Dua

30 7 0
                                    

💄╬HAPPY READING╬💄

.
.
.

Gelap, jalanan lengang hanya disinari penerangan lampu jalan yang remang-remang dan sinar bulan.

5 remaja laki-laki duduk di trotoar beralaskan tikar dengan motor yang berjejer di sampingnya. Tampak mereka sedang menunggu kedatangan lawan mainnya.

Siapa lagi kalau bukan Thunder. Dua geng motor tersebut sudah saling sikut menyikut sejak lama. Tak heran bahwa setiap malam kamis, personilnya selalu meluangkan waktu untuk berbalap ria di Jalan Martadinata.

"Pan, lu inget cewe tadi nggak?" tanya Guntur sambil menyesap rokoknya. Sementara Revan memundurkan kepalanya sedikit guna menghindari asap rokok yang mengudara.

"Cewek yang mana?" sahut Calvin auto-nyambung.

"Yang nyolot pagi-pagi, gue kira dia anak baru," jawab Guntur dengan wajah tak ikhlas.

"YANG MASUK KAMAR MANDI SAMA KITA, TUR?"

Guntur membekap mulut Calvin dengan tangannya sehingga cowok itu meronta.

"Jaguar mau ada couple bayuu ternyata," ejek Gilbert.

"Mang! Dalgona nya tiga, yang bayarin Guntur!" pesan Surya atau yang sering dipanggil Sueb oleh anggota Jaguar.

Surya sendiri adalah member paling rajin disini. Disaat yang lain memakai seragam acak-acakan, seragamnya masih rapi dengan tekukan sempurna di bagian bawah.

Goblok boleh, tapi penampilan harus tetep jenius, katanya.

"Dah jadi nih, kalian pada mau kemana, semangat banget," ujar Mang Oji sembari menaruh tiga gelas Dalgona Coffee di tikar.

"Biasa," jawab Revan menyeruput salah satunya.

Mang Oji menganggukkan kepala paham. "Kalian anak muda, hati-hati. Kalo laka yang rugi siapa?"

"Mang Oji lah!" Rajen menjawab lantang.

"Pinter juga, warung gak bakal rame tiap malem kalo gak ada kalian mah."

•۝•

Suara pistol terdengar, dua motor sport yang semula bersiap melaju dengan kencang.

Tampak motor yang dikendarai oleh Gilbert unggul di posisi depan. Guntur melayangkan senyum sinis kepada anggota geng Thunder di seberang.

"Jangan songong lu pada, menang satu kali doang," ejeknya.

"Mau mati, lo?" Sean, ketua Thunder. Merasa direndahkan, ia mengancam.

Tepat setelah motor yang dikendarai Gilbert menembus garis finish, Guntur, Revan dan Calvin mengacungkan jempol terbalik.

Wajah Sean memerah. Ia berjalan mendekati sang anak buah.

Plak!

Dada Sean bergerak naik turun.

"Lo—"

"gue pecat dari Thunder!"

"T-tapi, Yan—" Sembari mengelus pipinya yang masih merah, pemuda itu mencoba mencegah.

"Malu-maluin Thunder aja lo!"

Sean mengambil stang motor. Tangannya menurunkan kacamata hitam yang awalnya ada di atas kepala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang