AMEL 33

579 57 24
                                    


Cahaya matahari masuk kedalam kamar Amel. Amel membuka matanya dengan perlahan. Amel bangun dan duduk. Amel memijat kepala nya sendiri. Ia merasa sedikit pusing.

Amel teringat kejadian kemarin. Hatinya kembali merasakan sakit. Amel menekan dadanya untuk menghilangkan rasa sakitnya.

"Stop Amel! Jangan menyukai orang yang tidak menyukai kamu. Ayo, hilangkan perasaan suka kamu itu Amel. Kamu pasti bisa! Semangat!" Amel menyemangati diri sendiri.

Amel bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Amel membersikan dirinya sendiri. 20 menit kemudian Amel sudah siap. Amel berjalan keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Amel melihat Bu Lastri sedang memasak.

"Bu, biar Amel aja yang masak." Ucap Amel.

Bu Lastri melihat Amel, Bu Lastri mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Amel. Amel bingung dengan apa yang Bu Lastri lakukan.

"Alhamdulillah kamu udah nggak panas. Nggak usah, kamu duduk aja. Biar ibu yang kerja. Kamu masih lemas kan badannya?" Ucap Bu Lastri.

"Em.. iya sedikit Bu. Tapi nggak papa aku aja yang masak. Aku udah sehat kok Bu. Sini aku yang masak." Ucap Amel dan mengambil alih pekerjaan Bu Lastri.

"Tapi kamu yakin sudah sehat?"

"Yakin kok Bu." Ucap Amel.

"Yaudah, ibu mau membersihkan halaman dulu ya." Ucap Bu Lastri.

"Iya Bu."

Bu Lastri pergi meninggalkan Amel. Amel memasak nasi goreng untuk sarapan pagi. Sekitar 30 menit Amel sudah selesai. Amel mencuci semua bekas peralatan yang Amel pakai. Amel menata semua makanan di atas meja makan.

Amel mendengar suara langkah kaki dari tangga dan kemudian menarik kursi dan duduk. Amel menjadi tegang.ia takut jika Bryan akan memarahinya karena kejadian kemarin, karena ia dengan lancangnya menyukai Bryan.

Amel tetap fokus menyiapkan sarapan, ia tak Mau melihat ke arah Bryan. Tetapi, Amel merasakan jika ia sedang di tatap oleh Bryan.

"Kamu sudah sembuh?" Ucao Bryan.

Amel menunduk dan mengangguk.
"Alhamdulillah, saya sudah sembuh. Terimakasih tuan." Ucap Amel.

"Sarapannya sudah siap, saya permisi." Ucap Amel dan melangkah pergi.

"Tunggu." Langkah Amel terhenti.

"Kamu duduk dan makan." Ucap Bryan.

Amel membalikkan badannya dan menunduk. Ia tak mau menatap wajah Bryan. Ia tak mau membuat hatinya sakit.

"Terimakasih tuan, saya bisa makan nanti." Ucap Amel.

"Duduk dan makan, nanti kamu bisa sakit." Ucap Bryan.

"Tidak, terimakasih tuan." Ucap Amel.

"Saya ada disini bukan ada di lantai jadi jangan menunduk. Kamu makan, jika kamu sakit itu akan merepotkan saya." Ucap Bryan.

Perkataan Bryan membuat hati Amel sakit kembali. Ia memang selalu merepotkan Bryan, ia seharusnya sadar siapa dia.

"Kamu cuman pembantu Mel, cuman pembantu! Ingat itu! Jangan merepotkan tuan Bryan."

Amel mengingatkan posisinya dalam hatinya. Ia tak boleh boleh merepotkan Bryan kembali.

Amel mengambil nafas dan menaikan pandangannya kepada Bryan.

"Maaf tuan, jika saya sudah banyak merepotkan tuan. Saya janji, saya tidak akan merepotkan tuan. Dan saya tidak mau jika makan di meja makan bersama tuan. Saya pembantu tidak mungkin saya makan bersama tuan saya. Saya permisi." Ucap Amel dan pergi meninggalkan Bryan.

AMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang