AMEL 26

795 53 19
                                    

"Apa pembantu?"

Amel terkejut dan Amel langsung berbalik badan. Amel melihat Jastin yang berdiri menatap nya dan Bryan tajam. Jastin berjalan mendekat dan berdiri di depan Amel dan Bryan.

"Apa maksudnya bang?" Tanya Jastin kepada Bryan.

Bryan menatap Jastin dengan tatapan dinginnya.

"Jastin... A-aku bisa jelasin-"

"Aku nggak tanya sama kamu Nik. Aku tanya sama bang Bryan." Ucap Jatin sambil melihat ke arah Bryan.

"Jastin mendingan kita pulang, aku bisa jelasin semua nya di rumah." Ucap Amel.

"Monik diam!" Ucap Jastin nada menaikkan bicaranya.

Amel terdiam, baru kali ini Jastin berbicara dengan nada yang tinggi kepadanya.

"Ya, Amel bukan keponakan saya. Amel pembantu saya. Papa nya meminjam uang dalam jumlah yang banyak kepada saya dan Papa nya tidak bisa mengembalikan uang saya dalam waktu yang sudah saya tentukan. Saya sudah memberikan keringanan, saya sudah memberikan waktu tambahan untuk Papa nya melunasi hutang. Dan waktu sudah habis, dan dia sebagai jaminan untuk melunasi semua hutang Papanya." Bryan menunjuk ke arah Amel.

"Tapi kenapa harus Amel?" Tanya Jastin.

"Saya bisa saja mengambil perusahaan Pak Teddi, bukankah kamu tau jika Papa nya itu tidak pernah menyayangi nya? Jadi ia lebih memilih untuk menjadikan anaknya sebagai jaminan hutangnya." Ucap Bryan sambil tersenyum miring melihat ke arah Amel.

Amel mendengar ucapan Bryan, hatinya kembali sakit mengingat Papa nya yang tega menjadikannya sebagai jaminan hutangnya. Tapi Amel teringat jika Papa nya sedang berusaha untuk melunasi hutang nya kepada Bryan.

"Papa sayang sama Amel." Ucap Amel sambil menatap Bryan.

"Sayang? Orang tua mana yang sayang kepada anaknya tapi, malah yang menjadikan anaknya sebagai jaminan hutang nya. Jika Papa kamu sayang harusnya Papa kamu memilih kamu, bukannya malah memilih perusahaannya. Orang tua yang sayang kepada anaknya akan melakukan apa saja demi anaknya, Bukan seperti Papa kamu."

Amel terdiam dan menunduk. Air mata yang sedari tadi Amel tahan akhirnya keluar. Bryan benar, seharusnya papanya akan memilih nya. Papa nya tidak akan menjadikannya sebagai jaminan hutannya.

"Papa pasti terpaksa." Ucap Amel.

Amel mengangkat kepalanya dan menatap Bryan.

"Papa pasti terpaksa, papa pasti tertekan. Tuan pasti menekan papa saya, iya kan!" Ucap Amel.

"Menekan?"

"Iya, tuan pasti menekan papa saya!"

"Ck! Saya tidak menekan papa kamu. Saya sudah memberikan papa kamu waktu, dan batas waktu sudah habis. Papa kamu harus membayar semua hutang nya. Memang papa kamu itu tidak pernah sayang sama kamu, papa kamu lebih mementingkan harta dari pada anaknya." Ucap Bryan.

"Papa sayang sama aku. Papa sayang sama aku!" Teriak Amel.

Banyak orang yang sudah melihat kearah mereka. Jastin mendekati Amel dan memeluk Amel dari samping. Jastin mengelus pundak Amel menenangkan Amel.

"Jastin, papa sayang sama aku kan? Iya kan?" Ucap Amel melihat Jastin.

Jastin mengangguk.

"Iya papa kamu sayang sama kamu. Kamu tenang ya." Ucap Jastin dan memeluk Amel.

Amel menangis di dalam pelukan Jastin, sedangkan Bryan mengepalkan tangannya erat.

Pelukan Amel dan Jastin terlepas. Bryan menarik kuat tangan Amel membuat pelukan mereka terlepas.

AMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang