AMEL 16

819 72 13
                                    

"Gimana Amel?" Ucap Tedi sambil berdiri menyambut kedatangan Sinta. Sinta pun menyalami tangan Tedi.

"Amel baik pah." Ucap Sinta.

"Alhamdulillah." Ucap Tedi.

Tedi menghela nafas dan kembali duduk.

"Kalau aja papa nggak jadikan Amel jaminan hutang papa, pasti Amel masih disini." Ucap Tedi lirih.

Sinta duduk di samping Tedi dan mengelus lengan Tedi.

"Ini bukan salah papa, ini salah kita. Waktu Amel disini, kita perlakukan dia kayak pembantu. Kita caci maki dia, selalu marahin dia, yang lebih parah lagi aku pernah pukul Amel." Ucap Sinta sambil menangis.

Tedi memeluk Sinta.

"Papa juga, dulu papa tidak pernah memperhatikan Amel. Papa selalu bersikap kasar sama Amel. Papa menyesal." Ucap Tedi.

"Ngapain kalian nangis karena anak sialan itu?!" Ucap Hira datang dari luar, ditangannya pun terdapat tas belanja yang cukup banyak.

Tedi melepaskan pelukannya dan berdiri memandang Hira tajam. Begitu juga dengan Sinta.

"Jaga ucapan kamu Hira!" Ucap Tedi tajam.

"Loh? Memang benar kan? Amel itu anak sialan. Gara gara dia, Erlan meninggal!" Ucap Hira.

"Itu kecelakaan Hira!"

"Coba saja waktu itu Erlan nggak menolong Amel, pasti Erlan masih hidup! Dan mungkin anak sialan itu yang mati!" Ucap Hira.

"Stop Hira! Kamu keterlaluan! Amel itu anak kamu juga! Kamu yang ngelahirin Amel! Kamu ibunya! Ibu kandungnya!" Ucap Tedi.

"Aku nggak sudi punya anak kayak Amel!" Ucap Hira.

"HIRA! Kamu benar benar keterlaluan! Ibu macam apa kamu hah?! Amel itu sayang sama kamu! Seharusnya kamu sadar! Dia rela sebagai jaminan hutang ku! Dia bilang, kalo dia nggak papa menjadi jaminan hutang ku, asalkan kita hidup dengan tenang, tidak akan hidup susah. Dia nggak mau buat kita menjadi susah dan hidup miskin! Dia masih memikirkan kita! Tapi kamu! Lihat apa yang kamu bawa?! Kamu belanja, belanja, dan belanja saja kerjaan kamu! Apa kamu nggak mikir bagaimana hidup Amel? Hah?! Dia di sana menjadi pembantu! Dia masih SMA harusnya Amel belajar dan menikmati masa masa SMA nya, bukan bekerja! Kamu bayangkan jika kamu yang berada di posisi Amel. Kamu menjadi pembantu dan Amel selalu mencaci kamu, Amel selalu memukul kamu, Amel selalu memarahi kamu! Kamu bayangkan itu! Amel selalu terlihat kuat didepan kita. Sebenarnya Amel rapuh, aku sering kali melihat nya menangis di malam hari. Hiks.. aku gagal menjadi ayah yang baik buat Amel.. aku gagal.. ayah macam apa aku ini.. hiks..." Ucap Tedi dan kembali duduk dan menangis.

Sinta memeluk Tedi, sedangkan Hira ia terdiam. Tak lama, Hira pergi menuju kamarnya. Sinta pun menangis.

*****

Amel di dalam kamarnya, Amel sedang duduk di meja belajarnya. Amel baru saja selesai mengerjakan tugas sekolah nya.

Amel melipat tangannya dan memandang foto keluarga yang ada di meja nya. Amel tersenyum melihat foto keluarga nya yang terlihat bahagia. Keluarganya masih lengkap. Foto yang di ambil di pantai, foto kenangan 13 tahun yang lalu. Amel rindu masa masa itu. Masa dimana papa dan mamanya masih menyayangi Amel.

"Amel mau papa, mama, dan kak Sinta menyayangi Amel kembali. Amel minta maaf karena Amel, bang Erlan meninggal. Harusnya bang Erlan nggak usah menolong Amel, Pasti bang Erlan masih hidup sekarang, dan Amel yang akan meninggal. Pasti papa, mama dan kak Sinta nggak akan benci Amel. Walaupun sekarang Amel senang, karena papa dan kak Sinta udah sayang sama Amel. Tapi Amel juga berharap jika mama bisa maafin Amel dan menyayangi Amel. Apa Amel harus meninggal dulu supaya mama bisa maafin Amel?" Ucap Amel lirih.

AMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang