Dari kejauhan seseorang memantau gerak-gerik perempuan yang cukup terbilang jauh darinya.
"Dia oke juga. Terlihat tidak mata duitan dan...polos" ucap seseorang itu dengan smirk nya.
"Carikan informasi tentang perempuan itu dan berikan kepadaku secepatnya!" Ucapnya sambil terus berjalan tanpa memperdulikan orang-orang sekitar maupun bawahannya.
****
"Pantau terus perempuan itu dan selalu laporkan padaku jangan sampai terlewat, kalau terlewat kalian akan tau sendiri akibatnya!" Menatap satu² anak buahnya dengan mata yang menyorot dalam."Kalian boleh pergi."
****
"Iya seperti itu. Dia sangat menyebalkan saat sifatnya berubah menjadi dingin, aku sangat kesal di saat kita liburan dia mengurusi pekerjaanya itu." Naura terus mengadu sifat pacarnya itu yang membuat jengkel kepada Aqilla."Dia seperti itu kan juga untuk masa depan kalian Ra." Ucap Aqilla lembut kepada teman satu divisinya itu.
"Tapi kan dia jadi ngediemin gue" Naura mengerucutkan bibirnya sambil memasang raut wajahnya menjadi sedih.
"Sudahlah, itu semua dia lakukan agar saat kalian menjadi suami istri yang hidup dengan berkecukupan." Aqilla terus menasehati Naura, Aqilla merasa lucu dengan hubungan Naura dan pacarnya itu.
Terkadang cuek, manja, tertawa dan lainnya. Ingin sekali Aqilla merasakan hubungan seperti itu dengan lelaki yang dia suka.
Tetapi itu hanya menjadi angan-angan saja, Aqilla tidak bisa bermain-main begitu dia harus bekerja keras agar bisa membantu orangtuanya untuk membiayai kebutuhan sekolah adik-adiknya.
Walaupun Aqilla tidak bisa seperti perempuan-perempuan pada umumnya yang rata-rata di umur sekarang sudah memiliki pasangan, Aqilla tidak menyesal dia sangat bangga dengan dirinya sendiri yang bisa membiayai keluarganya jadi orangtuanya tidak perlu bekerja terlalu keras, saatnya Aqilla yang menggantikannya.
"Tapi La, saat tau gue kesal sama dia. Dia langsung menghibur gue dengan kata-kata romantis ataupun yang lainnya tetapi gue enggak menggubris nya, gue mau tau seberapa bertahannya dia dengan sikap gue yang seperti itu."
"Sampai-sampai dia menjadi manja ke gue dan terus mendekati gue La, gue enggak kuat melihat wajahnya yang sungguh membuat gue gemas jadinya gue luluh gitu aja dengan cara dia yang seperti itu."
"Hahaha hubungan kalian lucu sekali, gue jadi ingin memiliki pasangan" Aqilla berucap dengan pelan agar tidak terdengar Naura tetapi itu sebaliknya.
"Hah?! Jadi lo belum punya pacar La?!" Naura bertanya dengan suara yang cukup keras hingga orang-orang di cafetaria itu menatap ke arah meja mereka berdua.
"Hush, suara lo kencang banget" Aqilla menatap semua orang sambil tersenyum dan mengangguk seperti mengatakan "maaf".
"Maaf gue sungguh terkejut sama perkataan lo itu, gue enggak percaya sama lo La. Lo yang cantik, baik dan pintar masa tidak punya pacar!"
"Huft, gue beneran enggak punya pacar ya gue hanya fokus sama kerjaan gue," Aqilla membuang napasnya pelan.
"Jadi benar? Kalau gitu mau gue kenalin dengan seseorang?" Tawarnya.
"Tidak, tidak usah. Gue sedang enggak ingin memiliki hubungan dengan laki-laki manapun." Aqilla menolaknya, memang benar dia sedang tidak ingin dekat dengan laki-laki manapun.
Bukannya Aqilla lesbi atau tidak menyukai laki-laki hanya saja dia sudah nyaman dengan kesendiriannya, Aqilla ingin terus seperti ini sampai dia benar-benar bertemu dengan laki-laki yang dia sukai dan menikah dengannya.
"Lo serius? Gue punya kenalan dia baik, tampan, kaya ra-" belum sempat Naura menyelesaikan perkataannya sudah di potong oleh Aqilla.
"Ra, gue serius. Sudah yuk kita kembali ke ruangan pekerjaan gue masih banyak."
Naura merasa tidak enak karna terus ingin mengenalkan laki-laki kepada Aqilla, apakah Aqilla marah dengannya? Sepertinya dia sudah berlebihan kepada Aqilla.
"Qila"
"Iya?" Sautnya sambil terus mengetik tombol-tombol keyboardnya.
"Maaf atas kelakuan gue di cafetaria tadi" Naura menunduk kan kepalanya dia sangat merasa bersalah sekali.
Aqilla yang tidak mengerti dengan perkataan Naura pun berhenti mengetik dan menatap kesamping meja kerjanya karna meja kerja mereka bersebelahan.
"Gue enggak apa-apa Ra, gue ngerti kalo lo mau mengenalkan gue dengan lelaki baik yang lo kenal. Gue malah sungguh berterimakasih karna lo sudah mau kenalkan gue dengan lelaki itu." Aqilla tersenyum kepada Naura bahwa dia tidak keberatan dengan tawaran Naura saat di cafetaria tadi.
"Sungguh? Lo enggak marah sama gue kan La?"
"Iya Naura, sudah ah pekerjaan gue belum selesai."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Azka [ON GOING]
RomanceSelembar kertas penuh air mata, darah, dan kekecewaan. Ukiran tinta cinta sulit tergores ikut andil dalam kisah mereka.