gk bersalah jadi korban kamu! Berenti ngelakuin ini!" Bentaknya dengan suara gemetar.
Sekarang gw gk kenal tempat, keluarga, sahabat, keadaan dan lainnya. Yg gw pikirin sekarang adalah memuaskan hasrat gw yg ketunda akibat perbuatan Eliza. Tanpa pikir panjang, gw langsung narik tangan kanannya dan goresin piso itu ke tangannya.
"ZAIDAN SAKIT!" Rintihnya. Jelas gw gk peduli. Karna sekarang yg maugw lakuin adalah memuaskan hasrat gw.
Gw gambar bunga di tangannya. Gk cuman itu. Gw bikin goresan-goresan lainnya di tangan dia. Dari tadi Eliza merintih kesakitan karna perbuatan gw. Dia juga udah nangis. Gw masih belum puas dengan apa yg gw lakuin.
"Inget baik-baik, jangan pernah halangin gw untuk ngebunuh orang kalo lo gk mau jadi sasaran gw!" Tegas gw sambil natap dia tajem. Tapi dia gk natap gw. Dia nunduk nangis sambil liatin tangannya yg udah banyak goresan sana-sini.
Setelah puas, gw langsung keluar dan nutup pintu kamar kenceng.
El Zaidan Pov. End
Eliza Pov.
Aku gk nyangka El akan ngelakuin ini sama aku. Tentang cara gimana aku bisa keluar dari sini, itu karna aku nemuin kunci cadangannya di laci di samping tempat tidur aku.
Setelah dia pergi, aku langsung rebahin badan aku di kasur sambil nangsi nahanin sakitnya. Aku males turun, pasti nanti bakal ketemu sama El. Jadi aku mutusin untuk tidur aja. Lama-lama juga lukanya bakal kering sendiri.
Setelah tiga jam aku tidur, aku langsung bangun. Aneh. Aku merasa tangan aku gk sakit lagi. Pas aku liat, tangan aku udah di perban dan dikasih salep. Gk hanya itu, aku liat El tidur di samping aku sambil meluk perut aku. Jujur aku sedikit terkejut. Apa dia yg ngobatin tangan aku? Kalo emang iya, makasih banyak El.
Aku gk bisa lama-lama di sini. Banyak urusan yg harus kuurus. Gimanapun caranya aku harus bisa kabur dari sini.
Perlahan-lahan aku beranjak dari kasur dan keluar kamar. Semenjak aku tinggal di sini, sama sekali aku tidak pernah bertemu pembantu di sini. Entahlah mereka kemana. Yg kupikirkan sekarang adalah kabur dari sini.
Berhasil! Aku sudah berhasil keluar dari rumah ini dan sekarang aku sedang di pinggir jalan.
Tiba-tiba ada yg membekap mulutku dari belakang dan aku pingsan.
Setelah pingsan cukup lama akhirnya aku sadar. Kulihat ruangan ini sangat asing. Ruangan sempit kotor dan berdebu. Tanganku diikat begitu juga kakiku. Di mana aku sekarang?
Rasanya sangat berat untuk hanya mengeluarkam suara saja. Aku mendengar derap langkah seseorang. Mungkinkah itu orang yg menculikku? Jika benar untuk apa dia menculikku?
Dia seorang pria tampan, dia masuk dengan memegang pisau tajam. Dia tidak sendiri. Ada dua orang berbadan besar berjaga di depan pintu.
"Oh jadi lo udah sadar, bagus deh kalo gitu. Gw gk susah-susah lagi nyiram lo pake air biar lo sadar." Seringaian jelas tercetak di bibirnya. Sebenarnya dia ini siapa? Mau apa dia dariku?
"Kamu siapa?," tanyaku dingin.
"Gw? Kenzi Marviondra." Jawabnya.
"Untuk apa kamu culik aku?," tanyaku.
"Untuk apa? Jelas karna lo orang terdekat El, dan gw benci sama El. Gw mau ngancurin dia lewat lo. Karna apa? Karna dia gk bisa tersentuh. Jadi gw bales semuanya ke elo!" Jawabnya penuh penekanan.
"Kalo aku mati karna siksaan dari kamu apa kamu tetap benci sama El?," tanyaku yg masih dalam ekspresi dingin. Jujur saja keadaan ini membuatku takut. Tapi aku berusaha untuk tetap tenang.
"Itu bukan urusan lo paham!"
Dia berdiri dan menyuruh dua orang berbadan besar itu untuk membawaku ke suatu ruangan yg kuyakini itu ruangan penyiksaan. Oh Tuhan tolong aku. Kenapa sekarang hidupku dikelilingi psikopat gila? El tolong aku.
Mereka mendudukkanku di kursi kayu dan mereka pergi digantikan Kenzi. Dia berjalan ke arahku dan mencekram daguku sangat kuat.
"Kalo lo gk ngelawan, ini gk akan lama." Ucapnya dan mulai mengambil pisau dari atas meja. Dalam hati aku terus berdoa agar aku diselamatkan oleh siapa saja.
Dia mulai melukis di pahaku. Sakit. Sangat sakit. Aku tidak bisa menahannya lagi. Goresan yg dibuatnya terlalu dalam.
"Berenti! Sakit! Tolong hentikan!" Rintihku dengan air mata yg entah sejak kapan turun.
"Kenapa? Udah mulai nyerah? Ah, gitu aja lemah." Ucapnya lalu kembali menggoreskan pisau itu.
"Kenzi berenti hiks, itu sakit hiks, cukup," lirihku parau.
"DIEM GW BILANG DIEM!!" Bentaknya lalu menampar pipi kananku. Panas. Tamparannya sangat kuat.
Tak hanya itu, dia mulai menjambak rambutku ke belakang.
"Secepatnya gw bakal nganter lo ke neraka. Biar lo bisa nyusul orang tua lo ke sana." Ucapnya. Maksudnya apa? Bagaimana bisa dia tau orang tuaku sudah tiada? Semua ini membingungkan. Sudah cukup El saja yg membuatku bingung, jangan lagi ditambah oleh yg lainnya.
"KENZI SAKIT!" Rintihku saat dia menekan pisau itu ke dalam pahaku. Rasanya saat ini aku benar-benar ingin mati saja. Dari pada harus merasakan sakit seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
【Death Angel】[On Going]
УжасыBagaimana rasanya jika kita masuk ke dalam kehidupan seseorang? Parahnya lagi orang itu psikopat. Jangan lupa votementnya ya 😉