Suasana rumah Febri mulai ramai muda mudi yang berdatangan untuk memberi ucapan selamat atas pernikahannya.
Berbeda dengan waktu saat siang hari, di saat teriknya matahari justru rombongan ibu-ibu untuk datang ke pesta berbeda dengan sore maupun malam hari.
"Febri selamat ya, semoga cepet dapat momongan hahaha," ujar salah satu teman kuliah Febri.
"Jangan lupa ajak anak lo kalo ngumpul nanti," saut teman Febri yang lainnya.
"Iya iya, ambil makan gih pasti lo lo pada laper ya kan."
"Tau aja lo, yauda kita makan dulu. Sekali lagi selamat woi!"
"Adel, Luna, Aqilla sini!" Teriak Febri dari atas podium.
Merasa di panggil mereka bertiga menoleh ke arah suara. "Eh eh kalian berdua pergi duluan aja gue mau ke toilet kebelet pipis."
"Mau gue anterin gak? Takut kalo lo nyasar hahaha."
"Apasih lo Lun kayak gue baru pertama kali ke rumah Febri aja, udah gue bisa sendiri kalian ke Febri gih."
"Nanti nyusul ya!" Ujar Luna sedikit berteriak, Aqilla hanya mengangguk kan kepalanya saja setelah itu pergi ke toilet.
*****
"Ah lega juga," setelah keluar dari toilet Aqilla pergi untuk menemui Febri dan yang lainnya tetapi saat lewat samping acara ada seseorang anak kecil yang sedang duduk terlihat lelah."Hei!" Ujarnya sambil mendekati anak kecil itu. Menurut Aqilla dia mungkin butuh makan dan minum bisa saja orang itu jalan terlalu jauh dan kelelahan jadi dia bisa menolongnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Dimana orang tuamu?" Aqilla bertanya kepada anak kecil itu sambil mencari keberadaan orangtuanya.
"Aku sendirian kak, kak apa aku boleh minta makan dan minum? Aku lapar dan sangat haus," ujar anak kecil itu lirih.
"Ayo ikut aku, nanti aku beri makan" ajak Aqilla sambil menggenggam lengan anak kecil itu dengan lembut.
"Aku di sini saja kak, pakaian ku terlalu kotor aku malu berada di sana pasti di sana banyak orang" anak kecil itu menunjuk ke arah tenda pernikahan Febri.
"Gak usah malu ada aku, yuk" ajaknya lagi tapi tetap di tolak anak kecil itu, apa boleh buat dia akan mengambil makanan dan minuman setelah itu akan di beri ke anak kecil yang menunggunya.
"Tunggu sebentar ya jangan ke mana-mana," tanpa merasa curiga, Aqilla pergi meninggalkan anak itu.
Tidak jauh langkah Aqilla dan anak kecil itu, tiba-tiba mulut dan hidung Aqilla di bekap oleh seseorang dari belakang.
Aqilla sungguh terkejut, dia memberontak tetapi usahanya sia-sia bukannya terlepas melainkan bekapan itu semakin kencang.
Aqilla di bawa oleh beberapa orang ke dalam mobil, kenapa di saat seperti ini tidak ada orang lain di sekitarnya yang bisa menolong dia.
Aqilla tidak menyangka keinginannya untuk menolong orang akan berakhir seperti ini, kenapa juga dia menolak Luna saat ingin mengantarnya tadi.
Bukannya dia menyalahkan ingin berbuat baik dia jadi seperti ini tetapi kenapa saat dia ingin berbuat baik cobaan seperti ini datang.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Aqilla berusaha tetap sadar hingga tujuan agar dia tidak tersesat bila ada kesempatan untuk kabur, belum sampai di tujuan Aqilla sudah pingsan lebih dulu.
*****
Sudah berjam-jam mobil sedan hitam itu melaju dan belum sampai di tujuan.Sampai-sampai Aqilla yang pingsan pun terbangun tetapi dia pura-pura masih pingsan, hingga beberapa menit berlalu sampailah di tujuan.
Aqilla menatap ke segala arah untuk mencari celah agar bisa kabur dari orang-orang yang tidak dia kenal.
Saat pintu mobil dibuka dia langsung keluar dan lari sejauh-jauhnya dari orang-orang berbaju hitam yang menculiknya.
Cukup jauh dia berlari, untung saja dia berada di dekat jalan raya jadi bisa meminta bantuan kepada pengendara yang melintas.
"Berhenti! Tolong saya, saya ingin di culik." ucap perempuan berbaju kebaya itu sedikit berteriak.
"Tolong berhenti!" Tidak ada mobil maupun bus yang berhenti untuk memberi tumpangan, mungkin terlihat aneh di mata orang yang melihat perempuan memakai kebaya dan berlari-larian di pinggir jalan.
Dia tidak menyerah, Aqilla terus berlari dan meminta bantuan. Akhirnya ada bus yang berhenti, dia tergesa-gesa naik dan masuk ke dalam bus.
Nafas dia sangat tidak beraturan tapi dia bisa lega karna bisa kabur dari orang-orang itu. Aqilla memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya agar kembali normal.
Beberapa menit jalan, bus yang di naiknya tiba-tiba berhenti. Aqilla membuka matanya dan ternyata, "TIDAK!".
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Azka [ON GOING]
RomanceSelembar kertas penuh air mata, darah, dan kekecewaan. Ukiran tinta cinta sulit tergores ikut andil dalam kisah mereka.