【0】【3】

462 80 7
                                    

Paginya kita berkunjung kebelakang rumah dimana ada sebuah patung.

Ya itu Ben Hargreeves.

Aku hanya memakai celana polos hitam, hoodie dan rambut ku gerai.

Dan saat itu sedang hujan, jadi kita semua membawa payung masing-masing, bersama ibu robot kami.

Lalu Luther maju ke depan dengan membawa sebuah benda, aku tak tahu isinya namun Klaus bilang itu adalah abu milik ayah.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya ibu.

"Ayah meninggal, ingat?" Jawab Allison.

Aku hanya berdiri disebelah Vanya, katanya ia senang aku ada disini, ia jadi bisa memiliki teman untuk curhat.

"Ya, tentu" jawab ibu.

"Ibu tak apa-apa?" Tanya Allison.

"Ya, dia baik-baik saja" jawab Diego.

"...hanya butuh beristirahat, mengisi ulang energinya"

Tak lama Pogo datang.

"Kapan saja kalau kamu siap, nak" kata Pogo kepada Luther.

Lalu Luther membuka dan menuangkannya abu kebawah.

"Mungkin akan lebih baik dengan angin" kata Luther.

"Apakah ada yang ingin bicara?" Tanya Pogo.

Aku hanya mengangguk kecil dan tersenyum, karena aku tak tahu apa yang akan ku katakan kepada ayah.

Dan yang lain juga tidak ada yang ingin berbicara terlebih dahulu, jadi Pogo yang berbicara.

"Bagus, dengan segala hormat, Sir Reginald Hargreeves membuatku menjadi aku yang sekarang. Hanya dengan itu saja, aku harus berhutang selamanya padanya" kata Pogo.

"...dia guruku, dan temanku. Aku sangat merindukannya. Dia meninggalkan warisan yang rumit—"

"Dia seorang monster" potong Diego.

"...dia orang jahat dan ayah yang lebih buruk. Dunia lebih baik tanpanya"

"Diego" kata Allison.

"My name is Number Two" jawab Diego.

"...kau tahu mengapa? Karena ayah kita tak mau bersusah-susah memberikan kita nama sebenarnya. Dia meminta ibu melakukannya"

"Ada yang ingin makan?" Tanya ibu.

"No thanks mom" jawabku.

Ibu menoleh kepadaku dan tersenyum, "Oh oke" jawabnya.

"Dengar, kau ingin menghormatinya?" Tanya Diego.

"...silahkan, tapi paling tidak jujurlah, ia pria seperti apa"

"Kau harus berhenti bicara" kata Luther.

"Kau, dari semua orang harusnya dipihak ku, Nomor Satu" jawab Diego.

"Aku memperingati mu" kata Luther.

"Setelah yang dilakukannya kepadamu?" Kata Diego.

"Oh boys..." kataku namun pelan.

Ya benar saja, Diego dan Luther bertengkar disitu.

Aku begitu terkejut, bagaimana tidak, aku hanya takut patung Ben patah atau rusak.

"Hentikan!" Kataku, namun Luther dan Diego tak mendengarkan ku.

"Pukul dia!" Kata Klaus.

Lalu aku menghampiri ibu.

Dan benar saja Luther tak sengaja memukul patung Ben sampai hancur.

𝐀𝐋𝐌𝐎𝐒𝐓 𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍 | 𝐅𝐢𝐯𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐫𝐞𝐞𝐯𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang